Tidak Ada Kerugian Dalam Islam
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i34044-tidak_ada_kerugian_dalam_islam
Zurarah menukil dari Imam Baqir as:
(last modified 2025-10-23T09:37:35+00:00 )
Mar 07, 2017 16:12 Asia/Jakarta
  • Imam Baqir as
    Imam Baqir as

Zurarah menukil dari Imam Baqir as:

Seorang lelaki memiliki sebuah pohon kurma di kebun salah satu orang Anshar. Rumah orang Anshar ini ada di permulaan kebun. Sedangkan lelaki pemilik pohon kurma ini tidak pernah meminta izin setiap kali mengunjungi pohon kurmanya. Orang Anshar ini meminta agar dia meminta izin terlebih dahulu setiap kali ingin masuk ke dalam kebun. Namun pemilik pohon kurma ini tidak menghiraukannya dan masuk dengan tanpa izin.

Orang Anshar ini mengadukan masalahnya kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw menyampaikan pengaduan orang Anshar ini dan memerintahkan, “Kapan saja engkau ingin masuk ke dalam kebun, mintalah izin terlebih dahulu.”

Namun pemilik pohon kurma menolak.

Rasulullah Saw  berkata, “Kalau begitu, juallah pohonmu.” Beliau menawarkan harga yang tinggi, tapi lelaki pemilik pohon ini tidak mau. Rasulullah terus menaikkan harganya dan lelaki ini tetap tidak mau menerima. Sampai akhirnya Rasulullah berkata, “Sebagai gantinya pohon ini aku menjamin engkau dengan sebuah pohon di surga.”

Namun lelaki ini tetap saja tidak mau.

Akhirnya Rasulullah Saw berkata, “Hai lelaki Anshar, tebanglah pohon itu dan jatuhkan di sisinya. Dalam Islam tidak ada kerugian dan juga tidak ada perilaku merugikan.”

Menghukum Tetangga Pengganggu

Imam Baqir as berkata, “Di masa Rasulullah Saw, seorang lelaki datang kepada beliau mengadukan tetangganya yang suka mengganggunya. Rasulullah Saw memerintahkannya untuk bersabar. Setelah beberapa kali mengalami gangguan, dia kembali lagi mendatangi Rasulullah Saw dan mengulangi lagi ceritanya yang lalu. Rasulullah juga memerintahkannya untuk bersabar.

Kali ketiga saat dia mengadukan kesuntukan hatinya karena gangguan tetangganya, Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Pagi hari Jumat, ketika masyarakat pergi untuk melaksanakan salat Jumat, keluarkan perabot rumahmu dan letakkanlah di tengah-tengah gang dan jalan. Sehingga setiap orang yang lewat di situ melihatnya. Bila seseorang bertanya ini untuk apa? Katakan karena gangguan si fulan.”

Dia melaksanakan perintah Rasulullah dan meletakkan perabot rumahnya di tengah-tengah jalan. Saat itu belum terjadi apa-apa, datanglah tetangga yang suka mengganggu ini kepadanya, dan meminta agar mengembalikan lagi barang-barang dan perabot rumahnya ke dalam dan berkata, “Aku telah berjanji pada Allah untuk tidak mengganggumu lagi.”

Makanan Yang Harum

Abu Khalid Kabuli mengatakan, “Aku menemui Imam Baqir as. Aku disuguhi makanan yang sangat harum yang tidak pernah aku makan sebelumnya.” Beliau berkata, “Bagaimana dengan makanan kami?”

Aku berkata, “Aku menjadi tebusanmu. Betapa harum dan lezatnya makanan itu. Aku hanya teringat sebuah ayat dalam al-Quran dan aku belum puas.”

Imam Baqir as berkata, “Ayat yang mana?”

Aku berkata:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Kemudian engkau akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan

Imam Baqir as berkata, “Demi Allah, engkau tidak akan ditanya tentang makanan ini.”

Imam tertawa sampai giginya kelihatan. Kemudian berkata, “Tahukah engkau apakah Naim itu?”

Aku berkata, “Tidak.”

Imam Baqir as berkata, “Kami adalah Naim yang akan ditanyakan dari kalian tentang masalah itu.”

Hati-hatilah Dengan Cobaan Allah!

Imam Baqir as berkata, “Seorang lelaki dari para pengikut Rasulullah Saw bernama Saad sangat miskin dan termasuk Ashabusshuffah. Semua salat wajibnya dilakukan secara berjamaah bersama Rasulullah Saw. Rasulullah sangat sedih melihat keadaan Saad. Suatu hari beliau berjanji kepadanya bila aku punya uang maka akan aku buat engkau menjadi orang yang tidak membutuhkan.

Waktu berlalu. Kebetulan Rasulullah tidak mendapatkan apa-apa. Rasulullah tambah bersedih karena memikirkan keadaan Saad yang tidak punya uang untuk menjamin kehidupannya. Pada saat itu Jibril turun dan membawa uang dua dirham seraya berkata, “Allah berfirman, “Kami mengetahui kesedihanmu karena kemiskinan Saad. Bila engkau menginginkan dia keluar dari keadaan ini, berikan uang dua dirham ini kepadanya dan katakan, agar melakukan jual beli.”

Rasulullah Saw mengambil uang dua dirham itu. Ketika beliau keluar dari rumah untuk melakukan salat, beliau melihat Saad sudah menunggu. Beliau berkata, “Engkau bisa berdagang?”

Saad menjawab, “Demi Allah! Saya tidak punya modal.”

Rasulullah memberikan uang dua dirham itu kepadanya dan berkata, “Berdaganglah dengan modal ini.”

Saad mengambil uang itu dan pergi ke masjid bersama Rasulullah Saw untuk melakukan salat. Dia telah melakukan salat Zuhur dan Asar. Setelah salat Asar, Rasulullah Saw berkata, “Bergeraklah untuk mencari rezeki.”

Saad pergi keluar dan mulai bertransaksi. Allah telah memberikan keberkahan kepadanya sehingga apa saja yang dibelinya seharga satu dirham laku dengan harga dua dirham. Pelan-pelan hartanya meningkat sedemikian rupa sehingga dia mengambil sebuah kios di dekat masjid dan meletakkan dagangannya di sana dan menjualnya. Lama-lama kesibukan perdagangannya semakin meningkat, sampai pada ketika Bilal mengumandangkan azan dan Rasulullah Saw sudah keluar untuk melakukan salat, Saad masih belum menyiapkan dirinya untuk salat. Padahal sebelum kejadian ini dia selalu menyiapkan dirinya untuk salat sebelum azan.

Rasulullah Saw berkata, “Saad, dunia telah menyibukanmu dan menahanmu dari salat.”

Dia bekata, “Apa yang harus  saya lakukan? Saya biarkan hartaku musnah begitu saja? Saya telah menjual barang kepada orang ini dan ingin tahu berapa harganya. Di sisi lain saya telah membeli sebuah barang yang harus saya bayar dan terima barangnya.”

Rasulullah kali ini lebih sedih menyaksikan kesibukan Saad memperbanyak harta dan tertahannya dia dari ibadah dan penghambaan daripada ketika dia miskin dulu.

Suatu hari Jibril turun dan berkata, “Allah berfiman, “Kami mengetahui kesedihanmu. Kondisi yang manakah yang lebih engkau terima terkait Saad, kondisi sebelumnya, ataukah kondisi dan kesibukan saat ini?”

Rasulullah Saw berkata, “Kondisi kemiskinannya yang dahulu menurutku lebih baik. Karena dunianya saat ini menghancurkan akhiratnya.”

Jibril berkata, “Iya. Kecintaan pada dunia dan harta melalaikan manusia dari mengingat akhirat. Bila engkau mengingkan dia kembali, maka ambillah uang dua dirham yang engkau berikan kepadanya.” Rasulullah Saw menemui Saad dan berkata, “Apakah engkau tidak mau mengembalikan uang dua dirham yang aku berikan kepadamu?”

Saad berkata, “Aku akan memberikan dua ratus dirham jika Anda mau.”

Rasulullah Saw berkata, “Tidak. Berikan dua dirham yang engkau ambil.”

Saad menyerahkan uang dua dirham. Tidak lama dunia telah berpaling darinya dan dia kembali menjadi miskin. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Muhammad Baqir as