Jan 13, 2024 18:28 Asia/Jakarta
  • Pejuang Brigade al-Qassam dan al-Quds
    Pejuang Brigade al-Qassam dan al-Quds

Transformasi di Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Brigade Al Qassam dan Al Quds Gempur Markas Komando Israel.

Selain itu, masih ada isu-isu lainnya seperti;

  • Media Zionis: AS Beritahu Israel, Hamas Tak Mungkin Dilenyapkan
  • Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Rezim Zionis
  • Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel: Perang di Gaza Sangat Rumit dan Lama
  • Angka terbaru Syuhada Palestina dalam Serangan Israel ke Gaza
  • Ansarullah: Agresi AS dan Inggris terhadap Yaman Pasti Dibalas !​
  • PM Irak Tegaskan Penarikan Segera Pasukan Amerika Keluar dari Negaranya
  • Analis Arab: Sampai Kapan Mesir akan Terus Diam Hadapi Serangan dan Hinaan Israel ?

Brigade Al Qassam dan Al Quds Gempur Markas Komando Israel

Markas komando, dan peralatan militer lapis baja pasukan Rezim Zionis, di Khan Yunis, menjadi sasaran serangan kelompok perlawanan Palestina.

Dikutip kantor berita Shehab, Kamis (11/1/2024) Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dan Brigade Al Quds, sayap militer Jihad Islam, dalam operasi bersama, menyerang markas komando pasukan Israel, di timur kota Khan Yunis, selatan Gaza, dengan mortir kaliber berat.

Pejuangan Brigade al-Qassam

Brigade Ezzeddine Al Qassam, juga menembak sebuah buldoser milik pasukan Rezim Zionis, di timur kota Khan Yunis, dengan bom Shawaz.

Selain itu, dua kelompok perlawanan Palestina, menyerang pasukan infanteri Israel, di timur Khan Yunis, dengan bom anti-tank, dan menyebabkan sejumlah tentara Zionis, tewas serta terluka.

Pada saat yang sama, Brigade Al Qassam menembak tiga kendaraan lapis baja pasukan Israel, di wilayah Bani Suheila, di timur kota Khan Yunis, dengan roket Yasin-105.

Di sisi lain pasukan Rezim Zionis, menyerang wilayah utara kamp pengungsi Palestina, Nuseirat, Al Bureij, dan Al Maghazi, di tengah Jalur Gaza.

Dalam serangan udara jet-jet tempur Israel, ke barat kota Khan Yunis, tujuh warga Palestina, gugur, dan 25 orang lainnya terluka, termasuk beberapa anak-anak.

Media Zionis: AS Beritahu Israel, Hamas Tak Mungkin Dilenyapkan

Stasiun televisi Rezim Zionis mengabarkan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, dalam pertemuan dengan Kabinet perang Israel, menegaskan bahwa Hamas, tidak mungkin dilenyapkan.

Kanal 13 TV Israel, Rabu (10/1/2024) mengutip para pejabat Rezim Zionis, melaporkan, Menlu AS Antony Blinken, dalam pertemuan dengan Kabinet perang Israel, menegaskan orang-orang Palestina, punya harapan, dan mereka harus diterima.

Pejuang Pelastina

Menurut keterangan Kanal 13 stasiun televisi Rezim Zionis, pertemuan Blinken, dengan beberapa anggota Kabinet Israel, berlangsung tegang.

Televisi Rezim Zionis ini menambahkan bahwa Blinken, dalam pertemuan dengan Kabinet perang Israel, menegaskan Hamas, tidak mungkin dilenyapkan dalam bentuknya yang sekarang.

Para pejabat Rezim Zionis, dalam beberapa minggu terakhir berulangkali mengklaim target mereka di perang Gaza, adalah melenyapkan Hamas.

Akan tetapi, pejabat sejumlah negara lain menegaskan bahwa Hamas, adalah sebuah pemikiran, dan tidak mungkin melenyapkan pemikiran di medan perang.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS beberapa hari lalu mengatakan, sebuah pemikiran tidak mungkin dilenyapkan di medan perang, dan di akhir perang tuntutan-tuntutan rakyat Palestina, harus direspons positif.

Hal senada disampaikan Menlu Yordania, Ayman Al Safadi, "Kami tidak bisa memahami bagaimana Israel, dapat meraih targetnya melenyapkan Hamas, karena Hamas, adalah sebuah pemikiran, dan pemikiran tidak bisa dilenyapkan dengan senjata."

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Rezim Zionis

Gerakan Perlawanan Islam Lebanon mengumumkan penghancuran peralatan mata-mata rezim Zionis di utara wilayah pendudukan yang berada dekat perbatasan dengan Lebanon.

Gerakan Hizbullah Lebanon hari Rabu (10/1/2024) menargetkan peralatan mata-mata rezim Zionis di pangkalan militer Hadb al-Bostan dan Hanita.​

Hizbullah

Sebelumnya, Hashem Safiddine, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon, menekankan bahwa tidak ada pangkalan militer rezim Zionis yang tidak berada dalam garis bidik Hizbullah.

"Markas atau pangkalan mana pun yang membahayakan rakyat dan negara Lebanon akan menjadi sasaran kekuatan perlawanan," ujar Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon.

Menanggapi gelombang baru agresi militer rezim Zionis di Jalur Gaza, Hizbullah Lebanon menargetkan permukiman Zionis dan markas besar militer Zionis dengan serangan mortir, roket, dan artileri, yang menyebabkan evakuasi sebagian besar permukiman yang berlokasi di bagian utara wilayah pendudukan yang terletak di dekat perbatasan Lebanon.​

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel: Perang di Gaza Sangat Rumit dan Lama

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rezim Zionis menyebut perang di Gaza sangat rumit dan berlangsung lama.

Menurut kantor berita Palestina Sama, Herzi Halevi, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rezim Zionis hari Rabu (10/1/2024) mengatakan, "Pertempuran terjadi di area kompleks di bawah tanah dan di atasnya, dan pasukan Palestina telah mempersiapkan perang secara teratur dan terorganisir untuk waktu yang lama."​

Herzi Halevi

Kepala Staf Umum Tentara Zionis menyatakan perang di Gaza akan berlangsung lama dan mengklaim pada akhirnya hasil perang ini akan baik.

Sementara itu, Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa perang dengan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) terus berlanjut, namun Israel tidak berniat menduduki Gaza secara permanen atau menggusur warga sipilnya.

Pada tanggal 7 Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina melancarkan operasi Badai Al-Aqsa dari Gaza terhadap posisi rezim Zionis. Israel membalas kekalahannya dan menghentikan operasi perlawanan dengan membom kawasan perumahan, medis dan budaya di Jalur Gaza, yang mengakibatkan lebih dari 23.000 warga Palestina gugur dan lebih dari 59.000 orang terluka.

Serangan tentara rezim Zionis di Jalur Gaza mendapat reaksi tajam dari masyarakat dunia dan kawasan, namun sejauh ini organisasi internasional termasuk PBB belum mampu menghentikan serangan tersebut.

Angka terbaru Syuhada Palestina dalam Serangan Israel ke Gaza

Departemen Kesehatan Palestina mengumumkan jumlah syuhada sejak serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023 hingga saat ini mencapai 23.469 orang.

Menurut laporan IRIB, Departemen Kesehatan Palestina Kamis (11/1/2024) juga mengumumkan jumlah korban terluka dalam serangan militer Israel ke Gaza sampai saat ini mencapai 59.604 orang.

Masih menurut laporan ini, militer Israel selama 24 jam lalu, menggugurkan 12 orang di berbagai wilayah Jalur Gaza dan meluai 194 orang lainnya.

Warga Palestina korban keganasan Israel

Sekaitan dengan ini, Brigade al-Qassam sayap militer Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) dan Brigade al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam Palestina melancarkan operasi gabungan menembakkan mortir ke pusat komando rezim penjajah Quds di timur Khan Yunis di selatan Jalur Gaza sebagai balasan atas kejahatan rezim ilegal ini. Operasi ini berhasil menewaskan sejumlah tentara Zionis.

Sementara itu, pejuang Hizbullah Lebanon dilaporkan menyerang peralatan spionase rezim penjajah Zionis di pangkalan militer Hadab al-Bustan, Hanita, dan al-Baghdadi. Dalam serangan ini, sejumlah tentara Zionis terbunuh.

Sekaitan dengan ini, dan bersamaan dengan sidang Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag membahas pengaduan Afrika Selatan terhadap Israel, digelar aksi demo besar-besaran di Den Haag, Belanda.

Afrika Selatan mengadukan genosida terhadap rakyat Palestina oleh rezim Zionis Israel di Jalur Gaza ke ICJ di Den Haag.

Ronald Lamola, Menteri Kehakiman Afrika Selatan usai sidang pertama pembahasan pengaduan negaranya atas rezim Zionis Israel karena genosida ke ICJ mengatakan, "Kami meminta mahkamah ini menghentikan operasi militer Israel ke Jalur Gaza."

Lebih lanjut Lamola menambahkan, Gaza berubah jadi reruntuhan, dan ICJ harus merilis keputusan mengenai apa yang terjadi di Jalur Gaza.

Ansarullah: Agresi AS dan Inggris terhadap Yaman Pasti Dibalas !​

Biro Politik Gerakan Ansarullah Yaman dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam menyatakan bahwa agresi AS dan Inggris baru-baru ini terhadap negaranya tidak akan dibiarkan begitu saja. ​

Komando Angkatan Udara AS mengumumkan serangan militer terhadap lebih dari 60 sasaran di 16 markas Tentara Nasional Yaman dengan meluncurkan 100 peluru kendali pada Jumat pagi waktu setempat. Serangan tersebut menyebabkan setidaknya lima orang Yaman tewas dan enam lainnya luka-luka.

Image Caption

Serangan Amerika dan Inggris terhadap yaman memicu reaksi dan protes dari berbagai negara, termasuk Republik Islam Iran, Rusia, Cina, dan Irak.

Selain itu, beberapa anggota Kongres Amerika Serikat memprotes serangan tersebut karena dilakukan tanpa izin dari Kongres AS, dan memperingatkan tentang konsekuensi dari tindakan itu.

Kantor Politik Ansarullah dalam statemen yang disampaikan hari Jumat (12/1/2024) menyatakan bahwa agresi kriminal terhadap rakyat Yaman tidak memiliki pembenaran hukum, dan dilancarkan sebagai tanggapan atas perintah Israel.

Ansarullah telah menekankan bahwa agresi Amerika Serikat dan Inggris tidak akan dibiarkan begitu saja dan pasti akan dibalas.

"Negara-negara agresor harus menanggung semua akibat dari agresi ini," kata Ansarullah.

"Posisi rakyat Yaman dalam mendukung dan membantu rakyat Palestina melawan agresi rezim Zionis dan Amerika tidak akan berubah," tegasnya.

Ansarullah juga mengapresiasi posisi negara, partai dan gerakan yang menentang agresi Amerika-Inggris terhadap rakyat Yaman.

Perwakilan Iran di PBB juga mengutuk agresi militer terhadap Yaman yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Inggris dan menyatakan bahwa tindakan ilegal Amerika Serikat dan Inggris melanggar hukum internasional.​

Selama beberapa pekan terakhir, tentara Yaman menargetkan beberapa kapal rezim Zionis atau kapal yang membawa barang menuju wilayah pendudukan di Laut Merah, Samudera Hindia, dan selat Bab al-Mandeb, sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan palestina melawan rezim Zionis.

Pasukan tentara Yaman telah berjanji untuk terus menyerang kapal-kapal rezim Zionis atau kapal-kapal yang menuju wilayah pendudukan di Laut Merah sampai Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.

PM Irak Tegaskan Penarikan Segera Pasukan Amerika Keluar dari Negaranya

Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia Al Sudani menyerukan penarikan segera pasukan Amerika Serikat dari Irak. ​

Selama beberapa tahun, masyarakat dan berbagai kelompok serta partai politik di Irak mendesak penarikan pasukan Amerika dari negara mereka.

Pasukan Amerika di Irak

Tentara Amerika melanjutkan kehadiran ilegal mereka di Irak yang bertentangan dengan negosiasi dan perjanjian sebelumnya yang dicapai antara pemerintah Irak dan Amerika Serikat.

Pihak berwenang Amerika menolak untuk memenuhi kewajiban mereka, meskipun ada beberapa putaran negosiasi strategis antara Baghdad dan Washington untuk mengakhiri kehadiran militernya di Irak karena berakhirnya perang dengan kelompok teroris Daesh, dan disetujuinya rencana pengusiran seluruh tentara asing dari wilayah Irak di parlemen negara ini. Tapi pasukan Amerika masih hadir di wilayah Irak yang melanggar resolusi tersebut.

Kantor berita Reuters hari Rabu melaporkan, Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia al-Sudani mengatakan, "Baghdad sedang berusaha dengan cepat dan sistematis untuk mengakhiri kehadiran kekuatan koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat, sehingga kekuatan tersebut tidak tberada di Irak dalam waktu yang lama dan tidak terkena serangan,".

Perdana Menteri Irak juga menekankan bahwa satu-satunya solusi untuk mengurangi ketegangan di kawasan adalah dengan mengakhiri perang di Gaza.

Kehadiran pasukan Amerika di Irak berlangsung di saat perlawanan Islam di Irak menyerang pangkalan militer Amerika di Irak dan Suriah dengan drone dan rudal untuk mendukung bangsa Palestina yang tertindas di Gaza.

Gelombang serangan tersebut sebagai tanggapan atas dukungan Amerika Serikat terhadap kejahatan tentara rezim Zionis di Gaza.

Analis Arab: Sampai Kapan Mesir akan Terus Diam Hadapi Serangan dan Hinaan Israel ?

Abdel Bari Atwan, pengamat dunia Arab menyerukan supaya Mesir tidak tinggal diam menghadapi agresi dan kebohongan rezim Zionis terhadap Kairo terkait penyeberangan Rafah. ​

Abdel Bari Atwan

Mengacu pada sikap pasif Mesir terhadap Gaza, Atwan dalam sebuah artikel di surat kabar Rai El Youm hari Jumat menulis, "Pihak berwenang Mesir bertanggung jawab atas penyeberangan Rafah dan harus mengambil tindakan yang tepat agar bantuan dapat sampai ke Gaza dan korban luka dapat memasuki penyeberangan ini,".

Ribuan truk yang membawa makanan dan obat-obatan berjejer di depan gerbang penyeberangan Rafah, tapi otoritas Israel tidak mengizinkan mereka masuk,” ujar Atwan.​

"Ketika tentara Zionis menyerang pasukan Mesir dan menghancurkan menara observasi tentara negara ini serta menembak dan membunuh sejumlah tentara Mesir, Kairo tidak bereaksi terhadap penghinaan ini. Kini, urusan penyeberangan Rafah berada di bawah kendali Israel dan saat ini pemeriksaan yang sangat lambat sedang dilakukan dengan dalih mencegah masuknya senjata ke Gaza," tegas pemred Rai El Youm.

Atwan menegaskan bahwa lebih dari dua juta warga Gaza tidur di jalanan, karena mereka terusir dari utara Gaza dan tidak mempunyai roti untuk anak-anak mereka.

"Tidak adanya reaksi Mesir terhadap tindakan ini telah membuat marah rezim Zionis dan menyebabkan Perdana Menteri Israel Netanyahu mengancam akan menduduki poros Salah al-Din yang berada antara Mesir dan Gaza," papar Atwan.

"Tal Becker, Penasihat hukum Kementerian Luar Negeri Zionis, tanpa malu dan kurang ajar di hadapan Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda, menganggap Kairo bertanggung jawab atas kelaparan dan kehausan dua juta warga Gaza. Ironisnya, pemerintah Mesir sebagai pihak yang bertanggung jawab mutlak atas penyeberangan Rafah, serta rakyatnya tidak bereaksi terhadap hinaan pejabat Zionis tersebut," tegas analis politik dunia Arab ini.

Atwan menyerukan supaya Mesir berhenti memainkan peran sebagai mediator dan pembawa pesan Israel dalam krisis Gaza, dan dengan tegas menghadapi perang pembunuhan massal dan pembersihan etnis yang dilakukan rezim Zionis melawan Gaza yang dilanda bencana dan menghormati posisinya.

Di akhir artikelnya, Abdel Bari Atwan, mengingatkan,"Kami berharap, alih-alih Afrika Selatan, Mesir akan mengambil tindakan melawan pembunuhan massal dan pembersihan etnis yang dilakukan rezim Zionis di Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda,

 

Tags