Amerika Tinjauan Dari Dalam 22 Desember 2018
Dinamika Amerika Serikat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting antara lain; keputusan Trump menarik pasukan AS dari Suriah dan Afghanistan, perintah Trump tentang pembentukan komando luar angkasa AS, perdebatan Gedung Putih dan Demokrat soal dana pembangunan tembok pembatas, dan penerbitan laporan resmi terkait peningkatan jumlah gelandangan di AS selama periode Trump.
Trump Tarik Pasukan AS dari Suriah dan Afghanistan
Presiden AS Donald Trump pada 19 Desember 2018 mengumumkan keputusannya untuk menarik pasukan Amerika keluar dari Suriah dengan alasan Daesh sudah dikalahkan. Trump dikenal suka membuat keputusan kontroversial dan tak terduga, dan keputusan itu juga diumumkan secara mendadak.
"Kami telah mengalahkan Daesh yang menjadi satu-satunya alasan untuk berada di sana (Suriah) selama pemerintahan saya," tulis Trump di akun Twitter-nya.
Dalam sebuah tweet lain, Trump menulis, "Setelah kita mencapai kemenangan bersejarah melawan Daesh, sekarang sudah waktunya untuk memulangkan pasukan kami dari Suriah ke tanah airnya."
"Apakah AS ingin menjadi polisi di Timur Tengah, tidak mendapatkan apa-apa selain menghabiskan hidup yang berharga dan triliunan dolar untuk melindungi orang lain – di mana dalam hampir semua kasus – tidak menghargai apa yang kita lakukan? Apakah kita ingin berada di sana selamanya? Waktu bagi orang lain untuk akhirnya bertarung ....," tambahnya.
"Ini adalah kekacauan," kata Senator Republik Lindsey Graham kepada wartawan, sementara Senator Marco Rubio menyebut langkah itu sebagai keputusan yang mengerikan.
Dosen University of South Alabama, Nader Entessar menuturkan, "Keputusan AS ini atau lebih tepatnya keputusan pribadi Trump, benar-benar tidak terduga di masa sekarang dan telah menciptakan sebuah shock dalam kebijakan luar negeri AS."
Saat ini AS menempatkan sekitar 2.000 tentara di Suriah di mana sebagian besar dari mereka adalah pasukan operasi khusus dan bekerjasama dengan sekutunya, milisi Kurdi Suriah.
Presiden Trump juga telah memerintahkan dimulainya penarikan sekitar 7.000 tentara Amerika dari Afghanistan.
Keputusan tiba-tiba, yang dibuat sehari setelah pengumuman Trump tentang penarikan pasukan AS dari Suriah ini, telah mengejutkan banyak pihak, para pejabat Afghanistan bahkan mengatakan mereka belum diberitahu tentang rencana tersebut.
Kantor berita Reuters sebelumnya mengutip seorang pejabat AS melaporkan bahwa jumlah pasukan yang ditarik dari Afghanistan sebanyak 5.000 personel. Namun, The New York Times kemudian menyatakan jumlahnya mencapai 7.000 pasukan.
Senator Lindsey Graham pada Kamis lalu memperingatkan penarikan pasukan dari Afghanistan pada akhirnya dapat menyebabkan serangan lain terhadap AS seperti yang terjadi pada 11 September 2001.
Saat ini sekitar 14.000 tentara Amerika ditambah 16.000 tentara NATO dan sekutu disebarkan di Afghanistan. Lebih dari 2.400 tentara Amerika tewas di Afghanistan sejak 2001, dengan 13 tentara tewas tahun ini.
Trump Teken Perintah Pembentukan Komando Luar Angkasa
Presiden Donald Trump pada 18 Desember 2018, mengeluarkan perintah kepada Departemen Pertahanan AS untuk membentuk Komando Luar Angkasa. Ini adalah sebuah struktur baru di tubuh Pentagon yang akan memiliki kendali keseluruhan atas operasi luar angkasa militer AS.
Perintah ini terpisah dari rencana ambisius Trump untuk membangun cabang militer yang sama sekali baru yang disebut "Space Force," yang belum memperoleh persetujuan dari Kongres.
"Saya mengarahkan pembentukan yang konsisten dengan hukum AS, Komando Luar Angkasa Amerika sebagai Komando Tempur Gabungan yang fungsional," kata Trump dalam memo kepada Menteri Pertahanan James Mattis seperti dikutip Press TV.
Berbicara di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, Komando Luar Angkasa akan mengintegrasikan kemampuan ruang angkasa dari semua cabang militer.
"Ini akan mengembangkan doktrin, taktik, teknik, dan prosedur luar angkasa yang akan memungkinkan para petempur kami mempertahankan negara kita di era baru ini," kata Pence.
Militer AS membagi zona dunia menjadi berbagai komando, seperti Komando Pusat di Timur Tengah atau Komando Indo-Pasifik di Asia. Komando Luar Angkasa juga akan sejajar dengan itu. Perintah ini akan membutuhkan markas baru, serta komandan dan wakil komandan yang akan memerlukan persetujuan Senat.
Tindakan AS soal militerisasi ruang angkasa telah memicu banyak kekhawatiran di seluruh dunia, karena di satu sisi, perjanjian 1967 menetapkan ruang angkasa sebagai tempat bagi semua umat manusia dan bukan untuk negara tertentu, dan di sisi lain, dengan perluasan militerisme di ruang angkasa, persaingan untuk kehadiran militer di sana juga akan meningkat.
Kepala Staf Angkatan Udara Perancis, Jenderal Philippe Lavigne mengatakan, "Jika kita kalah berperang di luar angkasa, kita akan kalah perang di semua lini."
Perdebatan Gedung Putih dan Demokrat Soal Tembok Pembatas
Pekan lalu, Gedung Putih dan kubu Demokrat terlibat perdebatan tentang anggaran pembangunan tembok pembatas di perbatasan AS dan Meksiko. Trump meminta Kongres untuk meloloskan anggaran 5 miliar dolar bagi pembangunan tembok dan mengancam akan meliburkan pemerintahan jika permintaan itu tidak dipenuhi.
Gedung Putih tidak mengirim sinyal yang jelas tentang ke mana arahnya. Namun, dalam sebuah tweet, Trump berkata, "Dengan satu atau lain cara, kita akan menang soal tembok!"
Selama konferensi pers tak lama setelah itu, penasihat Gedung Putih Kellyanne Conway mengatakan Trump tidak mundur, tetapi ingin melihat apa yang akan Kongres berikan kepadanya.
Namun, anggota parlemen AS akhirnya gagal mencapai kesepakatan terkait pendanaan tembok pembatas sebesar 5 miliar dolar. Kubu Demokrat menolak tuntutan itu.
"Demokrat yang suaranya kita butuhkan di Senat, mungkin akan memilih melawan Keamanan Perbatasan dan Tembok meskipun mereka tahu itu DIBUTUHKAN SEGERA. Jika Demokrat memilih tidak, akan ada shutdown yang akan berlangsung untuk waktu yang sangat lama. Orang tidak ingin Perbatasan Terbuka dan Kejahatan!." Tulis Trump di akun Twitter.
Setelah tidak mencapai kesepakatan tentang anggaran tembok Meksiko, Trump akhirnya mengumumkan penutupan pemerintahan AS. Dia menuding kubu Demokrat bertanggung jawab atas penutupan pemerintah.
Trump menyatakan, kubu Demokrat harus dinyatakan sebagai penyebab kebuntuan proses persetujuan anggaran untuk membangun tembok pemisah antara AS dan Meksiko. "Pemerintah ditutup dan kami tidak dapat melakukan apapun dalam hal ini karena kami membutuhkan suara Demokrat," tegasnya.
Jumlah Gelandangan Meningkat di AS
Sebuah laporan yang diterbitkan pekan lalu mencatat peningkatan jumlah gelandangan di Amerika Serikat. Meski terjadi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, namun jumlah warga yang menjadi gelandangan pada 2018 justru meningkat.
Peningkatan 0,3 persen gelandangan di Amerika terjadi ketika Trump berulang kali mengklaim bahwa perekonomian negaranya telah membaik dan angka pengangguran mencapai titik terendah setelah beberapa dekade.
Menurut laporan Departemen Perumahan dan Pengembangan Kota AS yang diserahkan ke Kongres pada Senin lalu, jumlah gelandangan di AS meningkat dari 551 ribu orang pada 2017 menjadi 553 ribu tahun ini. Angka ini adalah peningkatan terbesar kedua mengenai jumlah gelandangan setelah sempat turun selama tujuh tahun berturut-turut.
Pelapor Khusus PBB, Philip Alston baru-baru ini mengatakan bahwa kebijakan dan tindakan Presiden AS saat ini telah memperburuk ketimpangan ekonomi di negara tersebut.
Para pakar ekonomi percaya bahwa ketidakmampuan untuk membayar biaya perumahan, terutama di daerah perkotaan, merupakan penyebab utama peningkatan jumlah gelandangan di seluruh AS. (RM)