Ketegangan Turki dan Dunia Arab
Ketegangan Turki dengan beberapa negara Arab di Teluk Persia, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) masih berlanjut.
Juru bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin pada hari Rabu (25/12/2019) mengatakan, "Kami melihat bahwa beberapa negara Arab mengadakan berbagai pertemuan dengan Mazloum Kobani, salah satu pemimpin Pasukan Demokratik Suriah (SDF), mencari peluang untuk menggunakannya melawan Turki, kami memperhatikan hal ini."
Peringatan Turki kepada beberapa negara reaksioner Arab menunjukkan bahwa perselisihan Ankara dengan Riyadh Cs terus melebar di tengah meningkatnya kehadiran pasukan Turki di wilayah Asia Barat dan Afrika Utara.
Setelah Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir memusuhi Qatar, pemerintah Ankara memberikan dukungan kepada Doha dan keputusan ini telah memperuncing konfliknya dengan negara-negara tersebut.
Konflik itu semakin diperparah setelah Turki secara mengejutkan, memilih mendukung para pejuang Yaman yang sedang berperang melawan agresi Arab Saudi.
Tidak ada keraguan bahwa negara-negara Arab di Teluk Persia tidak punya kemampuan untuk menghadapi Turki terutama di ranah militer. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan pihak ketiga untuk melawan Ankara. Jadi, tidak mengejutkan jika mereka memilih melakukan pertemuan dengan kelompok Kurdi.
Soal peran Arab Saudi dalam memicu krisis di kawasan, seorang analis politik di televisi Bloomberg, Glen Carey mengatakan, "Saudi dengan aksinya telah menciptakan krisis kemanusiaan di Yaman. Krisis ini dipicu oleh blokade Yaman dan tindakan ini telah membuat situasi di kawasan semakin memburuk."
Pemerintah Turki baru-baru ini mengecam putusan pengadilan Arab Saudi atas kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan bahwa aspek-aspek penting dari kasus ini seperti nasib jasad Khashoggi dan dalang pembunuhan tetap berada dalam ketidakjelasan. Ini adalah sebuah pelanggaran mendasar terhadap prinsip akuntabilitas oleh Saudi.
Pemerintah Ankara telah memainkan peran penting dalam menyebarkan berita kejahatan keji ini, sehingga membuat beberapa negara Barat sangat berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan rezim Saudi selama beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Turki juga berupaya mewujudkan pemerintahan Ikhwanul Muslimin di negara-negara Arab. Para raja Arab yang tidak memiliki basis dukungan massa, sangat khawatir dengan upaya yang dilakukan Ankara.
Arab Saudi Cs diyakini tidak akan mampu melawan Turki dengan memanfaatkan milisi Kurdi Suriah. Jika langkah ini menjanjikan, pemerintah AS tentu telah memanfaatkannya sejak dulu untuk menghapus Recep Tayyip Erdogan dari tampuk kekuasaan di Turki. (RM)