Mengenang Setahun Pembunuhan Jamal Khashoggi
(last modified Thu, 03 Oct 2019 03:41:29 GMT )
Okt 03, 2019 10:41 Asia/Jakarta
  • Pembunuhan Jamal Khashoggi
    Pembunuhan Jamal Khashoggi

Tanggal 2 Oktober bertepatan dengan setahun pembunuhan mengerikan Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi berusia 59 tahun.

Jamal Khashoggi, wartawan dan mantan pemred surat kabar Saudi al-Watan serta kolumis harian Washington Post Amerika Serikat, sekaligus pengritik rezim Arab Saudi pada 2 Oktober mendatangi Konsulat Saudi di Istanbul dengan tujuan melakukan beberapa urusan administrasi terkait dengan pernikahannya, tapi ia tidak pernah keluar dari gedung ini.

Mohammad bin Salman dan Jamal Khashoggi

Dengan memperhatikan fakta bahwa kehadiran Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Turki telah diumumkan jauh-jauh sebelumnya, di hari yang sama, tanggal 2 Oktober, 18 orang yang terdiri dari tim intelijen, polisik forensik dan kerabat dekat pangeran mahkota rezim Arab Saudi tiba di Istanbul dengan jet pribadi. Mereka kemudian membunuh Jamal Khashoggi lalu memutilasi tubuhnya dan kemudian membakarnya di tungku yang digunakan untuk melelehkan logam.

Jamal Khashoggi termasuk dalam daftar pencarian orang (DPO) rezim Saudi dan seperti banyak dari para penentang dan pengkritik rezim ini, mereka memilih tinggal di luar Arab Saudi untuk menghindari penangkapan, pemenjaraan dan penyiksaan.

Rezim Saudi pada 20 Oktober lalu, setelah 18 hari memilih diam dan menyangkal, akhirnya mengakui bahwa Khashoggi terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul setelah mendapat tekanan dari komunitas internasional.

Menjelang peringatan setahun pembunuhan Jamal Khashoggi, Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu dalam sebuah film dokumenter yang dibuat oleh jaringan televisi CNBC. Meskipun pangeran mahkota Saudi telah menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan itu, tapi banyak analis menafsirkan pernyataan itu sebagai kelanjutan dari upaya Ben Salman untuk melempar bola ke pihak lain.

Sekaitan dengan hal ini, Abdel Bari Atwan di bagian editorial surat kabar trans-regional Rai al-Youm menulis, "Dengan pengamatan cermat terhadap film yang dirilis, orang menyadari bahwa kebenarannya benar-benar berbeda dan pengakuan ini, karena pentingnya, adalah manifestasi dari upaya lain oleh Bin Salman untuk menjauhkan lembaga yang lebih penting, yaitu yang mengeluarkan perintah pembunuhan."

Abbas Karaagacli, dosen Hubungan Internasional Universitas Giresun Turki dalam wawancara dengan Radio Turki Istanbuli World Service IRIB mengatakan, "Al Saud hanya mencari cara untuk melarikan diri dari konsekuensi kejahatan ini. Sejatinya, pengakuan ini tampaknya menjadi rencana bersama Washington-Riyadh saat ini untuk menyelamatkan Al Saud dari konsekuensi kejahatan besar ini."

Mohammad bin Salman, Donald Trump dan Jamal Khashoggi

Secara keseluruhan, harus dikatakan bahwa langkah pemerintah Turki untuk mengidentifikasi orang atau orang-orang yang memberi perintah pembunuhan Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul telah memainkan peran penting dalam menginternasionalisasi masalah pahit ini. Dalam proses pengungkapan yang dilakukan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan bagaimana tindak lanjut kasus wartawan pengritik Saudi ini, dari reaksi cepat Erdogan dapat dipahami ada kombinasi dari rasa persaingan regional, kebencian yang bersumber dari perbedaan aliran keagamaan dan kelicikan diplomatik.

Fakta bahwa rezim Saudi telah bertindak secara kurang ajar di tanah Turki, dan mengingat bahwa Jamal Khashoggi memiliki hubungan dekat dengan Turki melalui persahabatan lama dengan "Ikhwanul Muslimin", menjadi motivasi penting dan efektif untuk mendorong Erodan menginternasionalisasi kasus ini. Selain itu, Ikhwanul Muslimin dapat dianggap semacam musuh bebuyutan Mohammed bin Salman, Pangeran Mahkota Arab Saudi.

Di sisi lain, Erdogan telah mengambil kesempatan untuk merusak posisi Mohammed bin Salman yang sedang tumbuh dan pada saat yang sama, memperbaiki citranya dihadapan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat dalam bentuk terbaik.