OPEC Plus Tekankan Penurunan Produksi
OPEC Plus dalam kerangka komitmen terhadap tujuannya di produksi minyak, pada sidang Ahad (4/12/2022) mencapai kesepakatan untuk melanjutkan penurunan produksinya.
Keputusan para menteri menteri perminyakan dan energi OPEC Plus ini mencakup negara anggota OPEC dan mitranya seperti Rusia, diumumkan setelah dua hari kesepakatan G7 untuk menentukan batas harga minyak Rusia.
OPEC+ membuat marah Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya dengan kesepakatan Oktober untuk memotong 2 juta barel minyak per hari, yang hampir 2 persen dari konsumsi dunia. Washington menuding kelompok ini dan Arab Saudi bergerak selaras dengan Rusia meski ada perang Ukraina. OPEC + mengumumkan alasan keputusannya adalah melemahnya prospek ekonomi dunia.
Keputusan negara-negara anggota OPEC+ untuk terus mengurangi pasokan minyak ke pasar dunia sebenarnya merupakan reaksi atas tindakan bermusuhan Barat terhadap Rusia dan semacam kerja sama dengan Moskow. Uni Eropa, Kelompok G7 dan beberapa negara di blok Barat seperti Australia, dengan menetapkan batas atas harga 60 dolar untuk satu barel minyak Rusia, bermaksud untuk secara signifikan mengurangi pendapatan minyak Moskow dan dengan cara ini, menurut pendapat mereka, menonaktifkan mesin perang Rusia. Namun, tindakan Barat ini memicu respon keras Moskow.
"Alexander Novak", Wakil Perdana Menteri Rusia, menegaskan bahwa Moskow menolak untuk memasok minyak ke negara-negara yang mencoba memberlakukan plafon harga minyak yang diimpor dari negara ini. Menurutnya, OPEC+ untuk mengiringi Rusia juga siap mengadakan pertemuan kapanpun dan mengambil keputusan untuk memperbaiji kondisi yang menguasi pasar; Namun saat ini pertemuan dan keputusan ini tidak lagi penting.
Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah mengadakan kampanye besar dengan Moskow dengan sanksi yang paling luas dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dengan dalih perang Ukraina, termasuk embargo minyak dan gas Rusia. Meski Barat khususnya Eropa percaya bahwa kampanye sanksi ini akan menyebabkan kerusakan besar pada Rusia, tetapi tindakan balasan Moskow, seperti mewajibkan negara-negara Eropa yang membeli gas untuk membayar dengan rubel, serta upaya sukses Moskow untuk meningkatkan penjualan minyaknya ke ekonomi besar seperti Cina dan India, telah menyebabkan upaya Barat ini akan menghadapi kegagalan yang nyata. Selain itu, keputusan OPEC+ untuk mengurangi pasokan minyak sebanyak 2 juta barel justru menaikkan harga minyak.
Di sisi lain, sanksi terhadap Rusia, khususnya di bidang minyak dan gas, telah menimbulkan banyak kesulitan bagi negara-negara Eropa bahkan Amerika dengan inflasi dan stagnasi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat kekurangan gas untuk melanjutkan aktivitas berbagai industri Eropa. Dalam kasus Amerika, penurunan pasokan minyak yang menyebabkan kenaikan harganya berdampak pada kenaikan harga bensin dan solar yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan akibatnya, inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara ini pada 40 tahun terakhir. Untuk itu, Presiden AS Joe Biden dan mitra Eropanya telah berulang kali meminta OPEC+, terutama anggotanya yang berpengaruh seperti Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak dengan meningkatkan produksi dan memasok minyak ke pasar dunia.
Tapi Riyadh, yang sekarang melihat kepentingannya terpisah dari kepentingan Washington, telah mengabaikan permintaan Amerika ini dan menolak untuk melaksanakan permintaan Washington dengan berbagai alasan. Masalah ini telah menyebabkan kemarahan para pejabat dan legislator Amerika, dan bahkan beberapa dari mereka ingin menghukum Arab Saudi. Terlepas dari ancaman berulang Washington, Riyadh masih menunjukkan dengan menegaskan kembali keputusan OPEC+ dalam pertemuan pada hari Minggu bahwa kepentingan dan hubungan jangka panjang dengan Rusia dan Cina telah menjadi dua kali lipat bagi Arab Saudi. Javier Blas, seorang pakar energi, mengatakan,"Amerika dan sekutu Baratnya harus memperhatikan fakta bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah energi baru-baru ini, Washington, London, Paris, dan Berlin tidak memiliki sekutu di OPEC+ ." (MF)