AS Tinjauan dari Dalam, 1 Januari 2022
(last modified Sat, 01 Jan 2022 06:53:28 GMT )
Jan 01, 2022 13:53 Asia/Jakarta
  • Kekuatan Rudal Iran
    Kekuatan Rudal Iran

Dinamika di Amerika Serikat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti Jenderal Amerika Akui Kemampuan Rudal Iran.

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti Senator AS Minta Kongres Hentikan Program Rudal Balistik Saudi, Washington: Serangan Houthi Ancam 70.000 Warga AS, AS Berharap Korea Utara Sambut Baik Tawaran Dialog, AS Akui Kemajuan Dicapai dalam Perundingan Wina.

Jenderal Amerika Akui Kemampuan Rudal Iran

Jenderal McKenzie mengakui bahwa rudal Iran dapat menghantam bagian mana pun di Asia Barat dengan presisi dan volume tinggi.

Rudal Iran

Dalam sebuah wawancara dengan The New Yorker tentang serangan rudal Iran terhadap pangkalan militer AS di Irak, Ain al-Assad, Jenderal Kenneth McKenzie, komandan CENTCOM, mengatakan, “Pelajaran bagi saya dari insiden pangkalan Ain al-Assad mengenai rudal Iran yang telah menjadi ancaman langsung dan lebih serius daripada program nuklir negara itu. Padahal beberapa dekade yang lalu, rudal Iran tidak begitu maju dan akurat."

"Pada saat yang sama, mereka bisa menyerang hampir di mana pun mereka inginkan. Iran dapat secara efektif dan ekstensif menargetkan rudal di mana saja di Timur Tengah dengan akurasi tinggi dan volume besar,” ujar jenderal AS ini.

The New Yorker melanjutkan dengan bahwa Tehran telah mencapai apa yang McKenzie sebut sebagai "presisi sangat tinggi." dalam kemampuan persenjataannya yang membuatnya sangat sulit untuk dikendalikan atau dikalahkan.

Pada 3 Januari 2020, Komandan Pasukan Quds Korps garda Revolusi Islam, Jenderal Qassem Soleimani, melakukan perjalanan ke Irak atas undangan resmi otoritas Irak. dan delapan rekannya gugur diserang pasukan AS.

Menanggapi kejahatan ini, Iran menembakkan rudal ke pangkalan militer AS, Ain al-Assad di provinsi Anbar Irak

Senator AS Minta Kongres Hentikan Program Rudal Balistik Saudi

Seorang senator AS memperingatkan tentang meningkatnya perlombaan senjata di Timur Tengah dan mendesak Arab Saudi untuk menghentikan program rudal balistiknya.

"Laporan bahwa Cina membantu program rudal balistik Arab Saudi sangat mengkhawatirkan, tetapi tidak mengejutkan,” tulis Senator Demokrat Edward Markey di akun Twitternya seperti dilaporkan Newsweek, Sabtu (25/12/2021).

Anggota Komite Senat untuk Hubungan Luar Negeri dan subkomite yang berurusan dengan Timur Tengah ini menuturkan, Kongres harus mengesahkan undang-undang larangan senjata pemusnah massal Saudi usulan saya untuk mencegah program senjata ilegal Saudi, yang dapat memicu perlombaan senjata di kawasan.

Pada April lalu, Senator Edward Markey bersama dengan Jeff Merkley, Joaquin Castro, dan Ted Lieu, memperkenalkan sebuah draf tentang penghentian aktivitas yang terkait dengan pengembangan senjata pemusnah massal.

Rancangan undang-undang ini bertujuan untuk menghidupkan kembali pengawasan dan mengambil langkah-langkah untuk menghalangi akses ke teknologi sensitif yang dapat membuka jalan bagi Arab Saudi untuk memperoleh senjata nuklir.

CNN melaporkan pada hari Kamis bahwa pejabat intelijen AS percaya bahwa Riyadh—berkat bantuan Beijing—bekerja untuk memproduksi rudal balistiknya sendiri, di mana di masa lalu hanya mengimpornya dari pihak asing.

Beberapa pejabat AS di berbagai lembaga, termasuk Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, telah diberitahu tentang transfer teknologi rudal balistik dari Cina ke Saudi.

Dua tahun lalu, Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengklaim bahwa Riyadh tidak berniat untuk memiliki bom nuklir. Tapi tanpa ragu, jika Iran membuat bom nuklir, kami akan melakukan hal yang sama sesegera mungkin."

Washington: Serangan Houthi Ancam 70.000 Warga AS

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Riyadh, Arab Saudi mengecam serangan Yaman terhadap Koalisi Saudi, dan memperingatkan bahwa serangan ini mengancam 70.000 warga AS di Saudi.

Kedubes AS di Riyadh, Sabtu (25/12/2021) merilis pernyataan yang membela Koalisi Saudi, dan mengecam Ansarullah Yaman.

Di saat dukungan senjata AS terhadap Saudi dalam agresi militer ke Yaman terus berlanjut, Kedubes AS di Riyadh, mengecam serangan balasan Yaman ke Saudi.

Kedubes AS menyebut serangan balasan Yaman, sebagai serangan mengerikan lintas-batas Houthi ke Jizan, dan kembali menyalahkan Yaman.

Menurut klaim Kedubes AS, serangan-serangan Houthi menyebabkan perang berlarut-larut, dan membuat rakyat Yaman menderita.

Selain itu, Kedubes AS juga memperingatkan bahwa serangan-serangan Houthi membahayakan keselamatan 70.000 warga AS yang tinggal di Saudi.

Kedubes AS meminta Yaman menghentikan serangannya ke Saudi, dan untuk mengakhiri perang, memasuki dialog politik.

AS Berharap Korea Utara Sambut Baik Tawaran Dialog

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Washington berharap bahwa Pyongyang akan menanggapi secara positif untuk memajukan dialog antara kedua negara.

Image Caption

Ned Price, seperti dikutip kantor berita Yonhap, Rabu (29/12/2021), menegaskan kembali bahwa AS tetap siap dan bersedia berunding dengan Korea Utara tanpa prasyarat apa pun.

"Kami telah menjelaskan melalui pesan publik dan pesan pribadi bahwa kami siap, bersedia, dan mampu untuk terlibat dalam diplomasi ini," kata Price dalam konferensi pers.

"Dan kami terus berharap Korea Utara akan merespon positif tentang kemajuan perundingan ini," tambahnya.

Pernyataan itu datang di tengah spekulasi bahwa pemerintahan Joe Biden, setelah berbulan-bulan diabaikan oleh Pyongyang, mungkin telah kembali ke apa yang disebut pendekatan "kesabaran strategis" yang pernah diadopsi oleh pemerintahan mantan Barack Obama.

Namun, Price menolak pandangan tersebut dengan mengatakan bahwa pemerintahan Biden tetap siap untuk berunding dengan Korea Utara kapan saja.

"Kami telah menjelaskan dalam beberapa bulan terakhir bahwa kami tidak punya niat bermusuhan dengan Korea Utara. Kami terus bersiap untuk bertemu tanpa prasyarat," tegasnya.

Korea Utara tetap tidak menanggapi tawaran AS sejak pemerintahan Biden menjabat pada Januari lalu. Negara itu juga menjauh dari perundingan denuklirisasi sejak 2019.

AS Akui Kemajuan Dicapai dalam Perundingan Wina

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS mengakui bahwa kemajuan telah dicapai dalam pembicaraan putaran kedelapan antara Iran dan kelompok 4+1 di Wina, Austria.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price dalam konferensi pers hari Selasa (28/12/2021) mengakui kemajuan telah dicapai dalam perundingan Wina, tapi menyebut Iran sedang mengulur negosiasi untuk mempercepat program nuklirnya.

Price juga mengulangi tuduhan konstan Washington terhadap kemajuan nuklir Iran, tanpa menyebutkan persenjataan nuklir Israel yang mengancam kawasan Asia Barat dan dunia.

"Sedikit kemajuan telah dibuat dalam putaran terakhir pembicaraan, tetapi terlalu dini untuk mengatakannya sebagai perubahan substantif," kata Price hari Selasa.

Juru bicara Departemen Luar Negeri juga mengklaim bahwa setiap kemajuan yang dicapai dalam pembicaraan Wina terlalu lambat dibandingkan dengan percepatan kemajuan nuklir Iran.

Pembicaraan putaran kedelapan antara Iran dan kelompok 4+1 untuk mencabut sanksi anti-Iran dimulai pada 27 Desember di Wina, Austria, dengan pertemuan komisi bersama yang diketuai oleh Ali Bagheri, Negosiator Senior Republik Islam Iran, dan Enrique Mora, Wakil Sekretaris Jenderal Layanan Tindakan Eksternal Uni Eropa.