Wiracarita 9 Dey
https://parstoday.ir/id/news/iran-i88778-wiracarita_9_dey
Pada tanggal 30 Desember 2009, sebuah epos terjadi yang tercatat dalam sejarah Revolusi Islam sebagai peristiwa abadi.
(last modified 2025-12-03T09:58:15+00:00 )
Des 29, 2020 16:11 Asia/Jakarta
  • Epos 9 Dey
    Epos 9 Dey

Pada tanggal 30 Desember 2009, sebuah epos terjadi yang tercatat dalam sejarah Revolusi Islam sebagai peristiwa abadi.

Pada tahun 2009 diselenggarakan pemilu presiden seperti pemilu tahun-tahun sebelumnya di Iran. Partisipasi 85 persen rakyat dalam pemilu presiden periode kesepuluh menunjukkan keberlanjutan teladan demokrasi di Republik Islam.

Mahdi Fazaeli, pakar masalah politik menjelaskan poin ini bahwa biaya proses ini dibebankan kepada negara seraya mengingatkan, "Salah satu alasan kompleksitas Fitnah 88 (kerusuhan 2009) adalah bahwa arus anti revolusi membawa potensi penuhnya pada waktu itu. Namun, kapasitas itu tidak hanya untuk pemilu, tetapi tujuan utama mereka adalah untuk menggulingkan Republik Islam."

Peringatan hari 9 Dey

Padahal, tujuan AS selama Fitnah 88 itu didasarkan pada kebijakan "satu panah dan dua target".

Para perencana fitnah ini, di satu sisi, menargetkan keaslian dan keselamatan pemilu, dan di sisi lain, mereka memimpikan penggulingan lunak. Karenanya, kerusuhan jalanan pasca pemilihan presiden periode kesepuluh di Iran bukanlah peristiwa biasa, melainkan fenomena yang didasari pola revolusi lunak atau revolusi yang dikenal dengan Revolusi Warna. Dokumen dan bukti yang diperoleh setelah fitnah ini menunjukkan bahwa faktor eksternal, khususnya dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, menjadi penyebab terjadinya persekongkolan tersebut.

Saadollah Zarei, pakar urusan internasional dalam menganalisis komponen-komponen yang berpengaruh dari Fitnah 88, merujuk pada peran media dan intervensi beberapa pejabat resmi di Amerika Serikat dan Eropa dalam mendukung para pelaku fitnah ini mengatakan, "Sebagaimana dalam perang delapan tahun yang dipaksakan terhadap Iran, kelompok ini bekerja sama dengan musuh dan menjadi unit pasukan Irak, mereka juga aktif dalam Fitnah 88 dan memasuki tempat kejadian dan mendukungnya."

Tentu saja terlihat jelas bahwa dalam pembentukan fitnah ini, perlakuan yang tidak tepat dari beberapa calon dalam debat pemilu presiden ini pada saat kampanye pemilu telah menyebabkan persoalan pemilu memasuki margin yang membahayakan. Dalam hal ini, gerakan inkonvensional oleh elemen oportunistik dengan dalih mendukung kandidat yang kalah dengan menghina nilai-nilai dan simbol Asyura dalam ritual duka Muharram, mengambil warna dan kilau arus anti-agama.

Namun pada tanggal 9 Dey 1388 (30 Desember 2009), warga Iran dari semua lapisan masyarakat, agama dan ritual turun ke jalan di seluruh negeri dan, menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam, menaklukkan salah satu puncak yang tak terlupakan dan dengan wawasan dan sikap mereka yang tepat berhasil menghapus atmosfer yang berdebu dan, dengan mengandalkan keyakinan dan kehendak Tuhan, menandai hari yang abadi dalam sejarah Revolusi Islam.

Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam sebagian pidatonya menyinggung upaya tanpa henti Amerika Serikat untuk menyebarkan kecurigaan dan mencerabut "harapan dan kepercayaan diri bangsa", seraya mengatakan, "Tanggal 9 Dey, dengan kebesarannya, merupakan hari respon bangsa terhadap permainan tersebut dan pembelaan nilai-nilai revolusi dan agama, yang tentunya masih eksis hingga saat ini."

Oleh karena itu, epos 9 Dey harus dievaluasi pada tingkat kebangkitan revolusioner.

Bangsa Iran, dengan kehadirannya yang sadar dan berwawasan dalam pawai akbar pada tanggal sembilan Dey, yang dibentuk di sekitar poros persatuan dan wilayah, memanifestasikan pengenalannya terhadap musuh berada di level tertinggi dalam melawan arus yang menyimpang.

Dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam telah berulang kali merujuk pada upaya tanpa henti Amerika Serikat untuk menciptakan perpecahan dan konspirasi di kawasan.

Tidak diragukan lagi, seperti yang ditunjukkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, pengeluaran besar dan rencana rumit Amerika Serikat untuk menciptakan perselisihan politik, agama, etnis, dan bahasa di Iran menjadi sia-sia dan gagal, dan tentu saja pertumbuhan dan perkembangan Iran selama masa kepresidenan Amerika saat ini akan terus berlanjut. Dalam kata-kata Pemimpin Besar Revolusi Islam, "Keluar dari medan atau berharap lemahnya Republik Islam akan tetap membuat panas hati mereka."

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam

Gerak spontan rakyat dalam pawai akbar pada tanggal 9 Dey 1388 (30 Desember 2009) dan melawan fitnah setelah pemilihan umum presiden periode kesepuluh, menunjukkan fakta sejarah bahwa kehadiran rakyat yang bersatu di panggung sebagai kekuatan utama dan pilar penting stabilitas revolusi dan Republik Islam, tidak pernah membiarkan musuh menyusup.