Kebingungan Militer dan Pemerintah Israel di Tepi Barat
(last modified Sun, 27 Aug 2023 13:15:12 GMT )
Aug 27, 2023 20:15 Asia/Jakarta
  • Kelompok muqawama di Tepi Barat, Arin al-Usud
    Kelompok muqawama di Tepi Barat, Arin al-Usud

Muqawama di Tepi Barat dalam beberapa hari ini menjadi tren berita di berbagai media berbahasa Ibrani, dan Zionis akan menyaksikan sekenario menakutkan dengan meluasnya muqawama di kawasan ini.

Dalam beberapa tahun lalu, muqawama bersenjata rakyat Palestina dI Tepi Barat, yang juga kerap disebut intifada ketiga, mengalami kemajuan signifikan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, serta memanfaatkan berbagai teladan dalam hal ini.

Muqawama Palestina di Tepi Barat, meski mengalami berbagai tantangan dan kendala, namun pada tahun 2021, khuussnya setelah pertempuran "Pedang Quds" telah mendapat nafas baru serta memasuki fase kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah korban di pihak Israel selama operasi muqawama di paruh pertama tahun ini mencapai 34 orang, di mana tahun 2021 hanya berjumlah empat orang dan tahun 2022 sebanyak 31 orang.

Menurut data yang dirilis Pusat Informasi Palestina, selama paruh pertama tahun 2023, sebanyak 6704 operasi muqawama dilancarkan di berbagai kota Tepi Barat. Kota-kota seperti Nablus, Jenin dan al-Khalil menempati posisi puncak berkaitan dengan operasi muqawama. Hingga akhir Juni 2023, sebanyak 1385 operasi muqawama dilancarkan di Nablus, 1034 operasi di Jenin dan 944 operasi di al-Khalil.

Perjuangan rakyat Palestina di Tepi Barat (dok)

Poin yang patut diperhatikan dalam muqawama di Tepi Barat adalah keragaman dalam bentuk dan metode operasi anti-Zionis. Bahkan sejumlah operasi dilakukan oleh individu yang tidak berafiliasi dengan faksi muqawama mana pun, dan sebagian operasi dilakukan oleh anggota muqawama di Jalur Gaza. Sebagian operasi juga dilancarkan secara berkelompok dan di depan umum.

Sementara itu, operasi individu warga Palestina yang sering dilakukan oleh generasi muda dengan rata-rata usia 20 tahun lebih banyak. Selain itu, Tepi Barat menjadi saksi kemunculan dan pembentukan kelompok perlawanan baru seperti Batalion Nablus dan Jenin, Batalion Arin al-Usud, Tulkarem dan Nur Shams, dll. .. Ada yang berafiliasi dengan kelompok perlawanan besar Palestina dan ada pula yang baru muncul dan beroperasi secara independen.

Menurut para pakar, kelompok-kelompok ini membentuk front satu dan menjalankan strategi kalung mutiara.Kelompok-kelompok ini bertindak sebagai tameng pertahanan untuk melindungi kamp-kamp, ​​kota-kota dan desa-desa Palestina dari kemungkinan serangan musuh Zionis.

Ada hubungan langsung antara pertumbuhan ekstremisme di Israel dan kebangkitan partai-partai dan kelompok-kelompok ekstremis yang berkumpul di kabinet baru Netanyahu, dan pertumbuhan serta penyebaran perlawanan di Tepi Barat. Semakin radikal dan ekstrem Israel dan pemukim Zionis, perlawanan bersenjata di Tepi Barat pun semakin besar dan meluas.

Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan ekstremis dan ekspansionis rezim Zionis, yang semakin meningkat dan meluas setelah pembentukan kabinet Netanyahu yang baru, telah memberikan hasil yang berlawanan bagi rezim ini dan telah meningkatkan ancaman dan kerentanan internalnya. Menurut pengakuan surat kabar berbahasa Ibrani Yediot Aharonot, setengah dari kekuatan tentara Israel saat ini terjebak di Tepi Barat untuk menghadapi kelompok (perlawanan Palestina).

Ini artinya bahwa militer Zionis menghadapi tantangan luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Dan mengingat peran menentukannya dalam pembentukan pemerintah Zionis, yang menjadikannya negara garnisun, telah membahayakan kelangsungan pemerintahan dan keberadaan Israel. (MF)