Feb 02, 2023 11:53 Asia/Jakarta

Organisasi Hak Asasi Manusia Eropa-Saudi, yang menentang hukuman mati, mengumumkan dalam sebuah laporan bahwa hukuman mati pada masa pemerintahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Arab Saudi hampir dua kali lipat setiap tahun, dan jumlah rata-rata eksekusi pada masa pemerintahan Bin Salman dan ayahnya meningkat 82 persen.

Menurut laporan ini, pada tahun 2022, Arab Saudi mengeksekusi 147 orang, dan angka ini lebih banyak dari total jumlah hukuman dalam dua tahun terakhir yaitu 81 kasus. Dari 147 orang tersebut, 81 orang dieksekusi dalam satu hari di bulan Maret. 2022, yang dianggap sebagai eksekusi massal yang terbesar yang diketahui dalam sejarah Arab Saudi dan tentu saja diikuti oleh kecaman internasional.

Masih menurut laporan ini, pada tahun 2021 dan 2022, hukuman yang dieksekusi meningkat sebesar 119%, dan penerbitan hukuman ini meningkat sebesar 444% pada tahun 2020 hingga 2022.

Penjara dan hukuman mati di Arab Saudi

Menurut pusat hak asasi manusia resmi, 27 hukuman mati dieksekusi pada tahun 2020 dan 67 pada tahun 2021.

Menurut konteks tradisional dan religius Arab Saudi, eksekusi sudah ada sejak awal pembentukan negara ini.

Namun yang terjadi selama ini, pertama, jumlah eksekusi tidak terlalu tinggi. Kedua, eksekusi di masa lalu dan sebelum perebutan kekuasaan oleh Mohammed bin Salman memiliki aspek agama, dan hasilnya adalah penerapan hukum syariah, tetapi setelah mendapatkan kekuasaan, fungsi eksekusi menjadi sangat lemah.

Karena setelah Bin Salman berkuasa, dimensi agama dari sistem politik Saudi pada dasarnya melemah karena penerapannya. Modernisasi Bin Salman dan program sekuler, dan sebaliknya, dimensi politik dari eksekusi mati telah meningkat dan sekarang sebagian besar eksekusi dilakukan karena alasan politik.

Sebagian besar dari mereka yang dieksekusi mati adalah pengkritik Bin Salman atau mereka yang menolak rumah mereka dihancurkan terkait pelaksanaan proyek raksasa yang disebut Neom Project yang menyebabkan kemarahan Bin Salman.

Organisasi Hak Asasi Manusia Eropa-Saudi, yang menentang hukuman mati, mengumumkan dalam sebuah laporan bahwa hukuman mati pada masa pemerintahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Arab Saudi hampir dua kali lipat setiap tahun, dan jumlah rata-rata eksekusi pada masa pemerintahan Bin Salman dan ayahnya meningkat 82 persen.

Poin dan pertimbangan yang patut dicatat dalam konteks ini adalah bahwa negara-negara Barat yang biasanya bereaksi terhadap eksekusi yang memiliki aspek agama dan syariat, tetapi sekarang sebagian besar eksekusi memiliki aspek dan fungsi politik, dan sebagai alat oleh Bin Salman untuk menghilangkan para oposan, lebih memilih bungkam.

Mereka tidak menerapkan sedikit tekanan pun yang diterapkan terhadapnya, dan seperti yang terlihat selama pembunuhan Jamal Khashoggi, biasanya disertai dengan menutup mata atas apa yang dilakukannya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab peningkatan eksekusi di Arab Saudi setelah Bin Salman berkuasa adalah karena perlakuan ganda negara-negara Barat dan komunitas internasional.

Negara-negara dan masyarakat ini diam ketika menyaksikan eksekusi ini atau terkadang mereka mempublikasikan masalah ini sebagai alat untuk memeras pemerintah Riyadh.

Hal lain yang patut dicatat adalah bahwa ada korelasi yang signifikan antara pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan rezim Zionis dengan peningkatan eksekusi selama era Bin Salman.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa Bin Salman menggunakan mafia Zionis dan pengaruhnya di negara-negara Barat sebagai sarana yang digunakan untuk mengkonsolidasikan basis kekuatannya di dalam negeri.

Mohammed bin Salman

Kebetulan lagi, rezim Zionis menentang demokrasi di negara-negara Arab dan lebih memilih kediktatoran daripada demokrasi di negara ini, mengingat kedalaman dan luasnya penentangan bangsa Arab terhadap rezim Tel Aviv. Hal yang dapat ditemukan sepanjang pertandingan Piala Dunia Doha.

Pada saat yang sama, proses yang sama sedang terjadi di dalam Israel, dan salah satu kritik di internal Zionis sendiri menyebut Netanyahu telah menjauhkan Israel dari demokrasi dan lebih dekat ke sistem diktator.(sl)

Tags