Kunjungan Raja Salman Disambut Protes Rakyat Saudi
Warga kota Awamiyah melancarkan protes terhadap kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz ke timur Arab Saudi dengan membentuk rantai manusia. Salman bin Abdul Aziz untuk pertama kalinya menjabat sebagai orang nomor satu di Arab Saudi mengunjungi wilayah timur dengan penjagaan ketat dan dukungan proganda media rezim Al Saud. Kunjungan tersebut disambut gelombang protes rakyat yang berlangsung di berbagai wilayah timur negara kaya minyak itu.
Wilayah Al-Syarqiyah merupakan daerah paling penting bagi Arab Saudi karena menjadi sumber perekonomiannya. Pasalnya di wilayah ini terdapat sumur minyak terbesar. Tapi ironisnya kehidupan rakyat di wilayah itu berada dalam tekanan dan diskriminasi dengan berbagai masalah sosial dan ekonomi yang membelit mereka.
Rendahnya perhatian rezim Al Saud terhadap kondisi ekonomi rakyat di wilayah timur, dan tuntutan suara keadilan yang diteriakan warga provinsi Al-Syarqiyah dalam pandangan sektarian Riyadh disebabkan karena mayoritas warga daerah itu adalah penganut syiah.
Protes rakyat Al-Syarqiyah atas berlanjutnya diskriminasi terhadap mereka yang dilakukan rezim Al Saud mewarnai kunjungan Raja Salman ke wilayah kaya minyak itu. Meskipun menghadapi ancaman dan tekanan seperti penangkapan dan pemenjaraan, tapi rakyat Al-Syarqiyah tetap melancarkan aksi protes terhadap kunjungan raja Salman, dan mereka dengan tegas menyuarakan penentangan terhadap lawatan tersebut.
Aksi protes mereka terhadap kunjungan Raja Salman ditumpahkan dalam coretan dinding. Rakyat wilayah Al-Syarqiyah menilai Raja Salman sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas memburuknya kondisi ekonomi dan politik Arab Saudi. Selain itu, mereka juga menyebut rezim Al Saud sebagai pembantai anak-anak Yaman. Orang-orang Saudi di wilayah timur memasang foto syahid Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr di dinding rumah dan jalan sebagai bentuk protes terhadap rezim Al Khalifa atas pemenggalan ulama terkemuka negara itu.
Para pejabat Arab Saudi menciptakan kondisi represif sehingga tidak ada rakyat yang berani terang-terangan menentang rezim Al Saud. Sistem politik abad pertengahan yang dijalankan pemerintah Saudi memicu protes luas dari berbagai elemen rakyat di negara Arab itu. Pemancungan para aktivis politik memantik gelombang protes dari rakyatnya. Di tengah tingginya tekanan dan represi terhadap oposisi yang menyuarakan tuntutan damainya terhadap rezim Al Saud, rakyat Arab Saudi terus melancarkan protesnya yang dilakukan dengan berbagai cara. Derasnya gelombang protes rakyat Saudi hingga kini tidak berhasil dibendung oleh Riyadh.
Di sektor ekonomi, buruknya manajemen dan sikap hedonis para pangeran kerajaan berdampak negatif terhadap negara Arab itu. Akibatnya, selama beberapa tahun terakhir perekonomian Saudi semakin melemah, dan ketergantungannya terhadap pendapatan minyak tidak bisa diatasi.
Perang minyak yang disulut Riyadh mengikuti skenario Barat untuk melumpuhkan musuhnya, ternyata justru menjadi bumerang bagi rezim Al Saud sendiri. Selain itu, rezim Al Saud mengalokasikan sebagian pendapatan minyaknya untuk mendanai kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di Suriah, Irak, Lebanon dan sejumlah negara lain di kawasan Timur Tengah.
Ujungnya, rezim Al Saud menghadapi defisit anggaran yang terus meroket hingga 70 miliar dolar di tahun 2016. Tidak hanya itu, 25 persen rakyat negara kaya minyak itu hidup di bawah garis miskin, dan kebanyakan angkatan kerja muda harus menganggur karena tidak memperoleh pekerjaan. Kondisi tersebut lebih parah terjadi di wilayah timur yang sebagian besar dihuni Muslim Syiah. Faktor politik dan ekonomi menjadi pemicu gelombang protes rakyat terhadap kunjungan raja Salman ke wilayah Al-Syarqiyah.(PH)