Penghinaan Surat Kabar Saudi terhadap Palestina
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i86154-penghinaan_surat_kabar_saudi_terhadap_palestina
Surat kabar Arab Saudi, Okaz dalam catatannya menyebut rakyat, dan kelompok perlawanan Palestina, sebagai musuh Saudi.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Okt 11, 2020 20:55 Asia/Jakarta
  • surat kabar Saudi, Okaz
    surat kabar Saudi, Okaz

Surat kabar Arab Saudi, Okaz dalam catatannya menyebut rakyat, dan kelompok perlawanan Palestina, sebagai musuh Saudi.

Dalam catatan yang ditulis Mohammed Al Saaed, salah satu jurnalis Saudi di koran Okaz itu disebutkan, rakyat Palestina menggunakan terorisme terorganisir untuk melawan sebagian besar negara Arab, dan senjata serta bom mereka diarahkan ke bangsa-bangsa Arab.

Saudi dalam beberapa tahun terakhir menerapkan kebijakan anti-Palestina secara terang-terangan. Salah satu contoh nyatanya adalah pidato Putra Mahkota Saudi pada Maret 2017 di Amerika Serikat. 

Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan majalah bulanan Amerika, Atlantic mengakui, Saudi memiliki banyak kepentingan bersama dengan rezim Zionis Israel, dan jika perdamaian tercipta, maka akan didapatkan banyak keuntungan di antara Israel, dan negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia, PGCC, dan negara-negara semacam Mesir dan Yordania.

Pada kenyataannya, Putra Mahkota Saudi dengan statemennya ini, mengumumkan pengakuannya secara resmi atas keberadaan Israel.

Selain itu, Saudi adalah salah satu pendukung, dan pihak yang menyetujui proyek Amerika, Kesepakatan Abad yang sepenuhnya dibuat demi keuntungan Israel, dan bertentangan dengan kepentingan serta keamanan Palestina.

Saudi juga tidak menunjukkan sikap yang tegas terkait proyek penggabungan sebagian wilayah Tepi Barat ke Israel. Selain itu, Saudi termasuk salah satu pihak yang menyetujui proyek normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel.

Pasalnya, jika Saudi dianggap tidak memberi restu, negara kecil semacam Bahrain yang secara praktis berada di bawah kontrol rezim Al Saud itu tidak mungkin bergerak ke arah normalisasi hubungan dengan Israel.

Catatan surat kabar Okaz bahkan dianggap beberapa langkah lebih keras dari sikap Saudi sendiri, dan bisa dikatakan sudah melanggar tabu, dan mengganti posisi Israel oleh Palestina sebagai pendukung terorisme, dan kejahatan anti-kemanusiaan.

Hal yang disesalkan dalam catatan ini, penulis Saudi menuduh rakyat Palestina terlibat dalam operasi teror terhadap konsulat, kedutaan besar, dan tokoh-tokoh Saudi.

Padahal rakyat Palestina sampai sekarang tidak pernah melakukan teror terhadap negara manapun, dan hanya berperang melawan Israel, dan perang ini dilakukan dalam kerangka pertahanan legal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 51 Piagam PBB.

Sepertinya, catatan ini, dan langkah-langkah yang mungkin akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan, merupakan pendahuluan normalisasi hubungan Saudi dan Israel.

Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz sampai sekarang tampak selalu menghindari langkah ini, karena tidak ingin namanya tercatat dalam sejarah sebagai orang yang menandatangani kesepakatan buruk tersebut.

Akan tetapi Mohammed bin Salman yang seolah tengah menanti kematian ayahnya untuk menduduki tampuk kekuasaan Saudi, tidak seperti Raja Salman terkait hubungan Saudi dan Israel. 

Analis masalah Timur Tengah, Samdar Yabri pada 1 September 2020 di surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth menulis, Mohammed bin Salman adalah sekutu utama normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel.

Aksi surat kabar Saudi, Okaz semakin membuktikan bahwa Palestina bukan hanya sudah kehilangan posisinya dalam kebijakan luar negeri Saudi, bahkan ia dianggap oleh rezim Al Saud sebagai penghalang dalam kebijakan luar negerinya.

Pasalnya, jika hubungan Saudi dengan Israel terungkap ke publik, maka sebagian besar kekuatan lunak negara itu di Dunia Islam akan hilang, dan ia tidak bisa lagi mengklaim diri sebagai pendukung Ahlu Sunnah. (HS)