Peran dan Risalah Wanita; Melepas Hijab dan Kebebasan Tak Beraturan (8)
https://parstoday.ir/id/news/iran-i33276-peran_dan_risalah_wanita_melepas_hijab_dan_kebebasan_tak_beraturan_(8)
Melawan Agama Melalui Syahwat
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Feb 21, 2017 15:00 Asia/Jakarta
  • Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
    Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei

Melawan Agama Melalui Syahwat

Semua agama di dunia; bukan hanya agama Islam, menentang syahwat yang tak terkendalikan. Hanya saja agama Islam lebih tertib dan lebih detil dari agama-agama lainnya. Untuk urusan syahwat, agama-agama memiliki aturan dan kaidah serta batasan-batasan. Mendidik jiwa manusia tanpa membatasi syahwat tidak mungkin terjadi. Ketika syahwat manusia tidak terkendalikan sama seperti hewan dan binatang berkaki empat, tidak mungkin sisi manusiawi seseorang akan berkembang. Oleh karena itu, agama menentang syahwat yang tak terkendalikan.

Untuk itu, di setiap masyarakat, jalan sederhana dan mudah dalam melawan agama adalah membuka lebar-lebar jalan syahwat yang tak terkendalikan. Di Iran telah dimulai; salah satu jalannya yang merupakan bagian yang terpenting adalah pelepasan hijab. Satu lagi jalan lainnya adalah menebarkan mabuk-mabukan dan ini sudah dilaksanakan. Yang lainnya lagi adalah mencerabut keterbatasan hubungan antara wanita dan pria. Ini adalah bagian dari pekerjaan yang sudah menjadi pengalaman. Peralatan baru keilmuan dan kemajuan peradaban seperti sinema, radio dan televisi dan semacamnya juga memberikan fasilitas untuk bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan ini di tengah-tengah masyarakat dengan mudah. Ini selain dari wacana keilmuan, pengetahuan dan pemikiran.

Letak kesalahannya adalah sejumlah orang beranggapan bahwa yang menyebabkan penebaran syahwat adalah ilmu dan pengetahuan. Tidak! Ilmu dan pengetahuan adalah masalah kedua. Masalah pertama adalah masalah budaya murni dan membuka jalan kefasadan pemikiran, perilaku nyata, seksual dan kebobrokan hidup ke hadapan masyarakat. Ini adalah pekerjaan pertama yang sudah dilakukan. Oleh karena itu, orang-orang yang pertama kali menjadi rusak di hadapan serangan Barat di Iran juga di negara-negara lainnya, bukan orang yang berilmu. Kebanyakan adalah orang-orang yang tidak berilmu.

Sekarang ini juga demikian. Orang-orang yang tenggelam dalam kefasadan di zaman rezim despotik [Shah Pahlevi] kebanyakan dan mayoritas adalah orang-orang yang tidak berilmu dan masyarakat menengah ke bawah. Iya. kesejahteraan berpengaruh dan membantu. Kondisi sejahtera dan konsumerisme serta kemudahan hidup membantu pada kefasadan yang mereka kejar dan rencanakan. (dalam pertemuan besar bersama para santri hauzah dan mahasiswa, 28/9/1369)

Kebebasan Tak Beraturan; Jalan Melawan Bangsa-Bangsa Revolusioner

Bangsa-bangsa revolusioner, selama punya ketakwaan, selama para pemudanya, para lelaki dan para wanitanya, tetap komitmen pada kesucian dan ketakwaan, maka jiwa keberanian,  resistensi dan keksatriaan juga tetap ada pada mereka. Tapi ketika mereka tergelincir pada fahsya [kekejian] dan keafasadan serta kebebasan tak beraturan, maka semuanya telah selesai. Mereka menginginkan hal ini untuk negara Iran. Sayangnya mereka telah menemukan pelakunya yang tepat dan itu adalah Reza Khan.

Dengan cara diktator memaksa para wanita untuk tampil di tempat umum, melarang hijab dan memaksakan pakaian non hijab. Orang-orang Amerika dan orang-orang Barat dengan para pemikirnya yang kuat selanjutnya menemukan jalannya yang lebih baik. Tentunya mereka telah menggunakan sarana itu dan meningkatkan fahsya [kekejian]. Akibatnya, setelah melewati jangka tiga puluh atau tiga puluh lima tahun dari sejak dimulainya pakaian non hijab di negara kita, kondisi para wanita [bukan semua wanita] dari masyarakat kita, akibatnya terkadang dari wanita-wanita yang ada di tengah-tengah masyarakat yang sama sekali tidak meyakini tentang hijab, menjadi sedikit lebih ke arah sana. Semua sistem dan propaganda dikerahkan untuk menyeret iffah [kehormatan diri], kesucian dan ketakwaan wanita pada kebobrokan. Menjadikan kesucian dan kehormatan diri pria dan wanita menjadi sesuatu yang tidak bernilai. Menunjukkan hubungan di luar syariat antara wanita dan pria sebagai sebuah hal yang biasa. Pengaruh sosial yang muncul dalam hubungan ini, akhlak bejat yang menyebar dan beragam kefasadan yang ada, panjang ceritanya dimana sebagian besar masyarakat kita telah menyaksikannya sendiri. (dalam khutbah salat Jumat, 14/10/1363)

Menyeret Wanita Pada Banalitas Untuk  Bisa Lebih Disalahgunakan Oleh Para Kapitalis         

Para kapitalis besar, politikus busuk dan kotor dan mereka yang berada di balik sistem-sistem tersembunyi beranggapan bahwa mereka bisa lebih memanfaatkan kondisi yang ada untuk urusan politik dan ekonomi mereka dan menyeret wanita pada banalitas. Iya. Di sana ada ilmu dan politik. Para wanita juga sedang maju di medan keilmuan dan politik. Namun dengan harga berapa?

Sekarang juga kebanyakan wanita; bukan hanya empat orang ibu doktor dan spesialis atau penulis dan para cendikiawan di negara-negara Eropa dan Amerika yang memiliki peradaban Barat, hidup dalam kondisi sulit dan kejam. Mereka menahan kezaliman para suami dan kezaliman lainnya yang dipaksakan untuk mereka serta menahan pekerjaan sulit dan berat yang ada di pundak mereka. Dengan pekerjaan ini, pura-pura menunjukkan bahwa mereka telah memasukkan wanita ke medan sosial. Padahal kesempatan untuk berpikir dan mengambil keputusan pun bagi mereka tidak ada. (dalam pertemuan besar bersama para wanita, 26/10/1368)

Mengekspor Kebebasan Tak Beraturan Ke Negara-Negara Islam

Budaya Barat dalam arti ketelanjangan dan kefasadan benar-benar penuh kehinaan dan telah meliputi kehidupan mayoritas wanita di negara-negara Barat. Karena propaganda yang salah, kefasadan dan kebebasan tak beraturan di tengah-tengah masyarakat ini semakin hari semakin meluas. Mereka bermaksud untuk mengekspor kefasadan, yang mereka sendiri terlibat di dalamnya, ke negara-negara Islam. Tapi kita menilainya berbahaya bagi kehidupan sosial dan kami telah menjadikan cara Islam yang merupakan cara yang terbaik sebagai rambu-rambu kehidupan kita. (dalam pertemuan bersama para perawat dan para karyawan kantor kebudayaan, 20/7/1373)

Menggunakan Nafsu Birahi Untuk Menguasai Masyarakat Islam

Kefasadan seksual, kebebasan seksual yang tak beraturan, tidak menjaga aturan dan batas, menggunakan nafsu birahi merupakan sebuah penyimpangan nafsu seksual. Kita telah melihat bahwa penyimpangan dan salah menggunakan nafsu seksual pria dan wanita di berbagai tingkatan, betapa besarnya masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Sekarang, dunia khususnya masyarakat Barat sedang mengalami berbagai macam penyakit yang tidak bisa disembuhkan baik jiwa maupun jasmani.

Sangat disesalkan, musibah besar di zaman kita yakni dalam beberapa dekade ketika penjajah dan strategi penjajahan telah menguasai negara-negara Islam, musibah besar itu adalah ketika para penjajah ingin menguasai masyarakat Islam, mereka menggunakan segala cara, menggunakan segala perantara bahwa alat yang paling kejampun, dan salah satunya adalah seksual, kecenderungan seksual dan kecenderungan wanita dan pria yang secara alami ada pada mereka. Mereka menggunakan perasaan alami yang ada pada manusia ini secara tidak benar. (dalam khutbah Jumat, 11/5/1365) (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan I, Ifaf wa Hejab Dar Sabke Zendegi-e Irani-Eslami Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Udzma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami