Komitmen Iran dan Inkonsistensi AS dalam JCPOA
https://parstoday.ir/id/news/iran-i26056-komitmen_iran_dan_inkonsistensi_as_dalam_jcpoa
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyinggung komitmen Republik Islam Iran dalam pelaksanaan sementara Protokol Tambahan, dan pada saat yang sama ia juga mengatakan bahwa kapasitas cadangan air berat negara ini telah melampaui 130 ton.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Nov 18, 2016 15:58 Asia/Jakarta
  • Komitmen Iran dan Inkonsistensi AS dalam JCPOA

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyinggung komitmen Republik Islam Iran dalam pelaksanaan sementara Protokol Tambahan, dan pada saat yang sama ia juga mengatakan bahwa kapasitas cadangan air berat negara ini telah melampaui 130 ton.

Yukiya Amano mengungkapkan hal itu dalam pertemuan triwulanan Dewan Gubernur IAEA di Wina, Kamis sore, 17 November 2016. Ia menjelaskan, cadangan air berat Iran untuk kedua kalinya pasca pelaksanaan JCPOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif) mencapai lebih 130 ton dan harus diupayakan untuk mengurangi angka tersebut.

 

Reza Najafi, Duta Besar Iran untuk IAEA segera merespon pernyataan Amano tentang kelebihan produksi air berat negaranya. Ia mengatakan, Tehran telah mengumumkan kesiapannya untuk menjual kelebihan air beratnya yang memiliki standar kualitas tertinggi kepada para pembeli internasional. 

 

Berdasarkan JCPOA, kelebihan air berat produksi Iran harus dijual ke pasar internasional, di mana hingga kini 70 ton dari air berat tersebut telah terjual. Sementara itu, perundingan dengan negara-negara calon pembeli lainnya terutama negara-negara Eropa masih berlanjut.

 

Sebelumnya, air berat Iran telah dibeli oleh Rusia dan Amerika Serikat. Perundingan antara Tehran dan pihak-pihak lain di Eropa untuk menarik pelanggan yang ingin membeli air berat Iran juga berlanjut. Proses penjualan air berat ini harus melalui berbagai tahap sehingga diperlukan waktu yang lama untuk sampai kepada pembeli internasional.

 

Pasca pelaksanaan JCPOA pada bulan Januari lalu, Iran tidak pernah melanggar komitmen-komitmennya. Berbagai laporan dan pernyataan Dirjen IAEA juga telah menegaskan bahwa Iran telah melaksanakan kewajibannya terkait JCPOA.

 

Iran dengan itikad baik telah memulai perundingan dengan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Amerika Serikat, Inggris, Perancis ditambah Jerman) dan setelah mencapai kesepakatan dalam perundingan maraton ini, pemerintah Tehran masih melanjutkan kejujuran dan itikad baiknnya.

 

JCPOA adalah komitmen timbal balik, di mana Iran dan pihak-pihak yang berseberangan memiliki kewajiban yang sama  dalam melaksanakan kesepakatan nuklir tersebut. Artinya, sejauh mana Iran diharuskan melaksanakan kewajiban-kewajibannya, maka pihak seberang terutama AS juga diharuskan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dijelaskan dalam JCPOA.

 

JCPOA adalah komitmen bersama dan kestabilannya pun tergantung pada langkah bersama dan timbal balik dari Kelompok 5+1. Pelaksanaan JCPOA telah memasuki bulan ke-11 dan Iran melanjutkan pelaksanaan kewajibannya dalam perjanjian ini.

 

Pemerintah Tehran tetap melaksanakan komitmennya dalam JCPOA meskipun menurut Reza Najafi, pelaksanaan kewajiban dalam perjanjian ini oleh pihak-pihak yang berseberangan dengan Iran masih belum memuaskan.

 

Inkonsistensi bank-bank besar Eropa untuk menjalin kerjasama dengan bank-bank Iran dan keraguan para investor perusahaan-perusahan besar untuk bekerjasama dengan Tehran merupakan bagian dari pelanggaran komitmen oleh Barat dalam pelaksanaan JCPOA. Padahal berdasarkan kesepakatan ini, Iran seharusnya dapat mengakses pasar-pasar besar finansial dan ekonomi dunia tanpa hambatan.

 

Selain itu, inkonsistensi AS dalam kesepakatan JCPOA juga lebih tampak terlihat ketimbang anggota-anggota Kelompok 5+1 lainnya. Contohnya, ketika Donald Trump memenangkan pemilu presiden AS dan terpilih sebagai presiden baru negara ini, langkah-langkah anti-Iran meningkat.

 

Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan RUU untuk melarang penjualan pesawat komersial ke Iran pada Kamis, 17 November 2016. Keputusan ini adalah salah satu upaya untuk menghentikan penjualan pesawat oleh Boeing dan Airbus ke Iran yang sebelumnya disetujui oleh pemerintahan Presiden Barack Obama.

Langkah tersebut merupakan tindakan nyata AS yang melanggar isi JCPOA. Dan yang pasti, perilaku Negeri Paman Sam tersebut menunjukkan bahwa Amerika tidak bisa dipercaya dan tidak komitmen terhadap janji-janjinya. (RA)