Mulai Muncul Kekhawatiran Meluasnya Protes dan Mogok di Prancis
(last modified Sun, 16 Oct 2022 04:52:50 GMT )
Okt 16, 2022 11:52 Asia/Jakarta

Pemerintah Prancis khawatir akan meluasnya aksi mogok para pekerja kilang di seluruh negeri dan bahkan bakal berubah menjadi kerusuhan yang meluas, ketika serikat pekerja garis keras dan lawan politik bergabung untuk memulai gerakan besar-besaran yang mengancam rencana reformasi Presiden Emmanuel Macron. Media melaporkan intensifikasi krisis energi di Prancis dan konflik antara orang-orang karena bensin di negara ini.

Pekerja di Total Energy and ESO Prancis serta perusahaan AS ExxonMobil telah mogok selama lebih dari dua minggu, menuntut upah yang lebih tinggi - di tengah krisis biaya hidup - dan bagian yang lebih besar dari keuntungan substansial yang akan diperoleh kedua perusahaan tahun ini karena memperoleh keuntungan akibat kenaikan harga energi.

Pemogokan pekerja kilang dan semakin habisnya stok bensin di berbagai stasiun distribusi bahan bakar telah menyebabkan keputusan untuk memprotes tindakan industri di sektor lain dan telah menciptakan peluang bagus untuk kubu oposisi pemerintah.

Aksi mogok di Prancis (dok)

Dalam pemogokan ini, karyawan perusahaan Total Energy telah memblokir kilang, sehingga tidak dapat memasok bahan bakar dari kilang dan dalam hal ini, sektor petrokimia negara ini bergabung dengan aksi mogok.

Beberapa pekerja pembangkit listrik tenaga nuklir, yang terinspirasi oleh rekan-rekan mereka di kilang, telah memulai pemogokan berkala untuk meminta kenaikan upah, yang semakin mengurangi jumlah produksi tenaga nuklir di negara ini.

Serikat pekerja CFDT, yang terdiri dari empat serikat pekerja Prancis, telah menyerukan pemogokan dan protes pada hari Selasa (11/10/2022) untuk menaikkan upah dan melindungi hak mereka untuk berhenti bekerja.

Tampaknya situasi ekonomi dan sosial Prancis semakin memburuk, dan tentu saja perluasan cakupan pemogokan dapat menyebabkan kelumpuhan negara ini.

Pemogokan panjang karyawan sektor produksi bahan bakar terus berlanjut dan pemogokan panjang ini, yang oleh media Prancis disebut sebagai krisis sosial karena cakupan dampaknya yang luas, akan mengambil dimensi politik dengan menyesuaikan diri selaras dengan seruan kubu oposisi.

Ini telah menciptakan peluang bagus bagi partai dan faksi yang menentang pemerintah di Prancis untuk lebih menekan pemerintahan Macron.

Pemerintah Prancis khawatir akan meluasnya aksi mogok para pekerja kilang di seluruh negeri dan bahkan bakal berubah menjadi kerusuhan yang meluas, ketika serikat pekerja garis keras dan lawan politik bergabung untuk memulai gerakan besar-besaran yang mengancam rencana reformasi Presiden Emmanuel Macron. Media melaporkan intensifikasi krisis energi di Prancis dan konflik antara orang-orang karena bensin di negara ini.

Sebenarnya, saat ini Macron mendapat tekanan ganda baik dari partai sayap kiri radikal maupun partai sayap kanan ekstrim yang mengkritik kebijakan dan tindakan pemerintah Prancis terkait kebijakan dalam dan luar negeri.

Koalisi sayap kiri yang dikenal sebagai Nupes, yang menyerukan demonstrasi pada 16 Oktober untuk memprotes biaya kehidupan yang mahal, berharap untuk membawa para pekerja yang mogok bersama mereka.

Pemimpin kelompok ini adalah Jean-Luc Melenchon, salah satu saingan kiri radikal Emmanuel Macron di putaran pertama pemilu presiden.

Tuntutan para peserta demonstrasi ini adalah untuk menaikkan upah, meningkatkan pelayanan sosial minimum, memprotes reformasi asuransi pengangguran oleh pemerintah, menghentikan kenaikan harga energi, bahan baku dan sewa rumah, serta mempercepat pelaksanaan rencana pajak atas keuntungan besar.

Selain kelangkaan bensin, Prancis juga menghadapi kelangkaan listrik.

Untuk menghadapi situasi ini, pemerintah negara ini telah menjadikan "Pengetatan Energi" sebagai pilar utama kebijakannya untuk mencegah beban tambahan pada jaringan listrik, tetapi para ahli percaya bahwa Paris memiliki musim dingin yang sulit di depan.

Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan National Rally

Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan National Rally, memperingatkan bahwa Prancis harus menghadapi "musim dingin yang keras" dan mengatakan, Sanksi terhadap Rusia tidak berhasil dan malah merugikan rakyat Prancis.

Tindakan Macron telah menyebabkan reaksi negatif yang meluas di masyarakat Prancis, yang menyalahkan pemerintah Prancis karena mengadopsi kebijakan dan tindakan anti-Rusia dan konsekuensi yang diakibatkannya, yaitu kekurangan gas yang parah, peningkatan tingkat inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan penyebaran bayangan resesi ekonomi.(sl)