Transformasi Asia Barat, 17 April 2021
Transformasi di kawasan Asia Barat pekan ini diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya adalah hanya tiga bulan pertama tahun ini, ribuan warga Palestina di tahan rezim Zionis Israel.
Pusat Studi Tahanan Palestina melaporkan sebanyak 1.300 warga Palestina ditahan hanya dalam tiga bulan pertama tahun 2021.
Pusat Studi Tahanan Palestina dalam laporan yang disampaikan hari Minggu (11/4/2021) mengungkapkan bahwa rezim Zionis telah menahan 1.300 warga Palestina dari awal tahun ini hingga akhir Maret 2021.
Dari jumlah tersebut, 230 prang yang ditangkap adalah anak-anak, dan kebanyakan mereka penduduk Baitul Maqdis.
Selain itu, 30 orang perempuan Palestina termasuk di antara mereka yang ditahan.
Rezim Zionis menyerang berbagai wilayah Palestina setiap hari yang menyebabkan sejumlah warga Palestina gugur dan cedera, serta menangkap dan memenjarakan mereka.
Sekitar 4.800 warga Palestina saat ini mendekam di penjara Israel, termasuk 170 anak-anak, 39 wanita, dan puluhan orang lanjut usia.
Pangkalan Militer Turki di Utara Irak Diserang Rudal
Pangkalan militer Turki di Provinsi Nineveh, utara Irak menjadi sasaran serangan rudal Katyusha.
Seorang pejabat keamanan Irak di Provinsi Nineveh, utara negara itu, Kamis (15/4/2021) malam mengatakan, dua rudal Katyusha menerjang kamp militer Zalikan di wilayah Bashiqa, utara Nineveh yang merupakan pangkalan pasukan Turki.
Salah satu rudal meledak di dalam kamp dan rudal yang lain meledak di wilayah desa Zalikan dekat pangkalan militer tersebut.
Sampai sekarang pelaku penembakan rudal masih belum diketahui, tapi menurut pejabat keamanan Irak, seorang terluka akibat serangan ini.
Sebelumnya kelompok perlawanan Irak pernah menyerang pangkalan militer Turki itu, dan mengatakan tidak ada tempat bagi penjajah di Irak.
Kebuntuan Politik Rezim Zionis hingga Sabotase di Iran
Rezim Zionis Israel yang masih dilanda kebuntuan politik dalam negeri, baru-baru ini kembali melakukan sabotase di dalam wilayah Republik Islam Iran.
Dalam dua tahun terakhir Israel menggelar empat kali pemilu parlemen, yang terakhir digelar Maret 2021. Keempat pemilu itu dilakukan karena pada setiap pemilu tidak ada satu partai pun yang berhasil menguasai suara mayoritas mutlak 61 persen.
Seusai dua pemilu pertama, kabinet Israel gagal terbentuk, dan setelah pemilu ketiga kabinet koalisi dua kubu yang saling bersaing dalam pemilu yaitu kubu Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz, hanya mampu bertahan enam bulan.
Sekarang Netanyahu kembali ditugasi membentuk kabinet Israel, padahal baginya sangat sulit mencapai 61 persen kursi yang diperlukan untuk membentuk kabinet, maka kemungkinan ia melimpahkan tugas kepada kandidat lain atau kembali membubarkan Parlemen, bukan sesuatu yang mustahil.
Pada kondisi semacam ini, Benjamin Netanyahu kembali mengarahkan pandangan ke arena luar. Netanyahu untuk memenangkan empat pemilu sebelumnya juga memusatkan konsentrasi secara khusus pada kebijakan luar negeri. Pada pemilu keempat, Netanyahu memasukkan "Kesepakatan Abraham" ke dalam agenda kampanyenya.
Netanyahu tidak hanya menaruh perhatian pada prestasi dan aspek positif kebijakan luar negeri, tapi juga memanfaatkan aspek negatif. Sebagian besar konsentrasi aspek negatif itu dipusatkan pada Iranfobia dan upaya merusak citra kubu perlawanan.
Sebelum dua pemilu pertama digelar pada Maret dan September 2019, Israel beberapa kali melancarkan serangan ke Suriah, Hizbullah Lebanon, dan Hashd Al Shaabi Irak. Saat ini di saat Netanyahu berada di tengah himpitan masalah pembentukan kabinet, ia melakukan sabotase di dalam Iran, dengan meneror fasilitas nuklir Natanz.
Stasiun televisi KAN 11 Israel secara resmi mengumumkan, "insiden" di fasilitas nuklir Natanz Iran, dilakukan Israel dan aksi ini merupakan dampak serangan siber Tel Aviv ke negara itu. Dengan aksi ini, dari satu sisi Netanyahu berusaha mengalihkan opini publik dari kebuntuan politik Israel, dan tekanan terhadap dirinya dalam masalah pembentukan kabinet.
Di sisi lain, Netanyahu ingin mengganggu proses perundingan yang tengah berlangsung di Wina antara Iran dan Kelompok 4+1. Analis Kanal 13 TV Israel di akun Twitternya setelah teror di fasilitas nuklir Natanz menilai sabotase ini terkait dengan perundingan dan mendapat persetujuan Amerika Serikat.
Kanal 13 TV Israel menulis, "Tanpa kapasitas pengayaan uranium di Natanz, dalam beberapa bulan ke depan Iran akan kehilangan senjata perundingannya. Berdasarkan informasi sumber intelijen dan keamanan nasional Israel, AS sudah mengumumkan kepuasan terkait kerusakan yang dialami fasilitas nuklir Natanz."
Netanyahu menganggap aksi sabotase di dalam Iran sebagai sebuah prestasi bagi dirinya, dan dalam merespon insiden Natanz ia menegaskan bahwa melawan Iran yang menguasai teknologi nuklir merupakan pekerjaan terbesar Israel.
Sepertinya dalam hal ini Israel mendapat dukungan dari AS yang beberapa hari terakhir berada dalam tekanan internasional untuk kembali ke perjanjian nuklir JCPOA. Insiden Natanz terjadi bersamaan dengan lawatan pertama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Palestina pendudukan.
Situs surat kabar Jerusalem Post menilai alasan kunjungan Menhan AS ke Israel adalah "kekhawatiran bersama dua pihak" terutama Benjamin Netanyahu terkait Iran.
Presiden Lebanon: Kami Tak akan Tunduk pada Israel !
Presiden Lebanon mengatakan, setiap pembahasan terkait perbatasan laut, berada dalam kerangka kedaulatan total Lebanon, dan Beirut tidak akan tunduk pada upaya pembagian wilayah yang diinginkan rezim Zionis Israel.
Surat kabar Al Akhbar, Selasa (13/4/2021) melaporkan, Michel Aoun menuturkan, jawaban Beirut terkait penentuan garis batas laut, dan perundingan seputar masalah ini, sepenuhnya jelas, Israel ingin berunding dengan Lebanon menggunakan syarat tertentu, memaksakan syarat itu pada kami atau menghentikan sama sekali perundingan, tapi Lebanon tidak akan pernah mau tunduk pada Israel.
Sehubungan dengan kontroversi penentuan garis batas laut dengan Suriah yang ramai dibicarakan media, dan tampak terlalu dibesar-besarkan, Aoun menjelaskan, "Presiden Suriah Bashar Assad sendiri sudah melakukan kontak dengan kami, dan kami sudah membicarakan masalah itu."
Sebelumnya Menlu Lebanon mengabarkan kontak telepon Michel Aoun dengan Bashar Assad untuk membicarakan penentuan garis batas laut dua negara.
Jerusalem Post: Tujuan Serangan ke Natanz Cegah Tekanan Iran atas AS
Surat kabar rezim Zionis Israel mengatakan, tujuan serangan ke Natanz adalah mencegah tekanan Iran terhadap Amerika Serikat dalam perundingan yang membahas kemungkinan kembalinya Washington ke perjanjian nuklir JCPOA.
Jerusalem Post, Senin (12/4/2021) menulis, serangan siber ke fasilitas pengayaan uranium Natanz Iran dilakukan untuk mencegah tekanan Tehran terhadap Washington dalam perundingan nuklir di Wina.
Wakil Presiden Freedom for Defense of Democracies (FDD), Jonathan Schanzer kepada Jerusalem Post mengatakan, "Sabotase di fasilitas nuklir Natanz adalah sebuah peristiwa yang agak dramatis dan misterius, hal ini akan dipandang sebagai aksi yang merusak diplomasi. Tapi kenyataannya hal ini benar-benar akan memberi pengaruh pada delegasi AS kalau mereka mau."
Ia menambahkan, "Oleh karena itu gangguan terhadap upaya Iran untuk memproduksi dan memasang sentrifugal-sentrifugal yang lebih canggih, dapat mengurangi tekanan Iran dalam negosiasi nuklir."
Schanzer menegaskan, "Sepertinya mediasi di Wina yang dilakukan Inggris, Prancis, Jerman, Cina dan Rusia, untuk menengahi Iran dan AS, tidak akan berhenti. Saya menduga kita akan menyaksikan kelanjutan JCPOA tahun ini untuk membahas sejumlah poin."
Haniyah: Pemilihan Pemimpin Hamas, Penting untuk Pembebasan Palestina
Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan, pemilihan pemimpin baru faksi ini merupakan langkah penting di kinerja Hamas untuk kesuksesan pembebasan Palestina dan pemulangan pengungsi Palestina ke tanah air mereka.
Seperti dilaporkan Pusat Informasi Palestina, Ismail Haniyah mengucapkan selamat atas pemilihan Khaled Mashal sebagai ketua Hamas di luat Palestina dan menekankan komitmen faksi muqawama ini terakit penyelenggaraan pemilu dalam negeri dan pengokohan nilai-nilai demokrasi serta perubahan jabatan kepemimpinan di antara anggota.
"Apa yang terjadi di tubuh Hamas, dampak positif bagi persiapan penyelenggaraan pemilu legislatif, karena langkah Hamas di pemilu ini adalah dengan bersandar pada kotak suara dan menghormati hasilnya," papar Haniyah.
Seraya menjelaskan bahwa Hamas bersikeras pemilu diselenggarakan sesuai jadwal sebelumnya dan isu-isu internal serta eksternal, Haniyah juga memuji peran komisi pusat pemilu Hamas karena melakukan pengawasan dengan benar dan sukses di penyelenggaraan pemilu faksi ini.
Selama pemilu di tubuh Hamas, Senin (12/4/2021), Khaled Mashal terpilih sebagai ketua Hamas di luar negeri dan Mousa Abu Marzouk terpilih sebagai wakilnya.
Sebelumnya Yahya Sinwar untuk kedua kalinya terpilih sebagai ketua Biro Politik Hamas di Jalur Gaza.
Kapal Israel Diserang di Lepas Pantai UEA
Kapal dagang milik perusahaan rezim Zionis menjadi sasaran di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA).
Kapal dagang Israel hari Selasa (13/4/2021) menjadi sasaran di dekat pelabuhan Al-Fujairah di Uni Emirat Arab.
Kapal bernama Hyperion ini milik perusahaan Israel, PCC.
Jerusalem Post mengkonfirmasi serangan tersebut
Hingga berita ini ditulis masih belum ada laporan mengenai tingkat kerusakan kapal Israel akibat serangan itu.
Perdana Menteri Rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, maupun kabinetnya hingga kini masih belum memberikan reaksi atas serangan terhadap salah satu kapal dagangnya.
Al Houthi: Setiap Lima Menit Satu Anak Yaman Meninggal
Ketua Komite Tinggi Revolusi Yaman mengatakan, akibat blokade semena-mena yang dilakukan koalisi Arab Saudi terhadap Yaman, setiap lima menit, satu anak Yaman meninggal dunia.
ISNA, Minggu (11/4/2021) melaporkan, Mohammed Ali Al Houthi menuturkan, pembunuhan terhadap anak-anak Yaman menunjukkan terorisme kelompok-kelompok yang memusuhi rakyat negara ini, dan pelanggaran terhadap semua garis merah. Mereka sengaja melanggar hukum dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB.
Ia menambahkan, dalam beberapa hari terakhir, bukannya mengecam negara-negara yang membunuh rakyat Yaman seperti Amerika Serikat, Inggris, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, PBB justru memuji mereka karena hal sepele seperti mengizinkan masuknya kapal ke pelabuhan Yaman.
Rudal Yaman Hantam Fasilitas Aramco di Jeddah dan Jubail
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman mengabarkan serangan ke fasilitas perusahaan minyak nasional Arab Saudi, Aramco di Jeddah dan Jubail.
Brigjen Yahya Saree, Senin (12/4/2021) di akun Twitternya seperti dikutip Mehr News, menulis, Yaman menyerang Arab Saudi dengan 17 drone dan dua rudal balistik, dan kilang minyak Aramco di Jeddah serta Jubail termasuk di antara target serangan ini.
Yahya Saree menambahkan, pasukan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman dalam serangan ini juga menyasar lokasi-lokasi militer sensitif di kota Khamis Mushait, dan Jizan yang terletak di selatan Saudi.
Sampai saat ini pejabat pemerintah Arab Saudi belum berkomentar terkait serangan balasan yang dilakukan pasukan Yaman tersebut.
Kilang minyak Aramco di Jeddah sejak tahun 2017 sudah tidak beroperasi, namun kompleks ini memiliki sebuah unit distribusi langsung produk minyak, yang sebelumnya pernah diserang militer Yaman.
Yordania Kecam Serangan Israel terhadap Masjid al-Aqsa
Kementerian Luar Negeri Yordania mengecam tindakan agresif rezim Zionis Israel di Kompleks Masjid al-Aqsa, Palestina.
Seperti dilansir kantor berita Yordania (Petra) juru bicara Kemenlu Yordania, Daifallah al-Fayez dalam sebuah pernyataan, Rabu (14/4/2021) mengecam tindakan Israel sebagai provokasi anti-Muslim dan pelanggaran sakralitas Masjid al-Aqsa.
Pada hari Selasa, polisi rezim Zionis merusak kunci pintu Bab al-Silsilah dan memutus kabel speaker eksternal Masjid al-Aqsa untuk mencegah penyiaran suara adzan selama bulan Ramadhan serta melecehkan karyawan Departemen Wakaf Quds dan Urusan Masjid al-Aqsa.
"Urusan Masjid al-Aqsa diawasi oleh Departemen Wakaf Quds yang dikelola oleh Yordania berdasarkan hukum internasional," kata al-Fayez.
Dia meminta para pejabat Israel untuk mematuhi kewajibannya sebagai kekuatan pendudukan serta tidak melakukan pelanggaran dan pelecehan terhadap sakralitas Masjid al-Aqsa
Suriah Kecam Laporan Palsu yang Diterbitkan oleh OPCW
Pemerintah Suriah menegaskan penolakan dan kecamannya terhadap laporan palsu yang dirilis oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) tentang serangan di kota Saraqeb, timur Idlib.
"Laporan Tim Investigasi dan Identifikasi OPCW memuat kesimpulan yang bertentangan dengan fakta dan menyingkap kembali kebohongan organisasi ini dan timnya, seperti kebohongan yang dibuat dalam laporan tentang serangan di Douma pada 2018 dan serangan di Ltamenah pada 2017," kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam sebuah pernyataan, Rabu (14/4/2021) seperti dilansir kantor berita SANA.
"Laporan yang diterbitkan OPCW pada 12 April 2021 bermaksud untuk memutarbalikkan fakta dan menuduh pemerintah Suriah menggunakan gas beracun di kota Saraqeb pada 4 Februari lalu," tambahnya.
"Damaskus dengan tegas membantah penggunaan gas beracun di Saraqeb atau di kota lain. Pasukan Suriah tidak pernah menggunakan senjata semacam itu selama pertempuran yang paling sulit dalam menumpas teroris," kata laporan tersebut.
Pemerintah Suriah mencatat bahwa Tim Investigasi dan Identifikasi OPCW dibentuk secara tidak sah oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Barat.
"Dalam investigasinya, tim ini menggunakan data yang diberikan oleh teroris, kelompok White Helmets, dan dinas intelijen dari beberapa negara penentang Suriah," tegas laporan Kemenlu Suriah.
Pangkalan Militer AS di Bandara Erbil Diserang
Suara ledakan dilaporkan terdengar di wilayah Kurdistan, Irak pada Rabu (14/4/2021) malam.
Saberin News melaporkan bahwa beberapa ledakan terdengar di kota Erbil, ibu kota wilayah Kurdistan Irak. Penyebab ledakan itu masih belum diketahui.
Jalan-jalan yang mengarah ke Konsulat Amerika Serikat di Erbil dan bandara kota tersebut telah ditutup.
Sejumlah wartawan Irak juga mengonfirmasi bahwa setidaknya satu roket menghantam pangkalan militer AS di dekat bandara Erbil.
Gambar dan video yang tersebar di media menunjukkan kebakaran di sektor militer bandara Erbil, yang menjadi lokasi penempatan pasukan AS.