Kekalahan rezim Zionis di Gaza; Kemenangan Perlawanan di Lapangan dan Politik
Kelompok-kelompok perlawanan Palestina menegaskan kembali komitmen mereka terhadap tuntutan sah rakyat Palestina dalam perundingan gencatan senjata.
Menurut Marwan Abdel Aal, anggota Biro Politik Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP), isu pelucutan senjata perlawanan tidak pernah menjadi bagian dari meja perundingan, dan pengelolaan Jalur Gaza akan tetap menjadi urusan nasional Palestina.
Ia menambahkan,“Kita berhadapan dengan musuh yang tidak dapat dipercaya, karena Israel terus-menerus melanggar setiap kesepakatan.”
Perundingan Gencatan Senjata: Tanda Kekalahan Israel
Perundingan gencatan senjata di Gaza yang berlangsung di Sharm el-Sheikh, Mesir, menurut para analis, merupakan indikasi kegagalan strategis Israel.
Tujuan militer dan politik yang dicanangkan Tel Aviv sejak awal perang tidak tercapai. Di bawah tekanan besar — baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional — Israel akhirnya terpaksa mundur.
Faktor Keberhasilan Perlawanan Palestina
Keberhasilan perlawanan Palestina merupakan hasil kombinasi kekuatan militer, dukungan rakyat, kegagalan strategi musuh, serta perubahan konstelasi regional dan global.Kemenangan ini tidak hanya di medan perang, tetapi juga dalam arena politik dan media.
Masyarakat Gaza, meski hidup di bawah pengepungan dan serangan brutal, tetap mempertahankan bahkan memperkuat dukungan mereka terhadap kelompok perlawanan.
Sementara itu, Poros Perlawanan di kawasan — termasuk Lebanon, Yaman, dan Irak — juga meningkatkan dukungan moral dan politik bagi perjuangan Palestina.
Israel Gagal Mencapai Tujuan Perang
Rezim pendudukan Zionis yang memulai perang di Gaza, memiliki tiga sasaran utama:
1. Menghancurkan Hamas,
2. Menghentikan serangan roket ke wilayah pendudukan, dan
3. Membebaskan tawanan Israel melalui kekuatan militer.
Namun, ketiga tujuan tersebut gagal total.
Bahkan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, mengakui bahwa Hamas “masih hidup dan kuat.”
Israel tidak hanya gagal menghancurkan Hamas, tetapi terpaksa menerima sebagian besar syarat-syarat yang diajukan Hamas dalam perjanjian gencatan senjata.
Perlawanan Menjadi Pusat Negosiasi
Fakta bahwa Amerika Serikat dan Israel memerlukan mediasi Hamas untuk mencapai gencatan senjata adalah bukti nyata kemenangan politik perlawanan.
Kini, perlawanan Palestina diakui sebagai aktor independen dan kuat dalam dinamika kawasan — bukan sekadar kelompok bersenjata, tetapi pemain strategis regional.
Runtuhnya Mitos Tentara Tak Terkalahkan
Melalui operasi cepat dan terkoordinasi, perlawanan Palestina meruntuhkan mitos “ketangguhan” militer Israel.
Meskipun dilindungi oleh sistem pertahanan Iron Dome, perlawanan berhasil menembakkan ratusan roket ke jantung wilayah pendudukan, menimbulkan kerugian besar baik secara material maupun psikologis.
Isi Kesepakatan Gencatan Senjata
Perlawanan berhasil memasukkan beberapa syarat utama dalam kesepakatan gencatan senjata, termasuk:
- Pembebasan para tahanan,
- Penghentian serangan udara,
- Pembukaan kembali jalur perbatasan, dan
- Penarikan pasukan pendudukan dari kawasan permukiman di Gaza.
Legitimasi Internasional Perlawanan
Banyak negara dan lembaga internasional kini mengakui perlawanan sebagai wakil sah rakyat Palestina.
Narasi perlawanan — tentang keteguhan dalam penderitaan dan penolakan terhadap penjajahan — telah berhasil menarik simpati global.
Media internasional secara luas menyoroti kejahatan perang Israel, yang mendorong opini publik dunia untuk menekan Tel Aviv.
Kesimpulan: Titik Balik dalam Sejarah Palestina
Meski dihujani bom dan hidup dalam penderitaan, rakyat Gaza tetap teguh mendukung perlawanan.
Perang Gaza kali ini menunjukkan bahwa perlawanan Palestina tidak hanya berkembang secara militer dan taktis, tetapi juga politik, media, dan sosial.
Konflik ini menjadi titik balik dalam sejarah perjuangan Palestina, yang mengguncang keseimbangan kekuatan di Timur Tengah dan mengubah persepsi dunia terhadap perjuangan rakyat Palestina.(PH)