Begini Kondisi Pangkalan Militer AS di Irak Setelah Dirudal Iran
(last modified Sun, 12 Jan 2020 13:25:35 GMT )
Jan 12, 2020 20:25 Asia/Jakarta

Koresponden senior CNN, Arwa Damon menjadi jurnalis Barat pertama yang diberi akses ke Pangkalan Udara Amerika Serikat, Ain al-Asad di Irak yang menjadi target serangan balasan rudal-rudal Iran pada hari Rabu dini hari, 8 Januari 2020.

Koresponden Internasional CNN itu mengatakan, kira-kira tidak ada yang tersisa dari pangkalan militer ini, dan aneh jika tidak ada korban dalam kerusakan seperti ini, dan seolah-olah peringatan dini telah dikeluarkan beberapa jam sebelum serangan tersebut, serta pasukan telah tahu akan terjadi serangan.

Setelah diizinkan mengakses pangkalan militer tersebut, koresponden CNN ini diberitahu petugas di sana bahwa pasukan AS di pangkalan udara Ain al-Asad menyadari bahwa serangan Iran akan segera terjadi, sehingga memungkinkan mereka untuk berlindung dua setengah jam sebelum dihujani rudal.

Menurut keterangan Letkol Staci Colemsan, sebagian besar pasukan diterbangkan keluar dari pangkalan atau berlindung di bunker pada pukul 23:00 waktu setempat pada Selasa, tak lama sebelum serangan rudal dimulai tepat setelah pukul 1:30 pagi pada hari Rabu.

Serangan itu berlangsung sekitar dua jam, dan hanya menargetkan area pangkalan udara AS, yang terdiri sekitar seperempat dari pangkalan Irak. Petugas tersebut menyebutnya sebagai "mukjizat" bahwa tidak ada korban di lokasi ledakan, di mana rudal mendarat hanya beberapa meter dari bunker, dan beberapa personel penting yang tersisa di luar.

Ini adalah pertama kalinya pasukan di pangkalan itu berbicara secara rinci tentang saat-saat sebelum serangan, dan mengungkapkan bahwa mereka dapat mencari perlindungan di bunker tak lama sebelum rudal menyerang. Pasukan AS tahu akan ada serangan di pangkalan mereka, namun tidak tahu apa sifat serangan itu.

Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi sebelumnya mengatakan, Iran mengirim pesan lisan resmi bahwa serangan "telah dimulai atau akan segera dimulai," di lokasi militer AS yang tidak ditentukan.

Sementara, sumber diplomatik Arab juga mengatakan kepada CNN bahwa Irak memberikan peringatan dini kepada AS tentang "pangkalan mana yang akan dipukul" setelah para pejabat Iran menyampaikan informasi tersebut.

Serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak merupakan balasan atas serangan teror militer negara itu terhadap Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qasem Soleimani di Bandara Baghdad, pada Jumat dini hari, 3 Januari 2020. 

Letjen Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Relawan Irak Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis gugur syahid dalam serangan udara militer AS yang mendapat perintah langsung dari Presiden Donald Trump.

Empat pasukan IRGC (Pasdaran) yang menyertai Letjen Soleimani dan empat anggota Hashd al-Shaabi yang menyertai Abu Mahdi al-Muhandis juga gugur syahid dalam serangan udara tersebut.  

Letjen Soleimani diteror ketika melakukan kunjungan resmi ke Irak. Tindakan AS tidak hanya sebuah kejahatan besar tetapi juga melanggar hukum internasional, di mana seorang pejabat militer sebuah negara dibunuh ketika kunjungan resmi.

Pangkalan udara militer AS, Ain al-Asad, adalah salah satu pangkalan militer terbesar dan tertua di Irak. Trump pada Desember 2018 mengunjungi pasukan Amerika di pangakalan militer tersebut.

Wakil Presiden Mike Pence juga pernah mengunjungi pangkalan militer Ain al-Assad setahun kemudian untuk merayakan Thanksgiving dengan sekitar 150 anggota petugas.

Sejak invasi militer ke Irak, kehadiran militer AS di negara Arab ini meningkat, di mana pada puncaknya, AS memiliki 170.000 tentara di Irak. Pada 2011, mantan Presiden Barack Obama menarik pasukan AS dari negara itu. Namun sekitar 5.000 tentara AS kembali dikerahkan ke Irak pada 2014. (RA)

Tags