Jul 17, 2017 15:30 Asia/Jakarta
  • Imam Jakfar Shadiq as
    Imam Jakfar Shadiq as

Imam Shadiq as berkata, “Ketika Jakfar Thayyar [saudara Imam Ali as yang juga sebagai komandan perang Mu’tah yang terjadi pada tahun delapan hijriyah], mencapai syahadah, Rasulullah Saw memerintahkan Sayidah Fathimah Zahra as untuk memasak makanan sampai tiga hari untuk dibawa ke rumah Asma’ binti ‘Umais, istrinya Jakfar dan anak-anaknya dan hendaknya tinggal di sana beberapa hari bersama para wanita.

Sayidah Fathimah melaksanakan perintah ini dan perintah ini telah menjadi sebuah sunnah di kalangan umat Islam.

Sikap Pemaaf Imam Shadiq as Dan Kebesarannya

Salah seorang jamaah haji, tiba-tiba kantong uangnya hilang. Di dalam kantongnya ada uang seribu dinar. Di dekatnya dia melihat seseorang dan orang itu adalah Imam Shadiq as. Tapi jemaah haji ini tidak mengenal beliau. Dia menganggap Imam Shadiq yang mengambilnya. Di datang mendekati Imam Shadiq dan berkata, “Engkaukah yang mengambil kantong uang yang di dalamnya ada uang seribu dinar?”

Imam Shadiq as membawa orang tersebut ke rumahnya dan memberikan uang kepadanya sebanyak seribu dinar.

Ketika jemaah haji ini pulang ke rumahnya sendiri, dia menemukan kantong uangnya yang tertinggal di rumah. Dia benar-benar malu dan menemui Imam Shadiq as. Dengan meminta maaf dan rasa malu dia mengembalikan uang Imam Shadiq as. Tapi beliau tidak menerima uang tersebut dan berkata, “Apa yang sudah keluar dari tanganku tidak akan aku ambil kembali.”

Api Neraka

Salah seorang sahabat Imam Shadiq as berkata, “Kami berada bersama Imam Shadiq as dan muncul pembicaraan tentang pohon api yang tersebut di surat Waqiah.

Imam as berkata, “Api dunia ini hanya satu bagian dari tujuh puluh bagian api neraka dan tujuh puluh kali telah dipadamkan dengan air dan kemudian berkobar lagi. Bila api ini tidak dipadamkan dengan tujuh puluh kali siraman air, maka tidak seorang pun bisa tahan untuk mendekatinya.

Api dunia ini pada Hari Kiamat akan dibawa bersama pelaku kejahatan dan diletakkan di atas api neraka. Kemudian jeritan dan teriakannya begitu keras sehinga tidak seorang malaikat dan nabipun yang tinggal di sana karena jeritannya kecuali duduk dengan dua lututnya.

Empat Wejangan Imam Shadiq as

Sulaiman bin Mihran mengatakan, “Saya datang menemui Imam Shadiq as dan di sana saya melihat sejumlah pengikut Ahlul Bait Rasulullah Saw. Saya juga duduk di samping mereka dan saya mendengar Imam Shadiq as menasihati kami demikian:

Hai para pengikut Ahlul Bait Rasulullah!

1. Jadilah kalian sebagai hiasan kami bukan sumber yang memalukan kami.

2. Ucapkanlah kata-kata yang baik dalam menghadapi masyarakat.

3. Jagalah lisan kalian.

4. Jangan banyak bicara dan berbicara buruk.

Menghormati Tamu

Ibrahim Khalil benar-benar menyukai tamu dan menghormatinya sedemikian rupa sehingga Imam Shadiq as mengatakan, “Ibrahim adalah bapaknya para tamu. Setiap kali tidak ada tamu yang datang ke rumahnya, dia keluar untuk mencari tamu. Suatu hari dia keluar dari rumah dengan niat tersebut dan menutup pintu rumahnya dan mencari tamu. Dia tidak menemukan seseorang dan kembali ke rumahnya dan di rumahnya ada seorang lelaki yang mirip dengan seseorang. Dia berkata kepadanya, “Hai hamba Allah, atas izin siapakah engkau datang ke sini?” Tiga kali dia menjawab, “Dengan izin Allah.”

Ibrahim tahu bahwa dia adalah Jibril. Dia mengucapkan puji dan syukur kepada Allah. Kemudian Jibril berkata, “Aku diutus oleh Allah kepada salah satu hamba-Nya yang disebut sebagai khalil-Nya [teman-Nya yang ikhlas].”

Ibrahim bertanya, “Siapakah hamba itu? Aku ingin mengabdi kepadanya sampai akhir usiaku.”

Jibril berkata, “Dia adalah engkau.”

Ibrahim berkata, “Dengan alasan apa Allah menyebutku sebagai khalil-Nya?”

Jibril berkata, “Karena tidak seorangpun yang meminta kepadamu kecuali engkau memenuhi permintaannya.”

Kecintaan Kepada Keluarga Muhammad Saw

Seseorang datang menemui Imam Shadiq as dan berkata, “Saya menamakan anak-anak saya dengan nama Anda dan ayah dan kakek-kakek Anda. Apakah saya mendapatkan keuntungan dari hal ini?”

Imam Shadiq as berkata, “Iya. Demi Allah! Ini tidak lain merupakan kecintaan kepada kami; keluarga Muhammad Saw.”

Sebuah Kalimat al-Quran Di Laut

Imam Shadiq as berkata, “Ada al-Quran jatuh ke dalam laut. Gelombang lautan membawanya ke tengah-tengah lautan. Mereka mencari untuk menemukannya. Setelah beberapa lama mereka menemukannya dan yang tinggal hanya satu kalimat  dari ayat 53, surat Syura saja dan yang lainnya hilang.

“Ala Ilallahi Tasirul Umur”

“Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ja’far Shadiq as

Tags