Lonjakan Anggaran Militer Negara Pendukung Normalisasi dengan Rezim Zionis
(last modified Fri, 06 Jan 2023 06:02:32 GMT )
Jan 06, 2023 13:02 Asia/Jakarta

Situs Amerika, Global Fire Power menerbitkan laporan mengenai anggaran pertahanan negara-negara kawasan Timur Tengah pada tahun 2023.

Berdasarkan laporan ini, anggaran militer Iran bertengger di posisi 10 di antara 11 negara Timur Tengah, setelah Arab Saudi, UEA, Turki, Israel, Aljazair, Oman, Kuwait, Qatar, dan Irak. Setelah Iran, Mesir menyusul di posisi selanjutnya.

Anggaran pertahanan Iran pada tahun 2023 diperkirakan mencapai lima setengah miliar dolar, yang merupakan peringkat ke-10 dari 40 negara kawasan. Data statistik ini menjadi bukti lain yang menunjukkan bahwa Iran mengadopsi pendekatan defensif, sekaligus membantah tuduhan mengembangkan militerisme dan ekspansionisme di kawasan. Data ini menunjukkan anggaran militer Iran lebih rendah dari beberapa negara di kawasan.

Contoh nyata dari fakta ini dapat ditemukan dalam statistik situs web Global Fire Power, bahwa keempat negara yang telah mengambil langkah menuju normalisasi hubungan dengan rezim Zionis telah mengalokasikan anggaran militer terbesar dari posisi yang pertama hingga yang keempat. Arab Saudi dengan anggaran militer 46 miliar dolar menempati urutan pertama di Timur Tengah dan peringkat kedelapan dunia.

Selanjutnya, Uni Emirat Arab (UEA) menempati urutan kedua di Timur Tengah dengan anggaran militer 25,260 miliar dolar dan menempati peringkat ke-15 dunia, Turki dengan anggaran militer 25,200 miliar dolar berada di peringkat ketiga di Timur Tengah dan peringkat 16 dunia. Kemudian, rezim Zionis bertengger di peringkat keempat di Timur Tengah dan peringkat 17 dunia dengan anggaran militer 24,300 miliar dolar.

 

 

Data statistik ini dengan jelas menunjukkan adopsi pendekatan agresif dan ekspansionis oleh pihak-pihak tersebut. Pada saat yang sama menegaskan fakta bahwa di balik normalisasi hubungan atau yang disebut perjanjian Ibrahim, tersembunyi tujuan yang sepenuhnya ekspansionis dan agresif. Data ini memperjelas pendekatan agresif Arab Saudi dan UEA di Yaman dan pendekatan ekspansionis rezim Zionis di wilayah pendudukan Palestina.

Sementara itu, meskipun Turki telah merevisi pendekatannya sampai batas tertentu setelah kekalahan dalam perang Suriah dan telah mencoba untuk menciptakan keseimbangan dalam pendekatan kebijakan luar negerinya. Tapi posisinya yang berdiri di samping koalisi agresor Israel, UEA dan Arab Saudi, menunjukkan fakta mengenai kesejalanan dengan pihak-pihak yang mendukung normalisasi hubungan dengan Israel di kawasan. Pada saat yang sama, Turki belum sepenuhnya mundur dari ambisi Ottomanismenya dan hanya mengubah ruang ekspansionisnya dari Timur Tengah dan Afrika Utara ke Kaukasus.

 

 

Poin penting lainnya adalah peran yang dimainkan oleh pemerintah dan perusahaan senjata asing dalam hal ini untuk mendapatkan keuntungan besar dari lonjakan anggaran militer negara-negara kawasan Timur Tengah. Pasalnya, sebagian besar negara Arab adalah importir senjata, dan peningkatan anggaran militer negara-negara ini merupakan peningkatan keuntungan perusahaan senjata Barat.

Menurut situs Global Fire Power, Oman telah mengalokasikan 8,300 miliar dolar, Kuwait 8,100 miliar dolar, dan Qatar 5,800 miliar dolar dari anggaran militer mereka, yang tidak diragukan lagi merupakan reaksi terhadap peningkatan anggaran militer Saudi dan Uni Emirate Arab.

Tampaknya, ketiga negara Arab ini merasa terancam akibat lonjakan anggaran militer Arab Saudi dan UEA, serta kedekatan mereka dengan rezim Zionis, dan invasi militernya ke Yaman.(PH)

Tags