AS Tinjauan dari Dalam 27 Juni 2020
-
Pasukan Garda Nasional AS (kiri) dan aksi unjuk rasa anti-rasisme di Amerika.
Dinamika di Amerika selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu seperti perang psikologis AS menjelang berakhirnya embargo senjata terhadap Iran, dan polisi AS mencopot paksa jilbab demonstran Muslim.
Selain itu masih ada isu lainnya di Amerika seperti pengerahan pasukan Garda Nasional untuk menumpas aksi protes di Washington, pernyataan Chomsky tentang karakter Presiden Donald Trump, dan sanksi baru AS terhadap Iran.
Perang Psikologis AS Menjelang Berakhirnya Embargo Senjata Iran
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo, pada Selasa (23/6/2020) mengklaim setelah embargo senjata Iran berakhir pada Oktober 2020, Tehran akan membeli persenjataan Rusia dan Cina, dan Eropa serta Asia akan menjadi sasaran serangan Iran.
Pompeo di laman Twitternya menulis, "Jika embargo senjata Iran berakhir pada Oktober 2020, negara ini bisa membeli jet tempur seperti Sukhoi Su-30, Rusia, dan Chengdu J-10, Cina. Dengan jet-jet tempur ini, Asia dan Eropa bisa terseret ke perang Iran, dan Amerika tidak akan pernah membiarkan hal ini terjadi."
Hal yang perlu digarisbawahi dari statemen Pompeo ini adalah daya tempuh jet tempur tersebut yang bisa mencapai sebagian besar wilayah Eropa dan Asia. Di sini jelas Menlu Amerika tidak bisa membedakan antara daya tempuh maksimal jet tempur, dengan radius operasionalnya, dan jika bersandar pada klaim Pompeo maka jet tempur itu menjalankan tugas tanpa harus kembali.
Meski pernyataan tersebut dikeluarkan Menlu Amerika sebagai persiapan propaganda anti-Iran dengan cara meningkatkan isu Iranfobia sebelum sidang Dewan Keamanan PBB yang akan membahas draf resolusi prakarsa Amerika untuk memperpanjang embargo senjata Iran, namun manuver ini justru tampak konyol, dan klaim serangan Iran ke Eropa menggunakan jet tempur, padahal di sana ada angkatan udara NATO, bahkan pasukan Amerika sendiri, malah seperti menghina dan mengolok-olok kemampuan militer mereka sendiri.
Masalah ini jugalah yang menjadi perhatian Menlu Iran Mohammad Javad Zarif. Ia mengatakan, Pompeo sudah sedemikian putus asanya dalam menyesatkan dunia sehingga mengklaim bulan Oktober 2020 mendatang, Iran akan membeli jet tempur, kemudian terbang melebihi daya tempuh sekali jalannya, mungkin ia bahkan bisa mengatakan kepada kita bagaimana jet tempur itu kembali ke Iran meski kehabisan bahan bakar.

Polisi AS Copot Paksa Jilbab Demonstran Muslim
Seorang perempuan Muslim Amerika Serikat berusia 18 tahun dalam demonstrasi memprotes ketidakadilan terhadap warga kulit hitam, atau Black Lives Matter, di kota Miami pada 10 Juni 2020, mengaku jilbab yang dikenakannya dicopot paksa oleh polisi.
Fars News (25/6/2020) mengutip stasiun televisi CNN melaporkan, polisi kota Miami menangkap Alaa Massri, 18 tahun dalam aksi demonstrasi melawan diskriminasi ras di Amerika, dan membuka paksa jilbab demonstran perempuan Amerika itu.
CNN mengabarkan, Alaa Massri setelah ditangkap saat unjuk rasa kemudian dibawa ke lembaga pemasyarakatan Miami-Dade Turner Guilford Knight, di sana ia diminta membuka jilbab untuk pengambilan foto, namun menolak tapi polisi membuka paksa jilbabnya, dan melarangnya mengenakan kembali jilbab selama 7 jam.
Pengacara Massri, Khurrum Wahid mengatakan, foto Alaa Massri tanpa jilbab sekarang sudah tersebar luas di media sosial, ini memalukan baginya, bukan saja penangkapan, hak beragama Alaa Massri juga dilanggar polisi.
Pasukan Garda Nasional AS Dikerahkan Tumpas Protes di Washington
Ratusan personil Garda Nasional AS dikerahkan untuk menumpas unjuk rasa di Washington DC yang memprotes diskriminasi rasial di Amerika Serikat. Sebanyak 400 anggota Garda Nasional AS bersiaga di ibu kota pada Rabu malam waktu setempat setelah pengunjuk rasa AS mencoba untuk merusak patung Andrew Jackson, presiden ketujuh Amerika Serikat di dekat Gedung Putih, sebagai bagian dari upaya untuk menyingkirkan simbol perbudakan.
Dilaporkan, pasukan Garda Nasional AS juga bersiaga di negara bagian Wisconsin untuk menumpas unjuk rasa anti-rasisme yang dipicu kematian George Floyd oleh polisi kulit putih AS.
Berbagai kota di Amerika Serikat, terutama Minneapolis, Minnesota menjadi arena protes massa yang mengecam aksi rasis polisi terhadap warga kulit hitam AS. Pada 25 Mei 2020, warga Afrika-Amerika, George Floyd tewas setelah lehernya ditekan oleh polisi saat penangkapan. Trump dalam wawancara dengan Fox News mengatakan penggunaan teknik menekan leher tergantung pada situasi dan kadang diperlukan.
Presiden Donald Trump menyebut pengunjuk rasa anti-rasisme di negaranya sebagai kelompok kiri ekstrem. Trump dalam pidato yang disampaikan di hadapan pendukungnya di Phoenix, Arizona hari Selasa (23/6/2020) menyebut protes anti-rasisme dan melabeli mereka sebagai kubu "Kiri ekstrem yang dibenci sepanjang sejarah AS."
Tidak hanya itu, Trump juga menuduh kaum kiri tidak berupaya mempromosikan keadilan, kesetaraan, maupun mengangkat kaum tertindas. "Mereka hanya memiliki satu tujuan yaitu mengejar kekuatan politik mereka dengan alasan apapun," ujar Trump.
Sementara itu, pusat penelitian dan riset al-Fikr dalam laporannya menyatakan, kekerasan polisi di Amerika Serikat telah mengakibatkan lebih dari tujuh ribu orang meninggal. Seperti dilaporkan Fars News, berdasarkan laporan al-Fikr di Amerika, kekerasa polisi negara ini antara tahun 2013 – 2019 telah menewaskan 7.666 orang. Sebanyak 95 persen korban meninggal saat ditangkap atau ditahan di pusat penahanan.

Chomsky: Trump Penjahat Terburuk dalam Sejarah
Filosof dan ilmuwan AS, Noam Chomsky menyebut presiden negara ini sebagai penjahat terburuk dalam sejarah. Seperti dilaporkan Fars News, Chomsky mengatakan, Donald Trump mengakibatkan kematian puluhan ribu orang akibat pandemi Corona di negara ini dan berusaha menghancurkan kehidupan umat manusia di muka bumi dalam waktu dekat.
"Sampai saat ini tidak ada tokoh politik dalam sejarah yang dengan getol mengerahkan upayanya untuk menghancurkan kehidupan sistematis umat manusia di muka bumi dalam waktu dekat," papar Chomsky. Menurutnya, ungkapan ini tidak berlebihan.
Menurut statemen Chomsky, dunia akan melewati pandemi Corona dengan biaya besar, namun dunia tidak akan bertahan dari kejahatan Trump terkait perubahan iklim. Dia menjelaskan, Trump bertanggung jawab atas kematian ribuan orang karena virus Corona, mengingat kebijakannya yang memangkas anggaran sistem kesehatan dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada para gubernur negara bagian.
AS Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Iran
Departemen Keuangan AS dalam sebuah tindakan terbaru anti-Iran, telah menjatuhkan sanksi terhadap delapan perusahaan yang terkait dengan Republik Islam. "Hari ini sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum kami, AS menjatuhkan sanksi terhadap delapan entitas yang terhubung dengan industri baja dan logam Iran," kata Departemen Keuangan AS pada Kamis (25/6/2020) seperti dikutip kantor berita IRIB.
Tiga perusahaan Iran, tiga perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab, satu perusahaan yang bermarkas di Hong Kong, dan satu perusahaan di Jerman, telah dimasukkan ke dalam daftar sanksi AS. Departemen Keuangan AS sudah berulang kali menjatuhkan sanksi terhadap individu dan entitas Iran serta asing dengan bermacam alasan. (RM)