Pelantikan Komandan Baru Pasukan al-Quds dan Ancaman AS
Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Ismail Qa'ani mengatakan, Republik Islam harus berdiri kokoh di hadapan musuh-musuhnya karena musuh hanya memahami bahasa kekerasan.
"Musuh-musuh kami hanya mengerti bahasa kekuatan dan inilah mengapa kami harus mempertahankan tanah air kami untuk melawan mereka," kata Qa'ani dalam pidato upacara pelantikannya di Tehran, Senin (20/1/2020).
Dia menyebut Amerika Serikat sebagai sumber permusuhan dan kejahatan terhadap rakyat Iran.
"Jika kita memenuhi tugas kita dengan cara yang tepat, semua ancaman dapat diubah menjadi peluang," imbuhnya.
Brigjen Qa'ani ditunjuk oleh Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei sebagai Komandan baru Pasukan al-Quds IRGC setelah militer AS meneror Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
Dalam pernyataannya, Ayatullah Khamenei menggambarkan Qa'ani sebagai salah satu komandan IRGC yang paling menonjol selama perang yang dipaksakan rezim Saddam terhadap Iran, yang berlangsung selama delapan tahun mulai tahun 1980.
Brigjen Qa'ani sebelumnya menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran). Dia dalam upacara pelantikan menyinggung pembunuhan terhadap Letjen Soleimani yang dilakukan secara pengecut.
"Musuh-musuh membunuh Haj Qassem Soleimani dengan cara yang tidak adil. Mereka tidak cukup jantan untuk menghadapi beliau di medan perang. Mereka membunuh komandan tingkat tinggi kami dengan cara yang paling pengecut, tetapi dengan rahmat Allah Swt dan keteguhan semua lelaki gagah berani di seluruh dunia, kami akan menyerang balik musuhnya dengan cara jantan," tegasnya.
Menurutnya, satu-satunya cara untuk mengatasi musuh adalah melalui keteguhan, ketabahan dan perlawanan.
"Jalan yang cerah, yang dilalui Haj Qassem dengan kekuatan, akan berlanjut dengan kekuatan penuh sebagaimana Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata menetapkan dalam keputusannya," pungkasnya.
Baru-baru ini, Wakil Khusus AS untuk Iran Brian Hook telah mengancam akan membunuh penerus Letjen Soleimani jika dia mengikuti jejak pendahulunya.
"Jika (Ismail) Qa'ani mengikuti jalan yang sama untuk membunuh orang Amerika maka dia akan menemui nasib yang sama," kata Brian Hook menyinggung penunjukkan Brigjen Qa'ani sebagai Komandan baru Pasukan al-Quds IRGC, seperti dilansir Press TV, Kamis (23/1/2020).
Brian Hook melontarkan ancaman dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Arab Saudi Asharq al-Awsat di sela-sela Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss.
"Ini bukan ancaman baru. Presiden (AS Donald Trump), selalu mengatakan bahwa dia akan selalu merespons dengan tegas untuk melindungi kepentingan Amerika," pungkasnya.
Militer AS secara pengecut meneror Komandan Pasukan al-Quds IRGC Letjen Qasem Soleimani di Bandara Baghdad, Irak pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020.
Letjen Soleimani diteror bersama Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis. Teror tersebut dilakukan atas perintah langsung dari Presiden AS Donald Trump.
Empat pasukan IRGC (Pasdaran) yang menyertai Letjen Soleimani dan empat anggota Hashd al-Shaabi yang menyertai Abu Mahdi al-Muhandis juga gugur syahid dalam serangan udara itu.
Letjen Soleimani diteror ketika melakukan kunjungan resmi ke Irak. Tindakan AS tidak hanya sebuah kejahatan besar tetapi juga melanggar hukum internasional, di mana seorang pejabat militer sebuah negara dibunuh ketika kunjungan resmi.
Letjen Soleimani adalah Komandan Pasukan al-Quds IRGC yang ditugaskan dalam misi-misi tertentu di luar perbatasan Republik Islam Iran. Sejak kemunculan teroris Daesh (ISIS) buatan AS dan kelompok-kelompok teroris lainnya di Irak dan Suriah, pemerintah kedua negara itu secara resmi meminta Republik Islam Iran untuk membantu menumpas terorisme.
Letjen Soleimani ditugaskan untuk misi tersebut hingga akhirnya, Daesh di Irak dan Suriah berhasil ditumpas dan berbagai wilayah Irak dan Suriah yang diduduki teoris paling berbahaya ini dibebaskan.
Teror terhadap Komandan Pasukan al-Quds merupakan contoh nyata dari kejahatan perang pemerintah AS dan puncak dari permusuhannya terhadap Republik Islam Iran. Perintah langsung Trump untuk membunuh Letjen Soleimani adalah bantuan besar Amerika kepada teroris Daesh di Irak dan Suriah.
Teror terhadap Letjen Soleimani kembali menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pemerintah AS dan kelompok-kelompok teroris di kawasan Asia Barat. Pasalnya, senior militer Iran itu memiliki peran besar dalam menumpas kelompok-kelompok teroris terutama teroris takfiri Daesh.
Peran besar Letjen Soleimani dalam menumpas kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah tidak bisa dipungkiri. Surat kabar The Guardian menyebutkan bahwa Soleimani masuk ke dalam daftar 10 tokoh di balik layar yang paling berpengaruh di dunia. Surat kabar itu menulis, AS dan Israel telah berulang kali berusaha untuk melenyapkannya.
Majalah Amerika Foreign Policy tahun lalu juga memasukkan Soleimani dalam daftar 10 pemikir terbaik di bidang pertahanan dan keamanan. Tak diragukan lagi bahwa hal itu dikarenakan peran khusus Komandan Pasukan al-Quds IRGC (Pasdaran) dalam menumpas terorisme di Irak dan Suriah.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif menyebut Letjen Soleimani sebagai orang yang paling efektif dalam menumpas Daesh, Front al-Nusra, al-Qaeda dan kelompok-kelompok teroris lainnya, sehingga dia menjadi incaran terorisme internasional Amerika.
Letjen Soleimani memiliki peran penting dalam membentuk dan memperkuat Poros Muqawama di Asia Barat (Timur Tengah), di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebutnya sebagai "Wajah Internasional Perlawanan".
Poros Muqawama hari ini merupakan pemain yang tidak dapat diingkari di kawasan Asia Barat. Oleh karena itu, Amerika, Arab Saudi, dan Israel tentunya tidak bisa mentolerirnya, sebab, poros ini menentang segala bentuk intervensi asing dan pendudukan di kawasan.
Ayatullah Khamenei dalam khutbah Jumat di Mushalla Besar Imam Khomeini ra di Tehran pada 17 Januari 2020 mengatakan, teror terhadap Letjen Soleimani yang merupakan komandan terkuat dan terkemuka dalam menumpas terorisme di seluruh kawasan, telah mengungkap skandal pemerintah tak tahu malu Amerika.
Rahbar menambahkan, bagian penting dari keamanan Iran adalah hasil dari kerja keras para pemuda Mukmin yang dikomandoi oleh Letjen Soleimani, di mana mereka selama bertahun-tahun berjihad dan berkorban. Mereka juga membantu Palestina dan berbagai wilayah lainnya, namun sebenarnya, mereka itu juga sedang menciptakan keamanan untuk Iran.
"Tujuan akhir Amerika menciptakan dan mendukung Daesh (ISIS) adalah menyerang dan menciptakan ketidakamanan di perbatasan dan kota-kota di Iran, namun bantuan para pemuda Mukmin Iran kepada Irak dan Suriah telah menggagalkan konspirasi tersebut," pungkasnya. (RA)