Jerman Khawatir Perubahan Keseimbangan Kekuatan di dalam Uni Eropa
Kanselir Jerman, Olaf Scholz seraya mengungkapkan kekhawatiran atas dampak keanggota Ukraina di Uni Eropa dan perubahan keseimbangan kekuatan intrnal, menuntut untuk merevisi perjanjian para pendiri serikat ini.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky 28 Februari 2022, empat hari setelah serangan Rusia, meminta Uni Eropa menyepakati keanggotaan segera di organisasi ini melalui jalur khusus.
Meski ada klaim negara-negara penting Erppa terkait minat mereka menerima keanggotaan Ukraina di Uni Eropa, tapi kini beredar berita mengenai kekhawatiran Jerman soal perubahan keseimbangan kekuatan internal Uni Eropa melalui Kiev.
Koran Telegraph Sabtu (2/7/2022) mengutip sumber pemerintah, Olaf Scholz mengkhaatirkan dampak negatif keanggotaan Ukraina di Uni Eropa bagi Berlin.
Telegraph menulis, Scholz ingin sistem pemungutan suara diubah untuk memastikan bahwa blok kekuatan Uni Eropa tidak dapat dibentuk untuk mengamankan dana tambahan dari sekutu Barat mereka yang kaya.
Menurut Telegraph, berdasarkan sistem pemungutan suara saat ini di Uni Eropa yang jumlah negara dan populasinya dihitung, maka Kiev akan mendapat 9 persen suara di Uni Eropa.
Jika Ukraina dan Polandia menyatukan suaranya, maka mereka akan lebih kuat dari Jerman. Selain itu, bergabungnya negara-negara Eropa tengah dan timur dengan Polandia dan Ukraina akan membentuk blok mayoritas yang lebih kuat dari Prancis dan Jerman.
Masih menurut Telegraph, Kiev memberi jaminan kepada negara-negara Eropa bahwa dirinya tidak akan sengaja membentuk sebuah blok di Uni Eropa.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell akhir Juni seraya menyebut positif visi Komisi Eropa terkait keanggotaan Ukraina di organisasi ini, tapi menekankan penting untuk bertindak selangkah demi selangkan di bidang ini. (MF)