88 Palestina Gugur Syahid dalam Kurun Waktu Kurang dari 3 Bulan
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 88 warga Palestina telah gugur syahid oleh pasukan Zionis sejak awal tahun 2023.
Kejahatan yang dilakukan Zionis terhadap warga Palestina meningkat sejak September 2020, ketika kesepakatan normalisasi hubungan antara rezim Zionis dan beberapa negara Arab ditandatangani.
Namun, sejak kabinet baru Benjamin Netanyahu mulai menjabat pada akhir Desember 2022, kejahatan itu jelas meningkat.
Alasan utamanya adalah kabinet baru ini sangat ekstrem, dan orang-orang seperti Itmar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Dalam Negeri, memiliki kecenderungan anti-Arab dan khususnya anti-Palestina yang kuat.
Untuk alasan ini, beberapa rencana anti-Palestina telah disetujui di kabinet Netanyahu dalam 3 bulan terakhir, dan pola perilaku ini telah menyebabkan intensifikasi kekerasan terhadap warga Palestina yang menyebabkan banyak yang gugur syahid serta melukai ratusan warga Palestina.
Menurut pengumuman Kementerian Kesehatan Palestina, sejak awal tahun ini, 88 warga Palestina telah menjadi syahidr oleh pasukan Zionis Israel, termasuk 17 anak-anak dan seorang wanita.
Dengan kata lain, seperlima dari para syahid Palestina dalam tiga bulan terakhir adalah anak-anak.
Meskipun demikian, baik lembaga internasional maupun kekuatan yang mengklaim hak asasi manusia tidak mengambil tindakan apapun terhadap kejahatan Zionis terhadap anak-anak Palestina, dan tidak ada lembaga yang mengangkat suaranya untuk mendukung kesyahidan anak-anak Palestina.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 88 warga Palestina telah gugur syahid oleh pasukan Zionis sejak awal tahun 2023.
Kebungkaman para penuntut hak asasi manusia di depan pembunuhan anak-anak Palestina oleh rezim Zionis menunjukkan bahwa perlindungan hak asasi manusia dan terutama hak-hak anak bukanlah masalah khusus untuk semua anak di dunia, tetapi hanya mencakup mereka yang berada di lingkaran dukungan Barat.
Isu ini sekali lagi membuktikan selektifitas pandangan HAM oleh Barat.
Masalah lainnya adalah Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan jumlah syuhada secara terpisah sebagai berikut: 35 syuhada dari provinsi Jenin, 21 syuhada dari Nablus, 7 syuhada dari al-Khalil, 6 syuhada dari Quds, 5 syuhada dari Ariha dan Aghwar, 5 syuhada dari Qalqilya , 3 syahid dari Ramallah dan Al-Bizah, 2 syahid dari Jalur Gaza, 2 syahid dari Betlehem, 1 syahid dari Salafi dan 1 syahid dari Tubas.
Statistik ini menunjukkan bahwa selama 3 bulan terakhir, hanya 2 orang yang gugur syahid di Jalur Gaza dan sisanya dari Tepi Barat.
Dengan kata lain, tingginya jumlah syahid Palestina di Tepi Barat menunjukkan bahwa Tepi Barat secara resmi telah dipersenjatai.
Mempersenjatai Tepi Barat juga berarti bahwa, pertama, perang dengan Zionis Israel tidak lagi terbatas pada kelompok-kelompok perlawanan di Jalur Gaza, dan kedua, orang-orang Palestina telah sampai pada kesimpulan bahwa kompromi dengan rezim Israel tidak melayani kepentingan mereka, dan kini mereka telah memilih jalan perlawanan terhadap rezim pendudukan ini.
Pada saat yang sama, mempersenjatai Tepi Barat berarti melemahkan posisi organisasi Otoritas Palestina di kalangan rakyat Palestina karena organisasi ini pada dasarnya tidak percaya pada perlawanan dan menekankan kompromi dan dialog dengan rezim Zionis.(sl)