Rekor Tertingi Pengungsi Dunia
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dalam sebuah laporan terbaru yang menandai peringatan Hari Pengungsi Dunia pada 20 Juni, mengatakan bahwa jumlah pengungsi pada akhir 2015 mencapai lebih dari 65 juta orang di seluruh dunia.
Jumlah pengungsi dunia pada tahun 2015 meningkat lebih dari 5,9 juta orang dibandingkan 12 bulan sebelumnya. Ini untuk pertama kalinya jumlah pengungsi melampaui angka 60 juta.
Perang dan kekhawatiran internal merupakan dua faktor utama yang menyebabkan jumlah eksodus terbesar dalam sejarah, sementara sentimen anti-asing dan xenophobia telah memperlambat proses penempatan pengungsi di negara-negara tuan rumah.
Para analis mengira bahwa konflik akan berkurang signifikan pasca Perang Dingin yang dipicu oleh konfrontasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, namun dunia secara praktis menyaksikan pertikaian, perang saudara, dan konflik regional di dunia sepanjang 25 tahun terakhir atau sejak runtuhnya Uni Soviet.
Terlepas dari beragam alasan pecahnya konflik dan perang tersebut, semua pertikaian itu berkontribusi bagi lahirnya sebuah fenomena global. Fenomena ini sekarang menemukan dimensi yang sangat luas pada tingkat internasional yaitu eksodus jutaan orang dari berbagai negara dan kawasan dunia.
Krisis pengungsi yang terjadi di Eropa mencatat sejarah baru dan orang-orang dari daerah konflik bergerak ke benua biru untuk mencari tempat yang aman. Persoalan ini menuntut kerjasama internasional untuk menangani pengungsi dan juga mewujudkan iklim yang kondusif untuk kepulangan mereka ke negara asalnya.
Namun, dunia sekarang menyaksikan ketidakkompakan dan dalam banyak kasus, terdapat penolakan beberapa negara untuk menerima pengungsi meskipun mereka berperan dalam menciptakan konflik, yang mendorong arus eksodus besar-besaran.
Gelombang pengungsi dari negara-negara konflik di Timur Tengah dan Afrika telah membanjiri Eropa melalui Turki dan Laut Mediterania. Jumlah mereka pada 2015 sudah lebih dari 1,2 juta orang dan Uni Eropa menghadapi sebuah krisis, yang menjadi tantangan terbesar blok tersebut sejak kelahirannya.
Cara menangani pengungsi sekarang menjadi sebuah tantangan serius bagi Uni Eropa dan masalah ini memicu perselisihan di antara negara-negara anggota. Ketidakkompakan ini juga mengundang reaksi keras lembaga-lembaga hak asasi manusia seperti, Amnesty International.
Pada Juni 2015, Amnesty International dalam pernyataannya mengkritik respon yang tidak memadai oleh para pemimpin Barat terhadap nasib jutaan pengungsi dan menyerukan kerjasama internasional yang lebih erat untuk menyelesaikan krisis pengungsi.
Komisaris Tinggi UNHCR, Filippo Grandi mengatakan, "Kesediaan negara-negara bekerja sama seharusnya tidak hanya untuk pengungsi, tapi juga untuk kepentingan kolektif manusia yang sedang diuji saat ini."
Pada dasarnya, dunia sedang mengalami krisis kemanusiaan terburuk sejak berakhirnya Perang Dunia II. Meski demikian harus diakui bahwa selama masyarakat internasional tidak memiliki pemahaman yang tepat tentang krisis pengungsi dan tidak memandangnya sebagai krisis global, maka solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini tidak akan ditemukan. (RM)