Menanggapi penemuan kuburan massal warga Palestina di Kompleks Medis Khan Younis, Kementerian Luar Negeri Mesir mengumumkan bahwa penemuan kuburan massal merupakan kejahatan nyata rezim Zionis dan pelanggaran hukum internasional.
Pertemuan tripartit menteri luar negeri (Menlu) Mesir, Yordania dan Prancis di Kairo, ibu kota Mesir pada hari Sabtu (30/3/2024) digelar untuk membahas perkembangan terkini perang di Jalur Gaza dan membicarakan gencatan senjata di wilayah Palestina yang diblokade tersebut.
Gerakan perlawanan Islam Palestina (Hamas) menekankan tuntutan dan rencana gerakan ini terkait penerapan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Maroko telah mengirimkan 40 ton pasokan kemanusiaan ke Gaza melalui bandara Zionis Israel, kata sumber diplomatik pada Selasa (12/3), upaya terbaru untuk mendiversifikasi rute bantuan ke wilayah yang dilanda perang tersebut.
Gerakan perlawanan Islam Palestina (Hamas) meninggalkan perundingan gencatan senjata di Kairo sebagai tanggapan atas aksi destruktif rezim Zionis.
Dua menteri anggota Kabinet Perang, menuduh PM Israel, tidak melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan seputar pembebasan tawanan di Gaza, dan mengancam akan membubarkan Kabinet Perang.
Warga Palestina mulai berbondong-bondong keluar dari Rafah menjelang serangan Israel yang diantisipasi di kota selatan yang menampung sekitar 1,5 juta pengungsi Gaza.
Salah seorang pejabat tinggi pemerintah Mesir, mengatakan bahwa Kairo, siap untuk menghadapi skenario apa pun yang mungkin terjadi terkait dengan situasi di Rafah.
Kementerian Luar Negeri Mesir memperingatkan konsekuensi mengerikan dari operasi darat rezim Zionis di Rafah dan mengumumkan bahwa tindakan ini akan memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza.
Surat kabar Amerika Serikat, menulis, pejabat Hamas, kepada Mesir, mengumumkan kesiapan untuk melindungi kota perbatasan Rafah, di selatan Gaza.