Feb 29, 2020 16:33 Asia/Jakarta
  • Ayatullah Khamenei dan Profesor Alireza Marandi
    Ayatullah Khamenei dan Profesor Alireza Marandi

Dinamika Iran selama beberapa terakhir diwarnai sejumlah isu penting yang kesemuanya fokus dan secara khusus menyoroti masalah virus Corona.

Iran tengah melewati hari-harinya dengan sebuah kampanye besar nasional. Kampanye yang terbentuk lebih dari sepuluh hari untuk menghadapi sebuah virus yang menunjukkan bangsa Iran tidak akan pernah menyerah menghadapi kesulitan dan dalam setiap kondisi tidak akan pernah kehilangan harapannya dalam menghadapi berbagai masalah.

Wabah virus Corona sejak bulan Desember 2019 dan berawal dari kota Wuhan di provinsi Hubei, timur Cina.

Penyakit "COVID-19" sekarang tersebar luas di seluruh dunia.

Virus Corona

"Virus Corona" adalah serangkaian virus yang pertama kali ditemukan pada 1960-an dan sejauh ini tujuh di antaranya telah diidentifikasi dan yang terakhir adalah virus Corona. Menurut peneliti Corona, meskipun sebagian besar terlihat pada hewan, lima di antaranya memengaruhi sistem pernapasan tubuh manusia.

Virus-virus ini menyebabkan gejala-gejala yang mirip dengan flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti SARS dan MERS, tetapi model COVID-19 membuat orang yang terinfeksi memiliki tanda-tanda seperti fulu, dan masalah pernapasan seperti sesak napas, napas pendek dan sakit tenggorokan serta pilek.

Penyebab paling umum dari kekhawatiran terhadap virus ini adalah penyebaran cepat virus ke orang lain. Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) sampai pada kesimpulan bahwa penularan penyakit manusia ke manusia sangat signifikan.

Virus ini sekarang telah menyebar ke setidaknya 50 negara lain di samping 30 provinsi di Cina, dan kasus telah diidentifikasi di Iran.

Sesuai dengan laporan-laporan yang telah dipublikasikan hingga sekarang, lebih dari 85.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi dan dari jumlah ini lebih dari 39.000 orang kondisinya telah membaik, sementara lebih dari 2.900 orang meninggal.

Kianoosh Jahanpour, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Iran hari Jumat, 28 Februari, kepada para wartawan menyinggung sudah 388 orang terinfeksi virus Corona di Iran dan mengatakan, "Patut disayangkan hingga kini ada 34 orang meninggal dunia akibat terinfeksi virus ini."

Menurut Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Medis Iran, hingga kini 73 orang di Iran telah pulih dari coronavirus dan telah keluar dari rumah sakit.

Sementara itu, langkah-langkah telah diambil untuk mendapatkan bantuan sukarela dari negara-negara sahabat, dan pengiriman pertama oleh pemerintah Cina dan Palang Merah Cina, termasuk sekitar 5.000 kit uji korona dan beberapa persediaan lain, tiba di Iran pada hari Jumat.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada hari Jumat, 28 Februari, dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, memuji bantuan teknis dan khusus Beijing untuk Tehran, menyebut epidemi Corona sebagai masalah global dan menambahkan, "Solusi dalam menghadapi Corona, kerja sama dan solidaritas semua negara untuk tidak mempolitisasi masalah itu."

Zarif juga menyambut baik kerja sama antara peneliti dan periset Iran dan Cina dalam penelitian ilmiah bersama untuk memberantas virus Corona.

Wang Yi dan Mohammad Javad Zarif

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, dalam percakapan telepon, menyesali penyebaran virus Corona di Iran, dan menyatakan kesiapan Cina untuk mengirim bantuan yang lebih khusus, serta untuk berbagi semua temuan dan metode memerangi Corona dan kerja sama ilmiah.

Menyusul diagnosis pasti kasus virus, tindakan pengobatan dan pencegahan segera dimasukkan dalam agenda. Para pejabat kesehatan di Republik Islam Iran, berkoordinasi dengan lembaga-lembaga lain, telah melakukan segala upaya untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran virus ini di kawasan meskipun ada sanksi AS.

Upaya tak henti-hentinya dari staf medis dan perawat di pusat-pusat medis telah mengumpulkan pujian dan kekaguman dari warga dan pihak berwenang.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan Direktur Akademi Ilmu Kesehatan Iran (The Academy of Medical Sciences of Iran), Profesor Alireza Marandi, mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Kemenkes Iran, menteri, dokter, perawat, dan seluruh jajaran tim medis yang bekerja keras memerangi penyebaran Virus Corona di Iran. Rahbar menuturkan, kerja keras ini sangat bernilai, dan meningkatkan kedudukan komunitas medis dan perawat di Iran.

Rumah-rumah sakit Iran sekarang dilengkapi untuk mengakomodasi pasien dengan virus, dan ada semua kebutuhan medis dan kesehatan untuk menghadapi dan mencegah virus Corona di negara ini.

Menyusul penyebaran berita tentang wabah penyakit ini di Iran, beberapa media anti-Iran telah secara luas mengabarkan bahwa Iran telah berbohong dan menyembunyikan kasus-kasus virus. Salah satu plot dan konspirasi musuh menebar ketakutan luar biasa di masyarakat dan menghancurkan Iran.

Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang tidak melewatkan kesempatan untuk menuduh Iran, dalam sebuah pernyataan yang tidak berdasar pada hari Selasa, 25 Februari, mengatakan, Washington "sangat prihatin" bahwa Iran telah menyembunyikan rincian wabah virus Corona.

"Semua negara seperti Iran harus mengatakan hakikat tentang virus ini dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga internasional," tambah Pompeo.

Hassan Rouhani, Presiden Republik Islam Iran dalam sidang kabinet menekankan bahwa Corona tidak boleh berubah menjadi senjata bagi musuh untuk meliburkan segala pekerjaan dan produksi di negara, seraya menjelaskan, "Data menunjukkan bahwa di tahun-tahun terakhir di Amerika Serikat, antara 12 hingga 100 ribu orang tewas akibat penyakit influenza."

"Amerika dan musuh-musuh Iran selama 2 tahun lalu dengan sanksi dan propaganda mereka ingin agar produksi dan aktivitas ekonomi di Iran ditutup, tetapi semua itu gagal dengan kewaspadaan rakyat," tambah Rouhani.

Hassan Rouhani di sidang kabinet

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani menyebut penyebaran virus Corona di Iran sebagai bagian dari strategi menyempurnakan tekanan maksimum terhadap negaranya. "Tekanan psikologis terhadap berbagai negara untuk menutup perbatasan darat dan udara, juga tudingan Iran menyembunyikan masalah ini adalah peta jalan baru bagi musuh," tulis Shamkhani dalam cuitan di Twitternya

Ia juga sebelumnya menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tentang jumlah pasien corona di Iran, dengan menyatakan, "Pompeo menyatakan keprihatinan tentang klaimnya bahwa Iran menymbunyikan masalah Corona, sementara masih banyak berita lain yang lebih jelas seperti: masalah Ain al-Assad, pesawat mata-mata AS di Afghanistan, kematian karena flu dan influenza di AS tahun ini dan masalah lainnya belum dirilis oleh Gedung Putih".

Beberapa elemen oportunistik dan penentang Revolusi Islam berusaha mengaitkan masalah yang datang dari serangan virus ini yang berasal dari tempat lain ke Iran. Dugaan seperti penerbitan laporan palsu tentang jumlah korban tewas dan kurangnya fasilitas di rumah sakit dan kurangnya alat deteksi corona adalah bagian dari rumor yang telah beredar sejak hari-hari awal berjangkitnya virus Corona di Iran. Sementara banyak negara di sekitar Iran, dan bahkan di Eropa, telah lama berusaha menyembunyikan virus dan sekarang mencari peluang untuk menutupi kelemahan mereka terhadapnya.

Tuduhan terhadap Iran dilakukan ketika virus Corona dari Cina menyebar ke negara-negara lain, tetapi sebagian negara yang tidak memiliki fasilitas untuk mengidentifikasi dengan tepat atau karena ingin aman tidak mau mengumumkan apa yang terjadi di negaranya. Sebagian sumber-sumber bahkan mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat juga tidak mau mengumumkan data resmi mereka yang terinfeksi virus Corona.

Informasi yang dirilis di jejaring sosial menunjukkan bahwa pemerintah AS menyembunyikan fakta dan informasi tentang berjangkitnya virus Corona di antara rakyatnya dan tidak ada informasi jelas yang diberikan.

Menurut surat kabar Washington Post, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS hari Rabu, 26 Februari, bahwa jumlah orang yang terinfeksi virus ini telah mencapai 59 orang di Amerika Serikat.

Kalangan yang sebelum ini memanfaatkan segala hal mulai dari protes ekonomi dan mata pencaharian hingga banjir dan gempa bumi sebagai alat untuk mencitrakan buruk dan menciptakan gelombang negatif serta memengaruhi opini publik, sekarang juga tidak tinggal diam dan dan berusaha menyebarkan berita hoaks, kekaburan dan agitasi psikis demi melumpuhkan Iran, menyebarkan ketakutan dan meliburkan negara ini. Beberapa juga menyatakan puas dengan situasi tersebut.

Mark Dubowitz, Direktur Lembaga Pertahanan Demokrasi dalam pernyataan memalukan mengatakan, "Dampak virus Corona bagi ekspor non-migas Iran lebih besar ketimbang sanksi ekonomi AS."

Seyed Abbas Araghchi, Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran saat mereaksi kegembiraan direktur Lembaga Pertahanan Demokrasi AS terkait penyebaran virus Corona di Iran mengatakan, "Kegembiraan karena penyebaran Corona dan sukacita melihat penderitaan rakyat benar-benar memalukan dan tidak manusiawi."

Seyed Abbas Araghchi, Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran

Republik Islam Iran berkomitmen untuk menyediakan layanan kesehatan bagi semua warganya. Iran juga merupakan sumber untuk mentransfer pengalamannya di bidang perawatan kesehatan ke negara lain.

Para komandan Angkatan Bersenjata, baik IRGC dan Militer Iran telah mengumumkan kesiapan mereka untuk memanfaatkan semua fasilitas dan bahkan membantu menambah jumlah tenaga medis, tempat tidur rumah sakit dan, jika perlu, pendirian rumah sakit lapangan darurat.

Para pejabat di Kementerian Perindustrian, Pertambangan dan Perdagangan juga telah mengumumkan langkah-langkah penting untuk menghadapi virus ini, mulai dari meningkatkan aktivitas produsen selama 24 jam di bidang disinfektan, deterjen, dan masker.

Fasilitas kesehatan dan tenaga spesialis di Iran tidak hanya menghadapi masalah ini tetapi juga beberapa bulan yang lalu ketika mereka mampu mengendalikan virus influenza tipe-B yang mengancam masyarakat secara efektif dan di masa kini sudah barang tentu memiliki kemampuan untuk mengendalikan virus ini.

Tags