Motif Lawatan Terbaru Menlu AS ke Asia Barat
(last modified Tue, 25 Aug 2020 14:43:00 GMT )
Aug 25, 2020 21:43 Asia/Jakarta
  • Menlu AS, Mike Pompeo
    Menlu AS, Mike Pompeo

Amerika Serikat di tangan Trump mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung rezim Zionis.

Dukungan besar Washington terhadap Tel Aviv kembali ditunjukkan dalam lawatan Menlu AS, Mike Pompeo ke kawasan Asia Barat. Pompeo melakukan perjalanan regional ke Asia Barat dengan mengunjungi Palestina pendudukan. Ia bertemu dengan pejabat tinggi Israel untuk membahas normalisasi hubungan antara rezim Zionis dan UEA, kelanjutan proses pengakuan Israel oleh negara-negara Arab, serta isu yang berhubungan dengan Iran.

Setelah pertemuan tersebut, Pompeo di akun Twitternya Senin malam menegaskan bahwa Gedung Putih akan terus mendukung penuh Israel. Merujuk pada pertemuannya dengan Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, Pompeo menulis, "Kami berbicara tentang cara untuk melawan tindakan destabilisasi Iran di kawasan, tantangan bersama yang dihadapi Amerika Serikat dan Israel, serta membahas manfaat dari kesepakatan Abraham [nama yang diberikan Trump untuk kesepakatan yang dicapai Israel dan UEA]. Selain itu kembali menekankan dukungan Amerika Serikat terhadap keamanan Israel."

Presiden Donald Trump telah membuat sejumlah langkah dalam kebijakan luar negeri yang kontroversial sejak memasuki Gedung Putih. Salah satu yang menarik dari pendekatan luar negeri Trump adalah pendiriannya tentang dukungan tanpa syarat Washington terhadap Tel Aviv dan implementasi tindakan yang ditolak oleh presiden AS sebelumnya.

Isu yang paling penting adalah pengakuan Baitul Maqdis sebagai ibu kota rezim Zionis, pengakuan aneksasi dataran tinggi Golan ke dalam wilayah Israel, perjanjian kesepakatan abad yang menawarkan manfaat dan hak istimewa yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada rezim Zionis dan sebaliknya mencabut hak-hak orang-orang Palestina. Akhirnya, pemerintahan Trump juga setuju untuk mendukung langkah aneksasi sebagian Tepi Barat oleh Israel yang memicu penentangan keras dari publik internasional.

Langkah baru AS saat ini berupaya terus-menerus untuk membujuk sekutu AS di negara-negara Arab supaya mengakui eksistensi rezim Zionis dan menjalin hubungan politik maupun ekonomi dengannya. Negara-negara Arab di pantai selatan Teluk Persia menjadi sasaran utama Washington, dan UEA sebagai negara Arab pertama yang mengumumkan dimulainya hubungan politik dengan Israel dalam acara yang dihadiri oleh Trump di Gedung Putih pada 17 Agustus 2020. Para analis politik internasional memandang perjanjian antara Israel dan UEA tersebut belati besar yang siap menikam Palestina dari belakang.

 

 

Hubungan diplomatik rezim Zionis dan UEA

 

Penguasa Uni Emirat Arab mengira setelah mengambil tindakan ini akan bisa mencabut pembatasan sebelumnya mengenai penjualan senjata yang sangat canggih oleh Amerika Serikat. Tetapi pada saat yang sama mengklaim bahwa Netanyahu telah setuju untuk menunda rencana aneksasi bagian wilayah Tepi Barat oleh rezim Zionis.

Direktur Proyek Hubungan Israel-Arab di Washington Institute. David Makowski mengatakan, "Perjanjian ini memberikan keuntungan bagi UEA, dan tidak diragukan lagi akan memenuhi syarat untuk penjualan alutsista karena pembatasan superioritas militer disebabkan adanya kekhawatiran penggunaan teknologi khusus yang akan mengancam Israel,".

Tapi, tampaknya asumsi ini keliru besar. Pasalnya, Netanyahu bukan hanya tidak menolak penundaan rencana untuk menganeksasi Tepi Barat, tetapi dia juga secara eksplisit menyampaikan protes Israel atas penjualan pesawat tempur F-35 ke UEA. Dia menekankan bahwa pemerintah AS berkomitmen terhadap superioritas militer Israel, seperti yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya sejak perjanjian damai dengan Yordania dan Mesir, dan tidak diragukan lagi akan terus melakukannya.

Dengan demikian, jelas bahwa janji Trump kepada penguasa UEA untuk menjual F-35 tidak masuk akal. Gedung Putih, dengan mengunbar janji kepada beberapa negara Arab sedang mendorong mereka untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis, tapi sebenarnya lobi Israel di Amerika Serikat tidak akan membiarkan janji-janji ini dipenuhi.

Sementara itu, pejabat pemerintahan Trump, terutama Mike Pompeo, selalu menabuh genderang Iranophobia untuk memajukan masalah ini dengan menghadirkan Iran sebagai ancaman utama dan penting bagi negara-negara Arab di kawasan, terutama di bagian selatan Teluk Persia.

Langkah Washington hanyalah untuk membuka jalan bagi hubungan dengan rezim Zionis, menjual senjata sebanyak mungkin ke negara-negara Arab di kawasan, dan akhirnya menstabilkan posisi AS dengan mengklaim mendukung negara-negara Arab di kawasan. Menteri Luar Negeri AS dijadwalkan melakukan perjalanan ke Sudan, Bahrain dan UEA setelah melawat Israel, dan akan melanjutkan upaya untuk membujuk negara-negara Arab agar menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis.(PH)

Tags