Mengapa Al Khalifa Semangat Menggelar Forum Dialog Bahrain?
Pemimpin Umat Katolik Sedunia Paus Fransiskus mengunjungi Bahrain untuk berpartisipasi dalam "Forum Dialog Bahrain: Timur dan Barat untuk Koeksistensi Manusia". Lawatan ini atas undangan pemerintah Al Khalifa.
Namun kunjungan yang akan berakhir pada hari Minggu (6/11/2022) ini dilakukan ketika di dalam Bahrain sendiri tidak terdengar berita tentang perdamain dan koeksistensi. Sebab, Al Khalifa telah melakukan beragam penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap umat Islam di Bahrain.
Paus Fransiskus tiba di Manama, ibu kota Bahrain pada hari Kamis dan ini adalah perjalanan ketiganya ke Teluk Persia. Paus Fransiskus pernah mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) pada Februari 2019 dan ke Irak pada Maret 2021.
Tiga kunjungan Paus Fransiskus ke negara-negara Arab di Teluk Persia ditujukan untuk mendorong dialog antaragama dan hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk agama. Namun, kali ini, ada yang berbeda dari lawatannya ke Bahrain.
Sejak 2011, Bahrain telah menyaksikan kekerasan sistematis yang dilakukan rezim Al Khalifa. Sebenarnya, sejak hari-hari pertama kemerdekaan Bahrain pada tahun 1970, kekerasan ini telah dilakukan terutama kekerasan terhadap warga Muslim Syiah.
Dalam dekade terakhir, kekerasan telah mencapai puncaknya dan rezim Al-Khalifa, selain melakukan diskriminasi sistematis, juga telah menangkap dan memenjarakan ribuan orang dan menjatuhkan hukuman penjara dalam jangka panjang terhadap ratusan aktivis politik dan sipil di pengadilan militer.
Oleh karena itu, kunjungan Paus Fransiskus ke Bahrain menuai kritik secara luas oleh organisasi-organisasi dan aktivis hak asasi manusia. Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional telah meminta Paus Fransiskus untuk menanggapi tindakan pemerintah Bahrain terhadap warga Muslim Syiah, aktivis politik dan tokoh oposisi.
Para kritiskus mengatakan bahwa rezim Al Khalifa sedang mencoba untuk membersihkan wajahnya dengan mengundang Paus Fransiskus. Pada dasarnya, Al Khalifa sedang memainkan kartu toleransi. Untuk itu, Komunitas Muslim al-Wefaq Bahrain dalam sebuah pernyataan menyinggung kunjungan Paus Fransiskus dan kemungkinan penyalahgunaan lawatan ini oleh Al Khalifa.
"Dengan menyalahgunakan kunjungan Paus Fransiskus, Al Khalifa bermaksud untuk menutupi penindasan dan diskriminasi agama. Saat ini, penjara-penjara rezim ini penuh dengan ulama, dosen, intelektual dan tokoh-tokoh nasionalis yang mengalami segala macam siksaan dan penghinaan," kata pernyataan al-Wefaq.
Tema lainnya adalah bahwa dalam beberapa tahun terakhir, rezim Al Khalifa berusaha untuk lebih memperhatikan pemeluk-pemeluk agama lain, termasuk Kristen dan Yahudi, sekaligus melakukan penindasan dan kekerasan terhadap warga Muslim Syiah dan sebagian dari warga Muslim Sunni yang melontarkan kritikan.
Sekitar 80.000 orang Kristen Katolik tinggal di Bahrain, yang sebagian besar adalah warga negara Asia Tenggara, Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara Barat. Tahun lalu, Bahrain membuka gereja Katolik terbesar di Teluk Persia, yang dinamai dengan Cathedral of Our Lady of Arabia. Langkah ini dilakukan beberapa bulan setelah dibukanya kembali sinagog Yahudi.
Tujuan Al Khalifa adalah untuk mempromosikan toleransi beragama, dan sekarang dengan kunjungan Paus Fransiskus, dia mencoba untuk menunjukkan wajahnya sebagai wajah seorang penguasa yang pandai berdialog antar agama. Padahal sebaliknya.
Hujjatul Islam Morteza Al Sandi, salah satu pemimpin gerakan al-Wafa al-Islami, mengatakan, tujuan AlKhalifa dari kunjungan Paus Fransiskus adalah untuk menormalkan citra rezim dengan toleransi beragama, padahal toleransi dan dialog antaragama tidak memiliki tempat di sisi Al Khalifa. (RA)