Netanyahu dan Janji Mencaplok Tepi Barat
(last modified Mon, 18 May 2020 08:32:23 GMT )
May 18, 2020 15:32 Asia/Jakarta
  • Benjamin Netanyahu (tengah) datang ke gedung Knesset untuk menyampaikan pidato.
    Benjamin Netanyahu (tengah) datang ke gedung Knesset untuk menyampaikan pidato.

Setelah tiga kali menggelar pemilu parlemen, akhirnya Benjamin Netanyahu memperkenalkan kabinet baru Israel di Knesset pada hari Ahad (17/5/2020).

Rezim Zionis didera kebuntuan politik sejak November 2018. Pelaksanaan tiga kali pemilu Knesset dalam satu tahun terakhir tetap gagal melahirkan kabinet baru Israel.

Setelah mewabahnya virus Corona, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Ketua Partai Biru dan Putih, Benny Gantz, sepakat untuk mengakhiri kebuntuan politik dan mencapai kesepakatan terkait pembentukan kabinet.

Netanyahu akan tetap menduduki kursi perdana menteri rezim Zionis sampai November 2021 dan setelah itu, Gantz akan menggantikan posisi Netanyahu sebagai perdana menteri.

Jatah kursi kabinet dibagi sama rata yaitu 18 kursi untuk gerakan kanan pimpinan Netanyahu dan 18 sisanya untuk gerakan kiri yang diketuai oleh Gantz. Mereka secara resmi memulai tugas-tugasnya untuk mengakhiri krisis politik di Israel.

Namun, persoalan utama adalah kepercayaan antara Netanyahu dan Gantz tidak cukup kuat sehingga sebagian pihak percaya bahwa Netanyahu tidak akan menyerahkan posisi perdana menteri kepada rivalnya itu setelah jatuh tempo.

Pengambilan mosi percaya dari parlemen untuk kabinet Netanyahu rencananya dilakukan pada 14 Mei lalu, tetapi acara ini ditunda karena adanya perselisihan di internal Partai Likud dan pertemuan tersebut baru digelar pada Ahad kemarin.

Media-media Israel menyatakan penundaan itu dilakukan untuk membagi kembali pos-pos kementerian di antara anggota Partai Likud.

Wilayah Tepi Barat, Palestina.

Kesepakatan Netanyahu dan Gantz membuat jatah kursi kabinet untuk Partai Likud berkurang dan beberapa anggota partai bangkit menentang kabinet baru karena telah kehilangan jatahnya atau gagal menduduki kursi kabinet.

Di sisi lain, 46 dari 119 anggota Knesset menentang kabinet baru Netanyahu dan tidak memberikan mosi percaya. Jadi dapat dikatakan, kabinet baru Netanyahu menghadapi dua kubu penentang. Kubu pertama dimotori oleh para politisi senior seperti Avigdor Lieberman dan Yair Lapid, dan kubu kedua berasal dari para anggota Partai Likud yang gagal menduduki kursi kabinet.

Oleh karena itu, orang-orang dari partai oposisi berulang kali memprotes pidato Netanyahu ketika sedang memperkenalkan kabinetnya di Knesset. Pada kesempatan itu, dia juga mengeluarkan sebuah perintah tentang pencaplokan beberapa bagian di Tepi Barat ke dalam wilayah pendudukan.

Netanyahu mengklaim beberapa bagian di Tepi Barat merupakan milik warga Yahudi dan undang-undang Israel harus ditegakkan di wilayah itu. Dengan demikian, kabinet baru Netanyahu selain menghadapi penentangan dari dalam, juga memiliki lawan serius dari faksi-faksi Palestina.

Juru bicara Gerakan Hamas, Hazim Qasim mengatakan, "Pembentukan kabinet baru rezim Zionis tidak penting bagi rakyat Palestina dan mereka akan melanjutkan perlawanan sahnya untuk memperoleh kembali tanah airnya dan hidup bermartabat di atas tanah airnya yang telah dibebaskan."

Dapat dikatakan bahwa kabinet baru Netanyahu akan menghadapi gesekan serius dengan faksi-faksi Palestina, secara khusus kelompok perlawanan. Dengan melihat semua situasi tersebut, para analis menganggap kabinet baru rezim Zionis sebagai kabinet yang paling rapuh dalam sejarah pendudukan. (RM)

Tags