Misi AS Meningkatkan Sanksi dari Perspektif Menhan Iran
(last modified Mon, 12 Oct 2020 08:18:42 GMT )
Okt 12, 2020 15:18 Asia/Jakarta
  • Misi AS Meningkatkan Sanksi dari Perspektif Menhan Iran

Amerika Serikat telah melancarkan perang ekonomi skala penuh terhadap Iran dengan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan hukum internasional serta memperketat sanksi yang kejam.

Lalu, apa yang dicari oleh AS dan apakah permusuhan ini akan berhenti di satu titik?

Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan pada watak asli AS yaitu arogansi dan premanisme. Ini adalah sifat bawaan yang telah menjadi bagian dari kebijakan Negeri Paman Sam.

Sejalan dengan kebijakan arogan ini, pemerintah AS dalam sebuah perhitungan yang keliru, berpikir dapat memaksa bangsa Iran untuk menyerah melalui sanksi. Washington menyatakan bahwa tujuan dari kampanye tekanan maksimum terhadap Tehran adalah untuk mencapai sebuah kesepakatan baru dengan Iran yang mengakomodasi semua kepentingan AS.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengenai tujuan utama AS dari kebijakan sanksi, mengatakan sanksi yang dijatuhkan AS terhadap rakyat Iran tentu merupakan sebuah kejahatan. Tujuan jangka pendek dari sanksi ini adalah untuk membuat rakyat Iran lelah dan bangkit melawan pemerintah.

“Tujuan jangka menengah sanksi adalah untuk menghalangi kemajuan negara, terutama kemajuan ilmiah. Tujuan jangka panjangnya adalah membuat pemerintah bangkrut, ini berarti kehancuran ekonomi negara dan keruntuhan ekonomi,” ungkapnya.

Menurut evaluasi awal pemerintahan Trump, sanksi akan menyebabkan ketidakpuasan rakyat dan perubahan sistem, atau memaksa sistem Iran menyerah kepada AS. Bagaimana pun, Trump mengalami delusi dalam perhitungan ini dan bersikeras untuk melaksanakan keputusan yang salah sehingga mendiskreditkan AS di kancah internasional.

Brigjen Amir Hatami.

Menteri Pertahanan Iran, Brigjen Amir Hatami dalam sebuah pernyataan di Tehran, Ahad (11/10/2020) mengatakan, “Di industri pertahanan, musuh ingin menghentikan kemajuan kami, tapi kami mampu berada pada posisi yang baik dalam hal pertahanan dengan mengadopsi metode jihad swasembada.”

“Musuh melakukan upaya maksimal untuk mencabut hak-hak yang paling dasar dari bangsa Iran. Namun, upaya mereka untuk menaklukkan bangsa Iran pasti tidak akan berhasil, karena rakyat Iran tahu bahwa menyerah di hadapan makhluk yang buas dan jahat ini, tidak akan mendatangkan apapun selain kehinaan dan terampasnya hak-hak mereka,” tambahnya.

Dalam aksinya melawan Iran, Trump memprioritaskan penghapusan perjanjian nuklir JCPOA sehingga menurut anggapannya, Tehran tidak bisa lagi memperoleh manfaat dari teknologi nuklir damai.

Untuk mencapai tujuan ini, AS meluncurkan propaganda bahwa program nuklir dan rudal Iran adalah ancaman. Mereka kemudian menekan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menerbitkan laporan palsu tentang program nuklir Iran dan mendorong keluarnya resolusi berdasarkan klaim-klaim yang tidak valid.

Langkah selanjutnya, AS memperluas sanksi ekonomi yang bertujuan untuk memberikan tekanan maksimum pada Iran. Di era Trump, sanksi komprehensif terhadap Iran telah mencapai puncak tertinggi. AS bahkan membatasi akses Iran terhadap obat-obatan di tengah kondisi sulit merebaknya virus Corona.

Menurut ungkapan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, terorisme medis sekarang telah ditambahkan ke terorisme ekonomi Amerika. (RM)

Tags