Transformasi Asia Barat, 4 September 2021
(last modified Sat, 04 Sep 2021 11:35:46 GMT )
Sep 04, 2021 18:35 Asia/Jakarta
  • Hizbullah Lebanon
    Hizbullah Lebanon

Perkembangan di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti; Sheikh Qabalan: Hizbullah Sumber Kebanggaan Lebanon.

Selain itu, masih ada informasi lainnya seperti; Al Houthi: AS dan Saudi Harus Keluar dari Yaman, Menlu Israel: Pengiriman Kapal Iran ke Lebanon, Masalah Keamanan, Hadi Al Ameri: Irak Bukan Afghanistan ! Menlu Suriah Sampaikan Terima Kasih atas Dukungan Iran, Presiden Irak Usung Tatanan Baru Timteng, Analis Militer Israel: Iran Kepung Kami dari Yordania Hingga Mediterania, Pejabat Tel Aviv: Kami Butuh Ancaman Kredibel AS atas Iran, Koalisi Saudi Akui Serangan Drone Terbaru Yaman Merusak, Jihad Islam: Iming-Iming Ekonomi Zionis Tidak akan Ubah Sikap Palestina.

Sheikh Qabalan: Hizbullah Sumber Kebanggaan Lebanon

Mufti Agung Lebanon Sheikh Ahmad Qabalan mengatakan, Hizbullah menjadi sumber kebanggaan bagi Lebanon, dan jika ada "kanker" di Lebanon dan dunia, kanker itu adalah Amerika Serikat dan para pengikutnya.

Hal itu disampaikan Sheikh Qabalan ketika menanggapi pernyataan Senator AS Richard Blumenthal tentang Hizbullah.

Sheikh Qabalan

"Beirut tidak perlu menangisi kekalahan AS di Afghanistan, dan Senator Blumenthal harus menangisi dan meratapi kekalahan negaranya di Afghanistan, bukan di sini," kata Sheikh Qabalan seperti dilansir al-Manar, Kamis (2/9/2021).

Dia menambahkan, Hizbullah membuat Lebanon bangga dan menjadi simbol kedaulatan dan kemerdekaannya serta kebutuhan mendesak untuk keberadaan dan kelanggengannya, dan jika ada kanker ganas di dunia dan di Lebanon, kanker itu adalah AS dan para pengikutnya.

Mufti Ja'fari Lebanon lebih lanjut menyinggung kapal-kapal Iran yang mengankut bahan bakar ke Lebanon.

"Lebanon paling membutuhkan minyak Iran, sebab nasib Lebanon ditentukan oleh jaringan pipa minyak Iran, bukan sarang-sarang Washington, yang memimpin blokade terburuk untuk menghancurkan Lebanon dan rakyatnya," pungkasnya.

Senator AS Richard Blumenthal, yang mengunjungi Lebanon bersama sebuah delegasi, membuat pernyataan yang menyudutkan Hizbullah ketika dia meninggalkan bandara Beirut. Blumenthal mengklaim bahwa AS memasok bahan bakar ke Lebanon dan tidak ada alasan untuk mengimpor bahan bakar dari Iran.

Sebelumnya, al-Akhbar memberitakan tentang masuknya kapal tanker Iran ke perairan Suriah untuk menuju ke Lebanon. Menurut surat kabar ini, kapal Iran pengangkut bahan bakar untuk Lebanon tiba di Suriah hari Rabu, dan setelah bahan bakar diturunkan, selanjutnya akan dibawa ke Lebanon dari Suriah menggunakan kapal tanker.

Menurut koran Lebanon, Hizbullah akan menghadiahkan sebagian bahan bakar yang diimpor dari Iran, ke rumah sakit-rumah sakit pemerintah Lebanon, dan selainnya, kemudian sebuah perusahaan akan mengelola mekanisme penjualan bahan bakar ini ke instansi-instansi swasta dan pusat-pusat pembangkit listrik.

Al Houthi: AS dan Saudi Harus Keluar dari Yaman

Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman mengatakan, setelah pasukan terakhir Amerika Serikat keluar dari Afghanistan, Washington dan sekutunya Arab Saudi juga harus keluar dari Yaman.

Mohammad Ali Al Houthi, Kamis (2/9/2021) menuturkan, AS telah menarik pasukannya dari Afghanistan supaya mereka terbebas dari bahaya, tapi sebenarnya yang lebih penting adalah AS menarik pasukannya lebih dahulu dari Yaman sehingga tidak ada seorang pun terancam bahaya, dan stabilitas di kawasan pulih.

Ia menambahkan, "Bersamaan dengan keluarnya pasukan terakhir AS dari Afghanistan, saya meminta AS dan sekutunya Saudi untuk keluar dari Yaman, mereka harus menyiapkan rencana mundur dari Yaman sehingga rakyat negara ini berada dalam keamanan dan terbebas dari penjajahan."

Al Houthi menegaskan, "Yaman akan menjadi kuburan bagi para penjajah.

Menlu Israel: Pengiriman Kapal Iran ke Lebanon, Masalah Keamanan

Menteri Luar Negeri rezim Zionis Israel menyebut penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan dilakukan dengan cara yang tidak benar, dan pengiriman kapal Iran ke Lebanon adalah masalah keamanan.

Dikutip TV Al Jazeera, Rabu (1/9/2021), Yair Lapid juga menyampaikan kekhawatiran terkait penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak.

Yair Lapir

"Saya tidak yakin AS akan keluar dari Timur Tengah, dan pemerintah Presiden Joe Biden akan melakukan langkah berbeda dari pemerintahan Donald Trump," imbuhnya.

Menlu Israel sehubungan dengan pengiriman kapal Iran ke Lebanon menuturkan, "Masalah kapal bahan bakar Iran yang tengah menuju Lebanon, merupakan masalah keamanan, dan karena itu masalah tersebut harus dibahas."

Soal Afghanistan, Yair Lapid meyakini bahwa penarikan pasukan AS dari Afghanistan merupakan langkah yang benar, tapi dilakukan dengan cara yang tidak benar.

Hadi Al Ameri: Irak Bukan Afghanistan !

Ketua Koalisi Al Fath di Parlemen Irak dalam sebuah seminar di Baghdad menegaskan, hingga akhir 2021 pasukan asing akan keluar dari Irak, dan kondisi Irak sema sekali tidak memiliki kesamaan dengan Afghanistan.

Hadi Al Ameri, Rabu (1/9/2021) mengatakan, "Sampai akhir tahun 2021 kehadiran pasukan asing di Irak harus berakhir. Setelah pasukan Amerika Serikat keluar dari Irak, tidak akan ada lagi senjata yang tersisa di jalan-jalan, jika ditemukan, saya yang bertanggung jawab."

Kepada media Kurdi, Rudaw, Hadi Al Ameri mengatakan, "Di akhir waktu tanggal 31 Desember 2021 tidak akan ada lagi pasukan asing yang tersisa di Irak, baik itu pasukan Prancis atau Turki. Ini keputusan rakyat Irak."

Terkait perkembangan Afghanistan, Al Ameri menuturkan, sama sekali tidak ada kesamaan antara Irak dan Afghanistan. Situasi Irak jelas, dan tidak ada yang menolaknya. Kelompok teroris Daesh sudah mati, dan tidak ada lagi.

Ia menegaskan, kelompok-kelompok bersenjata Irak percaya pada proses politik dan berpartisipasi dalam proses ini serta mendukungnya. Saat pasukan asing keluar dari Irak, maka seluruh pasukan negara ini akan bersatu untuk membangun Irak, dan melayani rakyatnya.

Menlu Suriah Sampaikan Terima Kasih atas Dukungan Iran

Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Al Mikdad menyampaikan terima kasih khusus kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam, pemerintah dan rakyat Iran atas dukungannya selama ini terhadap perjuangan Suriah.

Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal al-Mikdad dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Iran Hossein Amir Abdollahian, di Damaskus hari Minggu (29/8/2021) mengatakan, Suriah dan Republik Islam Iran berdiri bersama melawan terorisme.

Menlu Suriah Faisal Mikdad

Menyinggung perlawanan rakyat Iran terhadap berbagai tekanan AS, Menlu Suriah mengungkapkan, "Bangsa Iran tidak akan pernah menyerah menghadapi tekanan musuh di berbagai bidang. Tekad baja Iran membuktikan bahwa mereka tidak akan pernah menyerah,".

"Perlawanan Iran dan Suriah dan siapa pun yang memperjuangkan keadilan, kebebasan dan mempertahankan kemerdekaannya, akhirnya akan meraih kemenangan mengalahkan terorisme dan membuktikan tidak ada yang dapat meragukan kemampuannya," ujar Al Mikdad.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melakukan perjalanan ke Damaskus setelah menghadiri KTT regional Baghdad untuk menemui para pejabat tinggi negara ini, terutama sejawatnya dari Suriah, Faisal Mikdad.

Presiden Irak Usung Tatanan Baru Timteng

Presiden Irak, Barham Salih mengatakan bahwa kawasan Timur Tengah sedang menyaksikan perubahan besar yang membutuhkan tatanan dan organisasi baru berdasarkan kesamaan pandangan.

Baghdad Al-Youm hari Senin (30/8/2021) mengutip pernyataan Presiden Irak Barham Salih dalam pidatonya yang mengatakan bahwa konflik di kawasan harus diakhiri, karena merugikan semua pihak.

"Kawasan ini sedang menyaksikan perubahan besar yang membutuhkan tatanan dan organisasi baru berdasarkan kesamaan pandangan," ujar Salih.

"Irak adalah salah satu pilar kawasan untuk keamanan bersama dengan tetangganya dan perang melawan ekstremisme," tegasnya.

Di bagian lain dari pidatonya presiden Irak menyinggung pemilu legislatif dini yang akan segera diadakan di negaranya dengan menjelaskan, "Pemilu harus menjadi titik awal untuk menemukan solusi situasi saat ini,".

Pemilu legislatif Irak dijadwalkan akan digelar pada 10 Oktober 2021 setelah dua kali penundaan.

Analis Militer Israel: Iran Kepung Kami dari Yordania Hingga Mediterania

Seorang veteran tentara sekaligus analis militer rezim Zionis Israel mengakui bahwa Iran tengah menyempurnakan kepungan terhadap Israel di Dataran Tinggi Golan secara perlahan, dan menurutnya Israel tidak punya cara lain selain menerima kenyataan itu.

Ehud Yaari, veteran perwira militer Israel, Senin (30/8/2021) dalam artikelnya di situs N12 menulis, "Iran secara perlahan sedang menempatkan persenjataan di Dataran Tinggi Golan, Suriah yang berbatasan dengan Israel, dan sebelum penempatan persenjataan semacam rudal di Golan dilakukan, kondisi ini tidak pernah terjadi."

Ia menambahkan, "Di Golan, dan wilayah Hauran, selatan Suriah, dan utara Yordania, pasukan pemerintah Suriah bersama Hizbullah Lebanon, dan milisi bersenjata dukungan Iran, memberi dukungan politik kepada Suriah, dan mengepung kota Daraa, kota ini merupakan benteng terakhir pasukan gabungan Suriah, dan pemberontak bersenjata."

Dalam artikel itu, Ehud Yaari menulis, Raja Yordania, Abdullah II juga mengetahui tentang penempatan pasukan Suriah di wilayah Hauran yang sekarang berada di bawah kontrol Iran, dan Hizbullah Lebanon, oleh karena itu kemungkinan terbesarnya adalah Israel akan menerima kondisi saat ini, dan menerima penempatan milisi bersenjata dukungan Iran, di wilayah ini dengan syarat tidak ada penempatan rudal.

Menurutnya, Israel berada dalam situasi sulit karena tidak ingin memulai perang dengan pasukan Suriah, membuat Rusia kecewa atau berjudi dengan kelompok-kelompok pemberontak kawasan.

Pejabat Tel Aviv: Kami Butuh Ancaman Kredibel AS atas Iran

Anggota Parlemen rezim Zionis Israel atau Knesset mengatakan, kondisi kawasan Asia Barat saat ini berbeda dengan 10 tahun lalu. Menurutnya retorika Amerika Serikat terkait Iran tidak cukup, Washington harus menunjukkan ancaman kredibel terkait masalah nuklir kepada Tehran.

Dalam wawancara dengan Radio 103 FM Israel, Minggu (29/8/2021), Zvi Hauser menuturkan, "Secara umum pertemuan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dengan Presiden AS Joe Biden, sangat bagus. 48 jam berlalu, dan kami tidak menyaksikan gelombang kedua reaksi publik, hal ini saja sudah merupakan indikasi yang sangat baik. Harus diperhatikan bahwa semua yang disampaikan dalam pertemuan rahasia, sangat penting."

Menurut Hauser, deklarasi AS terkait Iran dan senjata nuklir sangat penting, tapi tidak cukup hanya dengan mengatakannya saja, harus ada ancaman kredibel untuk Iran dalam masalah nuklir. Menurut saya ini merupakan kesempatan langka di antara semua peluang diplomatik yang ada terkait Iran.

Ia menegaskan, "Kami menyaksikan terciptanya sebuah perkembangan di AS dan Israel yang di dalamnya terdapat pemahaman bahwa Timur Tengah di tahun 2021 berbeda dengan tahun 2011. Masih terdapat konflik, tapi kedua pihak berseteru memahami bagaimana caranya mereka menyelesaikan konflik tersebut."

Koalisi Saudi Akui Serangan Drone Terbaru Yaman Merusak

Meski mengklaim berhasil menggagalkan serangan drone militer Yaman ke Bandara Abha, namun Juru bicara Pasukan Koalisi Saudi secara resmi mengonfirmasi kerusakan materi dan korban luka akibat serangan tersebut.

Drone Yaman

Turki Al Maliki, Jubir Pasukan Koalisi Saudi, Selasa (31/8/2021) mengumumkan, Bandara Internasional Abha di selatan Saudi untuk kedua kalinya menjadi sasaran serangan drone.

Ia mengakui berdasarkan informasi awal, serangan drone tersebut melukai delapan orang, namun identitasnya tidak disebutkan.

Turki Al Maliki juga mengakui salah satu pesawat non-militer di Bandara Abha mengalami kerusakan akibat serangan drone itu.

Menurut media Saudi, pada Selasa dinihari terjadi serangan drone ke Bandara Abha namun sebelum drone menghantam target, ia berhasil diledakkan.

Situs berita Al Bawaba Al Akhbariya Al Yamania melaporkan, beberapa pusat pemantauan navigasi udara, Selasa dinihari mengabarkan pembatalan penerbangan di Bandara Abha, artinya aktivitas navigasi udara di bandara itu terhenti, dan serangan drone Yaman sukses.

Jihad Islam: Iming-Iming Ekonomi Zionis Tidak akan Ubah Sikap Palestina

Seorang pejabat gerakan Jihad Islam Palestina menilai opsi janji ekonomi dari rezim Zionis gagal dan tidak akan bisa mengubah sikap bangsa Palestina.

Situs Palestina Al-Youm melaporkan, Ahmad Al-Mudallal, salah seorang pejabat Jihad Islam hari Selasa (31/8/2021) mengkritik pertemuan antara Mahmoud Abbas, Kepala Otorita Ramallah, dan Benny Gantz, Menteri Urusan Perang Israel, dan menilai pertemuan dengan penjahat perang yang tangannya berlumuran darah anak-anak Palestina, tidak dapat diterima oleh siapa pun.

"Pertemuan-pertemuan ini tidak berguna dan hanya menguntungkan para penjajah. Mereka tidak akan menghasilkan apa pun selain kehancuran dan kerusakan bagi kita. Setiap orang yang percaya bahwa ada jembatan kepercayaan antara kami dan penjajah hanya ilusi belaka," ujar Al Mudallal.

"Mahmoud Abbas seharusnya berdiri di sisi Palestina dan bergandengan tangan dengan semua kelompok Palestina bukan berada di bawah bayang-bayang rezim Zionis. Sebab saat ini Palestina  membutuhkan implementasi kesepakatan dialog persatuan nasional," tegasnya.

Al-Mudallah mendesak Mahmoud Abbas tidak bergantung pada langkah AS, dan menyesuaikan kompasnya dengan persatuan Palestina berdasarkan poros perlawanan.

 

Tags