Tekad Iran untuk Balas Gugurnya Komandan Pasukan al-Quds
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut serangan teror terhadap Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al Muhandis sebagai salah satu contoh buah kehadiran Amerika Serikat.
Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak akan pernah melupakan masalah ini, dan pasti akan memberikan pukulan balik terhadap AS.
Rahbar menegaskan hal itu dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Mustafa Al Kadhimi di Tehran pada hari Selasa (21/7/2020)
Komadan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letjen Qassem Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis dan pengawal mereka gugur syahid dalam serangan udara Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.
Letjen Soleimani bersama pengawalnya pergi ke Iran atas undangan resmi pemerintah negara ini. Serangan teror dan pengecut yang menyebabkan 10 orang gugur syahid ini dilancarkan atas perintah langsung Presiden AS Donald Trump.
Dalam pertemuan Rahbar dengan PM Irak ditegaskan bahwa Republik Islam Iran menginginkan Irak yang terhormat dengan tetap mempertahankan integritas teritorial, persatuan dan solidaritas internal.
Ayatullah Sayid Khamenei mengatakan, apa yang sangat penting dalam hubungan bilateral bagi Republik Islam Iran adalah kepentingan, kemaslahatan, keamanan, kehormatan, kekuatan regional, dan pemulihan kondisi Irak.
Menurut Rahbar, pandangan AS terkait Irak sepenuhnya berseberangan dengan Iran. Ayatullah Khamenei menjelaskan, Iran terkait hubungan Irak dan AS tidak mau ikut campur, tapi berharap sahabat kami Irak, mau mengenal Amerika, dan ketahuilah kehadiran Amerika di negara manapun selalu menjadi sumber kerusakan, dan kehancuran.
Penjelasan Rahbar dalam pertemuan dengan PM Irak ditekankan pada dua masalah penting dan strategis. Dari satu sisi menekankan pengenalan musuh, dan tujuan AS di kawasan, dan di sisi lain menjelaskan cara mengatasi permasalahan dan konspirasi musuh dengan bersandar pada kemampuan dalam negeri, dan tuntutan asli rakyat Irak.
Ayatullah Khamenei saat menjelaskan urgensitas masalah ini, menyebut Marjaiyat dan pribadi Ayatullah Sistani sebagai sebuah nikmat besar bagi Irak dan menuturkan, Hashd Al Shaabi adalah nikmat besar lain bagi Irak yang harus dijaga.
Pada tahun 2001, Amerika dengan dalih memerangi Al Qaeda, yaitu kelompok teroris yang diakui sendiri oleh Donald Trump dan Hillary Clinton, diciptakan oleh Amerika, menjadikan kawasan tidak aman, dan memenuhinya dengan terorisme dengan melahirkan Daesh dan kelompok teroris lain.
Sekarangpun Amerika sedang melakukan petualangan baru untuk mengalihkan perhatian masyarakat dunia dari keterlibatan Trump dalam menciptakan banyak krisis, dan perang di kawasan. Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika melakukan berbagai kejahatan untuk meraih ambisinya.
Pada dasarnya, Amerika sekali lagi menunjukkan bahwa tujuan sebenarnya negara ini adalah mengacaukan kawasan, dan menciptakan kesempatan bagi kelompok teroris untuk beraksi.
Faktanya, musuh selalu gagal merusak hubungan baik Iran dengan negara-negara tetangganya. Hari ini situasi kawasan, dan transformasi politik serta militer sudah berubah, dan semua bangsa kawasan nampaknya tidak bisa menahan lagi dampak buruk kehadiran Amerika.
Oleh karena itu Rahbar kepada PM Irak mengatakan, Republik Islam Iran berharap keputusan pemerintah, rakyat dan parlemen Irak untuk mengusir Amerika dapat ditindaklanjuti, karena keberadaan mereka memicu ketidakamanan.
Hal ini disadari betul oleh PM Irak, dan kepada Ayatullah Khamenei dias menuturkan, rakyat Irak tidak akan pernah melupakan bantuan Iran, dan realitasnya darah rakyat Irak dan Iran bercampur dalam perang melawan Takfiri.
Dari penjelasan Rahbar dan PM Irak dapat dipahami bahwa hubungan Irak dan Iran berdiri pada tiga fondasi, yaitu keamanan bersama, kerja sama ekonomi-politik, dan bersandar pada kesamaan agama.
Maka dari itu hubungan kedua negara sangat penting, dan upaya menjaga kepentingan strategis serta melawan ancaman bersama dapat dijadikan model untuk meningkatkan kerja sama dengan negara kawasan lain. (RA)