Rasulullah Saw Dan Tetangga Yahudi-nya
-
Tetangga
Rasulullah Saw memiliki seorang tetangga Yahudi yang selalu mengganggu dan menyakiti beliau.
Setiap kali Rasulullah Saw pergi ke masjid, orang Yahudi tersebut selalu menumpahkan sampahnya terhadap beliau dan setiap hari kerjaannya ya begini. Para sahabat Rasulullah berkata, "Bila Anda mengizinkan, rumahnya akan kami rusak."
Tapi Rasulullah Saw tidak mengizinkan. Sampai orang Yahudi ini sakit dan beberapa hari tidak mengganggu Rasulullah. Para sahabat beliau mengabarkan bahwa orang Yahudi ini sakit. Rasulullah Saw berkata kepada para sahabatnya, kalau begitu mari kita sambangi. Rasulullah Saw menjenguknya bersama para sahabat. Akhirnya, sikap manusiawi Rasulullah Saw kepadanya ini mempengaruhinya dan menyebabkan dia masuk Islam dan menjadi seorang muslim. (Sima-ye Hamsayeh, 119)
Teladan Tetangga
Ketika Rasulullah Saw masuk ke Madinah, ibu Abu Ayyub lebih dahulu membawa barang-barang Rasulullah Saw ke rumahnya. Mulanya ada desakan untuk menawari Rasulullah. Beliau bertanya, “Barang-barangku di mana?”
Dikatakan, “Ibu Abu Ayyub telah membawa barang-barang itu ke rumahnya.”
Rasulullah Saw berkata, “Seorang lelaki akan pergi ke tempat dimana barang-barang safarnya ada di sana.”
Rumah Abu Ayyub dua tingkat. Karena dia tidak ingin berada di atas Rasulullah Saw, dia berkata, “Wahai Rasulullah! Saya tidak ingin berada di atas Anda.”
Rasulullah Saw berkata, “Tingkat bawah lebih baik bagi saya karena keluar keluar masuknya masyarakat.”
Abu Ayyub berkata, “Saya sangat pelan dalam melangkah. Pelan berbicara. Kalau Rasulullah Saw sudah tidur, kami tidak bergerak. Kalau kami mau memasak, kami tutup pintu supaya asapnya tidak mengganggu beliau. bila bejana air tumpah, maka kami segera mengeringkannya dengan satu-satunya handuk yang kami miliki, supaya tidak ada yang menetes ke bawah.”
Abu Ayyub senantiasa menjadi sahabat Rasulullah Saw yang baik dan selalu berada di samping beliau dalam setiap kejadian. Berkat bertetanggaan dengan Rasulullah Saw, dia memiliki makrifat, kebaikan dan kesucian. (Safinah al-Bihar, jilid 1, hal 51, Ahkam wa Adab Maskan, hal 184)
Saling Berbuat Baik Kepada Tetangga
Di dunia teknologi seperti saat ini, para tetangga tidak saling mengetahui kabar yang lainnya. Terkadang dua tetangga setelah dua puluh tahun masih belum tahu siapa namanya. Aturan Islam memiliki keistimewaan tersendiri. Islam menganggap penting masalah emosional dan pertolongan manusiawi. Padahal kehidupan teknologi semakin hari semakin merenggang dan menjadikan orang keras hatinya.
Imam Shadiq as berkata, “Para tetangga yang saling berbuat baik membuat rumahnya semakin berkah dan umurnya panjang.” (Tafsir Namuneh, jilid 3, hal 382)
Nilai Tetangga Lebih Tinggi Dari Nilai Rumah
Salah satu tetangga Imam Shadiq as memutuskan untuk menjual rumahnya. Karena sudah menemukan pembelinya. Dia berkata, “Rumahku aku jual dengan harga empat ribu dinar dan yang bertetangga dengan Imam Shadiq as aku hargai enam ribu dinar.
Kabar ini sampai ke telinga Imam Shadiq as. Beliau memanggilnya dan menanyakan apa sebabnya menjual rumah.
Dia berkata, “Wahai putra Rasulullah! Yang membuat saya terpaksa harus menjual rumah adalah kebutuhan yang mendesak. Kalau bukan karena kebutuhan yang mendesak, saya tidak akan melepaskan tangan dari bertetanggaan dengan Anda. Kebanggaan seperti ini tidak akan saya hapus dari diri saya.”
Imam Shadiq as mengeluarkan uang sepuluh ribu dinar dan membeli rumah darinya. Begitu dia mengambil uangnya, Imam Shadiq as berkata, “Gunakan uang ini untuk memenuhi kebutuhanmu dan aku juga memberikan rumah ini kepadamu. Apalagi engkau mengetahui nilai bertetanggaan denganku lebih dari nilai rumahmu dan engkau menghormati nilai bertetanggaan denganku. Oleh karena itu, wajib bagi saya untuk tidak melepaskan tetangga seperti ini dan aku berharap di surga kita juga bertetanggaan. (Sarmayeh Sokhan, jilid 3, hal 103)
Seorang Kafir Yang Berbuat Baik Kepada Tetangganya Yang Mukmin
Seorang lelaki mukmin dari Bani Israil memiliki seorang tetangga kafir yang berbuat baik kepadanya. Setelah lelaki kafir ini mati, dia dibangunkan rumah di dalam api supaya terjaga dari api neraka dan dia mendapatkan rezekinya di sana. Dikatakan kepadanya, kemuliaan ini karena engkau telah memuliakan tetanggamu yang mukmin dan engkau telah berbuat baik kepadanya. (Terjemah Tsawabul A’mal, hal 376) (Emi Nur Hayati)
Sumber: Hak Tetangga