Transformasi Asia Barat, 9 Oktober 2021
Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti Kawalahan di Yaman, Saudi Minta Bantuan AS dan Riyadh sikapi dingin pembentukan kabinet di Lebanon.
Selain itu, masih ada isu lainnya seperti Cairkan Hubungan, Raja Yordania Hubungi Presiden Suriah, Kelompok Palestina Marah Yahudi Diizinkan Beribadah di Masjid al-Aqsa, Ulama Syiah Bahrain: Rezim Al Khalifa Lakukan Kejahatan Besar, Jenderal Irak: Daesh Tidak akan Kembali, Intelijen Yordania: Kami Jalin Hubungan Keamanan dengan Suriah, Al Binaa: Beberapa Bulan Lagi Seluruh Negara Arab Rekonsiliasi, Israel Minta UEA Didik Ulama Palestina agar Terima Normalisasi, Hizbullah: Impor BBM dari Iran, Bukti Kelemahan Israel
Kawalahan di Yaman, Saudi Minta Bantuan AS
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan mengumumkan pertemuan Minggu malam dengan pejabat Amerika Serikat untuk mengakhiri perang di Yaman.
Reuter melaporkan, Menlu Saudi, Faisal Bin Farhan membuat pernyataan tersebut setelah bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell hari Minggu (3/10/2021).
Statemen Bin Farhan datang empat hari setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh untuk membahas masalah Yaman.
Pada hari Selasa, Penasihat Keamanan Nasional AS bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Wakil Menteri Pertahanan Khalid bin Salman, Menteri Dalam Negeri Abdul Aziz bin Saud bin Nayef dan Menteri Garda Nasional Saudi Abdullah bin Bandar.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden, dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya di Washington mengatakan dia bermaksud untuk mengakhiri perang.
Klaim Biden muncul ketika para ahli PBB menggambarkan Yaman sebagai tempat krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Bahkan saat ini, lebih dari 70 persen dari 29 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan dan dukungan kemanusiaan.
Arab Saudi, dengan dukungan Amerika Serikat, UEA dan beberapa negara lain, melancarkan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan pengepungan darat, laut dan udara.
Perang yang disulut Arab Saudi dan sekutunya di Yaman sejauh ini telah menewaskan lebih dari 17.000 warga Yaman, melukai puluhan ribu dan membuat jutaan warga Yaman terlantar.
Saudi Sikapi Dingin Kabinet Baru Lebanon
Pembentukan pemerintahan baru di Lebanon disambut dingin oleh Arab Saudi yang menilainya tidak sejalan dengan kebijakan Riyadh.
Televisi Al-Mayadeen hari Minggu (3/10/2021) melaporkan, Arab Saudi menanggapi pemerintahan baru Lebanon secara dingin, dan Riyadh tidak mengubah posisinya untuk melanjutkan intervensi dalam masalah krisis Lebanon.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengandalkan negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menyelesaikan krisis Lebanon dan berharap bahwa hubungan baik yang terjalin antara AS dan Arab Saudi akan mempengaruhi sikap Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam masalah Lebanon.
Mikati mengambil langkah ini dengan harapan Riyadh setidaknya akan menghapus larangan impor barang atau perjalanan warga Lebanon ke Saudi.
Ketika Riyadh dan Washington bekerja sama dalam menekan rakyat dengan memblokade Lebanon, Hizbullah justru mencari solusi dengan meminta bantuan dari negara lain.
Sejauh ini langkah Hizbullah telah meringankan masalah besar rakyat Lebanon dengan mengimpor bahan bakar dari Iran.
Cairkan Hubungan, Raja Yordania Hubungi Presiden Suriah
Raja Yordania Abdullah II melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam upaya untuk memulihkan hubungan kedua negara.
Seperti dilansir kantor berita Yordania (Petra), Raja Abdullah II dalam pembicaraan dengan Assad pada hari Minggu (3/10/2021), bertukar pandangan tentang hubungan bilateral dan cara-cara meningkatkan kerja sama antara Amman dan Damaskus.
Raja Abdullah II mengatakan kepada Assad bahwa negaranya mendukung integritas teritorial Suriah dan upaya untuk menjaga stabilitas dan kedaulatannya.
Ini merupakan komunikasi pertama Raja Abdullah II dengan Presiden Assad sejak dimulainya konflik di Suriah pada 2011. Pembicaraan ini adalah langkah terbaru untuk mencairkan hubungan antara Yordania dan Suriah.
Rabu lalu, Yordania membuka kembali pintu penyeberangan Jaber dengan Suriah untuk perlintasan warga dan pengiriman barang. Keputusan ini diambil oleh Kementerian Dalam Negeri Yordania dengan tujuan mempercepat pemulihan hubungan bilateral.
Saat ini puluhan kendaraan melintasi jalur penyeberangan tersebut dari kedua arah.
Kelompok Palestina Marah Yahudi Diizinkan Beribadah di Masjid al-Aqsa
Kubu perlawanan Palestina menyebut keputusan membolehkan orang Yahudi beribadah di Kompleks Masjid al-Aqsa sebagai pelanggaran berbahaya terhadap kesucian Islam.
"Keputusan rezim Zionis mengizinkan orang Yahudi beribadah di halaman Masjid Al-Aqsa merupakan awal dari konspirasi pembagian masjid dari segi ruang dan waktu antara Muslim dan Yahudi. Hal ini memungkinkan pemukim untuk melanjutkan serangan mereka terhadap kota Quds dan Masjid al-Aqsa," kata kubu perlawanan Palestina dalam sebuah pernyataan, Jumat (8/10/2021).
"Masjid al-Aqsa adalah bagian dari akidah umat Islam, dan kita tidak akan pernah mengabaikan sejengkal pun dari wilayah Quds dan Masjid al-Aqsa," tambahnya seperti dilaporkan Tasnimnews.
Mereka meminta warga Palestina di Tepi Barat dan wilayah pendudukan tahun 1948 untuk meramaikan dan melakukan iktikaf di Masjid al-Aqsa sebagai bentuk protes.
Kelompok perlawanan menyerukan warga Palestina untuk membela Quds dan Masjid al-Aqsa dari rezim penjajah Israel dan konspirasi mereka.
Gerakan Hamas dalam sebuah siaran pers Kamis kemarin juga memperingatkan tentang konsekuensi dari tindakan rezim Zionis itu.
Pengadilan Israel pada Rabu lalu mengakui hak orang Yahudi untuk beribadah di Kompleks Masjid al-Aqsa.
Masjid al-Aqsa telah menjadi basis tentara Zionis dan pemukim untuk menghancurkan identitas Islam dan Kristen kota Quds dan menggantinya dengan simbol-simbol Zionis.
Ulama Syiah Bahrain: Rezim Al Khalifa Lakukan Kejahatan Besar
Pemimpin Syiah Bahrain menyebut pembukaan kedutaan Israel di Manama sebagai kejahatan besar yang dilakukan rezim Al Khalifa.
"Dengan peresmian kedutaan rezim penjajah ini, maka hal yang akan tercatat dalam sejarah adalah aib dan kejahatan rezim Al Khalifa terhadap Islam, umat, dan bangsa," kata Syeikh Isa Qassim dalam sebuah tweet, Rabu (6/10/2021).
"Normalisasi hubungan memperlebar jurang pemisah antara pemerintah dan rakyat," tambahnya mengacu pada perpecahan yang tercipta antara rakyat Bahrain dan rezim Al Khalifa, seperti dilaporkan televisi al-Alam.
Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid berkunjung ke Bahrain pada 30 September untuk meresmikan kedutaan besar rezim Zionis. Kunjungan ini diprotes keras oleh faksi-faksi Palestina dan rakyat Bahrain.
Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel pada September 2020 melalui mediasi Presiden AS waktu itu, Donald Trump.
Jenderal Irak: Daesh Tidak akan Kembali
Kepala Dinas Keamanan Nasional Irak mengumumkan sebagian besar wilayah negaranya telah dibersihkan dari Daesh dan kelompok teroris ini tidak kembali lagi.
Al-Arabi Al-Jadeed hari Rabu (6/10/2021) melaporkan, Abdul Ghani al-Assadi, kepala Dinas Keamanan Nasional Irak dalam pertemuan dengan komandan keamanan dan tokoh suku-suku di provinsi Al-Anbar mengatakan, "Dengan berakhirnya kehadiran Daesh, kondisi keamanan di provinsi Al-Anbar pulih kembali.”
"Selain bekerja sama dan berkoordinasi dengan badan keamanan dan intelijen lainnya di Anbar, Dinas Keamanan Nasional memiliki tujuan dan operasi unik yang telah berkontribusi dalam menjaga stabilitas di provinsi ini," ujar Al Assadi.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Irak mengumumkan bahwa pasukan yang terdiri dari polisi dan badan intelijen yang berafiliasi dengan Kementerian Dalam Negeri melakukan operasi keamanan di wilayah Jabal Hamrin di provinsi Kirkuk.
Menurut laporan itu, operasi di Kirkuk dilakukan dengan menggunakan beberapa UAV untuk menyerang tempat persembunyian Daesh.
Meski kelompok teroris Daesh berhasil dikalahkan di Irak, tapi sisa-sisa teroris ini masih ada di beberapa bagian negara ini.
Tentara Irak dan pasukan al-Hashd al-Shaabi melakukan beberapa operasi untuk membersihkan berbagai bagian negara dari pendudukan kelompok teroris, dan operasi ini terus berlanjut hingga kini.
Intelijen Yordania: Kami Jalin Hubungan Keamanan dengan Suriah
Setelah dibukanya kembali pintu perbatasan Suriah dan Yordania, juga kontak telepon Raja Yordania dengan Presiden Suriah, Kepala Departemen Intelijen Umum Yordania, GID, menekankan hubungan keamanan yang baik dua negara.
Mayor Jenderal Ahmad Husni, Selasa (5/10/2021) seperti dikutip TV Russia Today mengatakan, Yordania akan memperlakukan masalah Suriah sebagai realitas yang ada.
Ia menambahkan, "Kami tidak akan ikut campur dalam urusan internal Suriah sebagai negara tetangga, tapi kita juga harus realistis. Para pengungsi Suriah berada di dekat kami, dan ada kelompok-kelompok yang harus ditindak di perbatasan Suriah-Yordania demi keamanan dan stabilitas Yordania. Selain itu, para penyelundup senjata, dan narkotika juga harus diberantas."
Mayjen Ahmad Husni menegaskan, "Kami akan memperlakukan masalah Suriah tanpa memperhatikan intervensi, dan kepentingan internasional di dalamnya."
Menurut Ahmad Husni, hubungan keamanan Yordania dan Suriah berjalan dengan baik, dan koordinasi terus dilakukan dua negara untuk menciptakan zona aman di Lebanon, dan Suriah.
Al Binaa: Beberapa Bulan Lagi Seluruh Negara Arab Rekonsiliasi
Salah satu surat kabar Lebanon mengutip sumber diplomatik mengabarkan, beberapa bulan ke depan akan menjadi bulan rekonsiliasi negara-negara Arab, dan kawasan.
Surat kabar Al Binaa, Selasa (5/10/2021) melaporkan, sumber diplomatik negara Arab memprediksikan beberapa bulan terakhir tahun 2021, cukup bagi seluruh rekonsiliasi negara-negara Arab, dan kawasan, serta penyelenggaraan pertemuan pertama negara-negara Arab yang dihadiri Suriah.
Pertemuan tersebut rencananya digelar di Aljazair, dan diperkirakan dapat menjadi faktor yang mempercepat penyelesaian sebagian besar konflik di Dunia Arab.
KTT Liga Arab juga akan diselenggarakan di Aljazair pada musim gugur tahun 2021. Sebelumnya kantor berita Turki mengabarkan bahwa Suriah menang dalam perang di negaranya, dan negara-negara Arab sangat cepat berkesimpulan harus memulihkan hubungan dengan Suriah.
Israel Minta UEA Didik Ulama Palestina agar Terima Normalisasi
Menteri Dalam Negeri rezim Zionis Israel, dengan dalih mengedepankan sikap moderat, toleransi dan perang melawan kekerasan, mengusulkan kepada Uni Emirat Arab agar mendidik para imam masjid Palestina di negara itu.
Ayelet Shaked, Senin (4/10/2021) dalam kunjungan ke Abu Dhabi bertemu dengan Mendagri UEA Saif bin Zayed Al Nahyan, dan mengusulkan agar para imam masjid Palestina di Wilayah pendudukan tahun 1948 mendapatkan pendidikan tentang moderasi beragama, toleransi, dan perang melawan kekerasan.
Dikutip situs Israel Hayom, penentuan imam masjid, dan muazin di 270 masjid di Palestina pendudukan tahun 1948 berada di tangan Kemendagri Israel, dan jumlah mereka mencapai 300 orang.
Dalam rangkaian lawatan pejabat-pejabat Israel ke UEA setelah kesepakatan normalisasi hubungan dua pihak, Mendagri Israel, Senin mengunjungi Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi.
Hizbullah: Impor BBM dari Iran, Bukti Kelemahan Israel
Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon mengatakan impor bahan bakar minyak dari Iran telah memperlihatkan titik kelemahan rezim Zionis.
Sayid Hashem Safiuddin, seperti dilansir kantor berita Lebanon (NNA), menuturkan pada Minggu (3/10/2021) bahwa ini bukan hanya tentang impor bahan bakar, rezim Zionis mengakui mereka tidak dapat berbuat sesuatu di hadapan kapal tanker Iran dan ini menunjukkan titik kelemahan Israel.
"Ada banyak tantangan termasuk tantangan regional yang dihadapi Lebanon saat ini. Negara ini telah menjadi bagian penting dari perimbangan regional dan oleh karena itu kita harus kuat untuk membela Lebanon," tambahnya.
Israel, kata Safiuddin, mengakui tidak bisa mengambil tindakan terhadap kapal tanker yang dikirim oleh Republik Islam Iran ke Hizbullah, karena tidak ingin membawa Hizbullah ke dalam perimbangan perang maritim.
"Ini adalah tanda dari kelemahan Israel dan bertambahnya kekuatan kubu perlawanan," jelasnya.
Menurut petinggi Hizbullah ini, situasi regional sedang berubah dan Amerika Serikat mulai melemah. Dunia Arab dan Islam akan melihat perkembangan baru di Asia Barat dan ini adalah fakta.
Lebanon didera krisis ekonomi yang parah dalam satu setengah tahun terakhir termasuk kelangkaan bahan bakar akibat dari sanksi AS. Hizbullah kemudian meminta bantuan Iran untuk membantu meringankan krisis bahan bakar di Lebanon.