Dua menteri anggota Kabinet Perang, menuduh PM Israel, tidak melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan seputar pembebasan tawanan di Gaza, dan mengancam akan membubarkan Kabinet Perang.
Warga Palestina mulai berbondong-bondong keluar dari Rafah menjelang serangan Israel yang diantisipasi di kota selatan yang menampung sekitar 1,5 juta pengungsi Gaza.
Salah seorang pejabat tinggi pemerintah Mesir, mengatakan bahwa Kairo, siap untuk menghadapi skenario apa pun yang mungkin terjadi terkait dengan situasi di Rafah.
Kementerian Luar Negeri Mesir memperingatkan konsekuensi mengerikan dari operasi darat rezim Zionis di Rafah dan mengumumkan bahwa tindakan ini akan memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza.
Surat kabar Amerika Serikat, menulis, pejabat Hamas, kepada Mesir, mengumumkan kesiapan untuk melindungi kota perbatasan Rafah, di selatan Gaza.
Menteri Luar Negeri Mesir menilai perkembangan keamanan di Laut Merah berbahaya dan memandang kejadian tersebut sebagai akibat langsung dari agresi militer rezim Zionis di Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri Mesir, menganggap perkembangan situasi keamanan di Laut Merah, berbahaya, dan menyebutnya sebagai imbas langsung dari agresi Rezim Zionis, ke Gaza.
Media Palestina, mengabarkan para pemukim Zionis, menutup pintu perbatasan di dekat Mesir, dan tidak membiarkan bantuan kemanusiaan, masuk ke Gaza.
Sekitar 9.000 demonstran berbaris melalui Brussels pada hari Minggu menyerukan diakhirinya pemboman dan pertempuran sengit Israel di Gaza, dalam protes pro-Palestina yang berakhir di distrik Uni Eropa.
Penyeberangan Kerem Shalom antara Israel dan Gaza dibuka untuk truk bantuan dengan terlebih dahulu menjalani pemeriksaan oleh tentara Zionis.