Pasif Sikapi Aksi Represif di AS, Iran Kritik Eropa
-
Seyyed Abbas Mousavi
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Seyyed Abbas Mousavi kembali mengkritik sikap pasif negara-negara Eropa atas penindasan yang dilakukan pemerintah AS terhadap rakyatnya yang menyuarakan protes anti-rasisme.
"Ketika rezim AS merampas hak rakyatnya untuk bernafas dan secara brutal menekan protes damai, sikap pasif negara-negara Eropa yang selama ini mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia menunjukkan ambiguitas dan standar ganda yang mereka jalankan," ujar Mousavi hari Sabtu (20/6/2020).
Jubir kemenlu Iran dalam cuitan di Twitternya menegaskan, "Sudah waktunya bagi dunia untuk menuntut pertanggungjawaban rezim AS atas berbagai pelanggaran hak asasi manusia di dalam dan di luar negara,".
Pembunuhan warga kulit hitam George Floyd oleh polisi AS pada 25 Mei 2020 di Minneapolis, Minnesota telah memicu protes luas yang berlanjut hingga kini.
Gelombang protes menentang rasisme di AS dihadapi secara represif oleh petugas keamanan negara ini. Polisi anti huru-hara AS menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa.

Ironisnya, Presiden AS Donald Trump menyebut para pengunjuk rasa sebagai penjahat yang melanggar hukum. Trump dalam wawancara dengan Fox News mengatakan penggunaan teknik menekan leher tergantung pada situasi dan kadang diperlukan.
George Floyd tewas setelah lehernya ditekan oleh polisi saat penangkapan yang menyulut gelombang protes anti rasisme di AS. (PH)