Pesan Pemilu di Iran bagi Kawasan Asia Barat
Partisipasi luar biasa rakyat Iran di pemilu presiden yang digelar Jumat (18 Juni 2021) memiliki beragam pesan bagi kawasan Asia Barat.
Ketidakefektifan Kebijakan Sanksi yang Dipropagandakan Poros Arab-Ibrani
Sejak sebelum penyelenggaraan pemilu presiden Iran, sejumlah media Arab dan juga Israel melalui propagandanya berusaha mempengaruhi opini publik demi mereduksi partisipasi rakyat di pemilu dan dari sisi lain, mempertanyakan legitimilasi dan akseptabilitas pemerintah Republik Islam.
Gambaran sejumlah negara Arab dan Israel adalah karena kendala ekonomi, khususnya akibat kebijakan represi maksimum pemerintah Donald Trump terhadap rakyat Iran, tingkat partisipasi di pemilu akan sangat rendah. Pemimpin Besar Revolusi Islam atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di pidatonya pada 16 Juni 2021 seraya mengisyaratkan upaya ini menyatakan, sebagian orang yang mengkritik pemilu Iran, tidak membedakan antara kotak suara dan kotak buah.
Persatuan Internal Rakyat Iran Lawan Pergerakan Musuh
Jawaban tegas Rahbar atas upaya melawan pemilu Iran menjadi sempurna dengan partisipasi luar biasa rakyat di pemilu. Pesan pertama dari pemilu ini adalah rakyat Iran tidak terpengaruh propaganda musuh, dan mereka tetap mempertahankan persatuan dihadapan propaganda ini. Koran Lebanon al-Bana, menulis, "Faktanya pihak asing harus sepenuhnya menyadari fakta ini bahwa rakyat Iran bersatu dengan setiap kelompok demi membela independensinya dalam melawan musuh."
Mosi Percaya Rakyat terhadap Pemerintah dan Kegagalan Kebijakan Menghancurkan Legitimasi
Pesan penting lainnya pemilu hari Jumat di Iran adalah suara rakyat kepada pemerintah Republik Islam dan menyampaikan pesan ini bahwa rakyat tidak menilai kendala ekonomi akibat pemerintah Republik Islam, tapi menganggapnya akibat tekanan luas asing dan sejumlah kesalahan kinerja manusia. Sekaitan dengan ini, pakar Timur Tengah di Koran Haaretz menulis, partisipasi dan kehadiran rakyat di pemilu Iran, mosi percaya kepada pemerintah.
Kegagalan Represi Maksimum
Salah satu tujuan penting kebijakan represi maksimum Donald Trump terhadap Republik Islam Iran adalah mempengaruhi partisipasi rakyat di kancah politik termasuk di pemilu. Partisipasi separuh rakyat di pemilu pada hari Jumat (18/6/2021) membuktikan bahwa kebijakan ini gagal. Mukhtar Haddad, pengamat di laman al-Ahed Lebanon menulis, pemilu ini menunjukkan bahwa Iran dengan kekuatan penuh menjinakkan seluruh upaya yang menarget kohesi dan solidaritas dan sabotase di jalur kemajuan.
Persatuan Rakyat Iran dalam Menghadapi Disintegrasi Sosial dan Politik di Wilayah Pendudukan
Pemilu hari Jumat di Iran, rakyat dari berbagai lapisan dan kubu politik berpartisipasi. Pemilu di Iran ajang persatuan rakyat, sementara Ahad (13 Juni) parlemen Israel (Knesset) menjadi ajang perpecahan politik dan sosial. Pemilu di Iran tidak pernah menciptakan kebuntuan, tapi struktur kekuasaan di Israel selama dua tahun menggelar empat kali pemilu dan pada akhirnya sebuah kabinet dengan ideologi yang saling kontraditkif dibentuk.
Kohesi internal Iran dan perjalanan peristiwa penting yang aman dan terjamin adalah kartu truf dan dukungan untuk kekuatan Republik Islam. Selain itu, berkuasanya pemerintahan revolusioner dan berorientasi perlawanan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Israel. Dalam hal ini, Televisi Al Mayadeen melaporkan bahwa suara pemilihan Iran terdengar di Tel Aviv dan tanda-tanda keprihatinan rezim ini sangat jelas. (MF)