Eksodus Besar-Besaran Zionis dari Israel, Konsekuensi Kebijakan Provokatif Kabinet Netanyahu
Tv Israel, Saluran 12 mengumumkan bahwa Operasi Badai Al-Aqsa menyebabkan sebagian besar Zionis kehilangan kepercayaan mereka pada Israel dan tidak menganggap wilayah pendudukan sebagai tempat yang aman untuk hidup.
Pada dasarnya, salah satu permasalahan terpenting rezim Zionis selama 8 dekade terakhir adalah kurangnya jumlah masyarakat sebagai warga.
Untuk mengimbangi masalah kependudukan, rezim Zionis telah mendorong orang Yahudi dari seluruh dunia untuk berimigrasi ke wilayah pendudukan. Kesejahteraan dan keamanan menjadi dua janji yang diberikan Israel kepada orang-orang Yahudi di seluruh dunia untuk berimigrasi ke wilayah pendudukan.
Menurut Pars Today, masalah perang dan ketidakamanan yang meluas selalu menyebabkan sebagian besar penduduk yang menetap di wilayah pendudukan berpikir untuk kembali ke negara asal mereka sebelum bermigrasi ke wilayah pendudukan.
Selama setahun terakhir, impian akan keamanan dan kesejahteraan mereka hancur, karena genosida rezim Zionis terhadap masyarakat Gaza dan sebulan terakhir terhadap Lebanon. Kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon telah berulang kali menyerang wilayah-wilayah pendudukan, sebagai balasan atas kejahatan Israel, sehingga menyebabkan ketidakamanan yang meluas dan meningkat di wilayah pendudukan. Oleh karena itu, menjelang peringatan 80 tahun berdirinya rezim ilegal Israel, sebagian besar migrasi balik dari wilayah pendudukan disebabkan oleh seringnya Israel berperang dengan kelompok perlawanan.
Ketidakamanan yang membayangi wilayah-wilayah pendudukan akibat provokasi yang terus-menerus oleh rezim Zionis semakin menunjukkan dampaknya setiap hari. Pada tahun lalu dan setelah operasi 7 Oktober, setengah juta Zionis telah meninggalkan wilayah pendudukan.
Faktanya, pada saat yang sama ketika pemukiman Zionis yang berdekatan dengan Jalur Gaza dikosongkan, hampir 200.000 Zionis juga meninggalkan pemukiman mereka di sekitar Lebanon dan mengungsi ke Tel Aviv dan bagian tengah wilayah pendudukan.
Dalam sebuah laporan, surat kabar berbahasa Ibrani Jerusalem Post mengakui bahwa rezim Zionis telah menyaksikan gelombang migrasi balik terbesar dalam sejarah dan 40.600 orang telah meninggalkan wilayah pendudukan selama tujuh bulan pertama tahun ini. Statistik ini setara dengan 2.200 orang per bulan.
The Jerusalem Post menambahkan, mereka yang melakukan migrasi balik juga mengambil harta benda, gelar akademik, dan keterampilan kerja mereka.
Sementara itu, temuan survei komprehensif Center for Jewish Influence memberikan gambaran kompleks tentang masyarakat Israel saat ini.
Survei ini menunjukkan bahwa saat ini 29% masyarakat Zionis berpikir untuk bermigrasi ke luar wilayah pendudukan. Selain itu, 71 persen warga Israel tidak optimis untuk tinggal di wilayah pendudukan dalam beberapa bulan mendatang.
Meskipun Benjamin Netanyahu, perdana menteri rezim Zionis, dan anggota kabinet ekstremisnya, dengan propaganda yang luas, menampilkan diri mereka sebagai pemenang perang satu tahun melawan Gaza dan perang yang sedang berlangsung melawan Lebanon, realitas sosial secara khusus menunjukkan bahwa perang ini menimbulkan kerugian besar bagi rezim Zionis. hal ini jelas menunjukkan bahwa sebagian dari dampak ini, seperti peningkatan migrasi balik, dan sebagian lagi konsekuensinya, juga akan terlihat pada periode pasca perang.(PH)