Kunjungan Sultan Oman ke Arab Saudi, Peluang Selamatkan Riyadh dari Krisis
(last modified Mon, 12 Jul 2021 15:16:57 GMT )
Jul 12, 2021 22:16 Asia/Jakarta
  • Sultan Oman Haitham bin Tarik dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz
    Sultan Oman Haitham bin Tarik dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz

Sultan Oman, Haitham bin Tarik Ahad (11/7/2021) dalam kunjungan dua hari tiba di Arab Saudi dan disambut oleh Putra Mahkota Mohammad bin Salman di bandara kota Neom, barat laut Arab Saudi.

Kunjungan luar negeri pertama Sultan Oman ini sejak berkuasa dilakukan atas undangan resmi dari Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz. Berbagai media Arab Saudi mencitrakan urgensitas kunjungan ini, tapi harus diingat bahwa alasan sejati sambutan khusus petinggi Arab Saudi terhadap pemimpin Oman bukan karena ini lawatan pertamanya, tapi karena kunjungan ini dinilai sebagai titik transformasi bagi keluarnya Riyadh dari krisis dan kesulitan yang dihadapi negara ini. Kini Arab Saudi sangat berharap pada peran mediasi dan upaya Oman terkait krisis ini.

Terkait urgensitas kunjungan ini, tak diragukan lagi mengingat kondisi ekonomi kedua negara, merupakan upaya untuk memperkuat hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral di berbagai bidang serta memperluas ufuk kerja sama kedua negara dan solusi pembangunan untuk merealisasikan kemakmuran kedua negara merupakan salah satu agenda utama perundingan Oman-Saudi khususnya Muscat yang baru-baru ini menghadapi protes sporadis di dalam negeri, sangat mementingkan peningkatan volume perdagangan dengan Arab Saudi. Dalam hal ini, Oman mengambil langkah seperti meresmikan proyek jalur penyeberangan dengan Arab Saudi dan memperpendek jarak perbatasan kedua negara dengan maksud meningkatkan volume perdagangan dengan negara tetangganya ini.

Terlepas dari dimensi ekonomi kunjungan ini, dimensi politik dan regionalnya juga sangat penting. Urgensitas politik dan regional kunjungan ini berada di bawah bayang-bayang transformasi yang tengah berlangsung di kawasan. Sepertinya negara-negara Arab, khususnya negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC) tengah merevisi kebijakan regional mereka untuk berkoordinasi lebih besar dengan kebijakan pemerintah AS saat ini yang dipimpin Presiden Joe Biden.

Sultan Oman, Haitham bin Tarik dan MBS nonton final Piala Euro 2020

Menurut pandangan banyak pengamat, di kondisi ketika Amerika menarik pasukannya dari Afghanistan, dan juga jika negara ini terpaksa mengurangi pasukannya di sejumlah wilayah Asia Barat di masa mendatang, negara anggota P-GCC  berencana memperkuat kerja sama di antara mereka.

Di sisi lain, Arab Saudi kini terlibat friksi dengan negara tetangganya, Uni Emirat Arab (UEA) terkait Yaman dan isu ekspor minyak. Dengan demikian Arab Saudi dilanda kekhawatiran dan berharap dengan bantuan Oman yang terkenal sebagai mediator di kawasan, Muscat bersedia menjadi mediator di isu krisis Riyadh dengan Doha (Qatar). Sementara Bin Salman yang memahami kasus ini, kini sangat berharap upaya negara tetangganya ini di krisis yang lain.

Terkait hal ini, perang tujuh tahun di Yaman kini berubah menjadi krisis bagi Arab Saudi, di mana negara ini ingin keluar dari krisis ini secara terhormat. Sementara Oman, dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan perundingan dengan berbagai faksi Yaman termasuk Ansarullah dan pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman. Muscat di kasus ini bersedia mengusahakan Arab Saudi keluar dari krisis perang ini.

Selain itu, di tingkat kawasan, sepertinya normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel menjadi salah satu agenda penting pertemuan ini. Salah satu tujuan yang dikejar Arab Saudi untuk menciptakan konvergensi lebih besar antara negara anggota P-GCC adalah menciptakan peluang normalisasi hubungan antara negara anggota organisasi ini dengan Israel sehingga peluang normalisasi yang menurut sejumlah media Barat merupakan hadiah besar bagi Israel akan dimanfaatkan oleh negara-negara Arab ini. Sepertinya Mohammad bin Salman yang ingin menduduki kursi raja di Arab Saudi, berencana menjalankan rencana ini. (MF)

 

Tags