Amerika Tinjauan dari Dalam, 24 Juni 2023
Perkembangan di Amerika Serikat (AS) selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting.
Di antaranya isu itu adalah babak baru kelanjutan kebijakan militerisasi Amerika.nya yang provokatif dan berbahaya di benua Asia oleh Amerika Serikat.
Pada Jumat pagi, 16 Juni, kapal selam nuklir USS.Michigan melancarkan aksinya dengan berlabuh di pelabuhan Pusan yang terletak 320 km tenggara Seoul.
Penempatan kapal selam nuklir Amerika ini terjadi setelah pemerintah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Jepang sehari sebelumnya sebagai protes atas latihan perang baru-baru ini antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, pemerintah Korea Utara mengumumkan bahwa Pyongyang akan meningkatkan kebijakan pencegahan militer sebagai tanggapan atas sikap Washington. Latihan perang bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan baru-baru ini yang diadakan dengan dalih peringatan 70 tahun koalisi kedua negara, yang diadakan pada jarak 25 kilometer dari perbatasan kedua Korea merupakan langkah sangat berbahaya dan provokatif yang dapat meningkatkan api perang antara kedua Korea.
Selama kunjungan Presiden Korea Selatan ke Washington pada bulan April, presiden kedua negara menandatangani dokumen yang dikenal sebagai "Deklarasi Washington". Dokumen dan komitmen ini ditandatangani untuk memperkuat kekuatan pencegahan militer Seoul guna menghadapi apa yang disebut sebagai "ancaman Korea Utara".
Dalam reaksi pertama, Kementerian Pertahanan Korea Utara mengutuk tindakan militer Amerika Serikat, dan menganggap diadakannya latihan bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan sebagai aksi provokatif dan menyebut latihan perang ini akan mengarah pada tanggapan yang tak terelakkan.
Menanggapi kesepakatan nuklir antara Seoul dan Washington, pemerintah Pyongyang telah mengumumkan, "Selama Amerika Serikat tidak mengakhiri kebijakan bermusuhannya untuk menggulingkan rezim yang berkuasa di Korea Utara, maka kami tidak akan mundur dari program misil dan nuklir."
Sehubungan dengan ini, Kim Yo-Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, juga mengumumkan, "Perjanjian antara Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk memperkuat pencegahan nuklir terhadap Korea Utara akan meningkatkan ketidakamanan di dunia,".
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Korea Utara, Kim Yo Jong juga menegaskan bahwa kesepakatan antara presiden Amerika Serikat dan Korea Selatan merupakan tindakan yang paling bermusuhan dan agresif terhadap Korea Utara, yang hanya akan menempatkan keamanan dan perdamaian negara Asia Timur dan dunia dalam risiko yang lebih serius.
Ini adalah pertama kalinya sejak 1980-an Amerika Serikat mengerahkan kapal selam rudal balistik di Korea Selatan. Perjanjian April antara Amerika Serikat dan Korea Selatan juga memiliki dampak negatif lainnya di dunia.
Pemerintah Rusia menganggap pernyataan Washington sebagai langkah lain Barat untuk menghancurkan keamanan internasional. Menanggapi pernyataan Washington, Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa Amerika dan sekutunya di kawasan Asia Timur jelas telah mengambil langkah untuk mengulangi pola destruktif bagi keamanan internasional. ."
Tidak ada keraguan bahwa para politisi yang menguasai Amerika Serikat menyerukan perdamaian di beberapa bagian dunia, tapi pada saat yang sama menabuh genderang perang di beberapa bagian lainnya. Kebijakan standar ganda pejabat Gedung Putih ini berasal dari kebijakan pemerintah Washington yang mengusung perang dan militerisme.
Pemerintah Amerika sedang mencoba untuk mengekspos pesaing industri, militer, dan ekonominya di berbagai wilayah di dunia sebagai ancaman dengan dalih yang berbeda.
Posisi Cina sebagai pesaing utama Amerika dengan perkembangan ekonomi, politik, dan militernya dalam beberapa tahun terakhir menjadikan Washington terus menciptakan ketidakamanan di kawasan Asia, termasuk intervensinya dalam masalah Taiwan di Asia timur dan kawasan Asia tenggara.
Tindakan provokatif Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Asia, memicu intensifikasi perlombaan senjata, ketidakstabilan, dan melemahnya perdamaian terutama di Semenanjung Korea. Setelah penyelenggaraan setiap latihan bersama antara Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Asia Timur, Korea Utara menembakkan satu atau dua rudal balistiknya.
Tujuan tindakan Korea Utara ini untuk menunjukkan tindak lanjut dari gerakan militer Amerika Serikat dan sekutunya di Asia Timur dan perbatasan bersama kedua Korea. Selain itu, menjadi bukti kemampuan militer Korea Utara dan daya tangkalnya terhadap tindakan AS.
Gerakan militer AS di Asia timur menggiring perlombaan senjata di kawasan ini yang semakin meningkat, dan ini akan menimbulkan ketidakamanan di tingkat regional dan global.
Syarat AS untuk Terima Prakarsa Damai Cina di Ukraina
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menganggap penghentian perang di Ukraina tidak cukup, dan menurutnya jika Cina dapat memainkan peran konstruktif dalam menciptakan perdamaian permanen di Ukraina, maka Washington pun akan mendukung upaya ini.
Antony Blinken, Selasa (20/6/2023) menyampaikan syarat AS, untuk menerima prakarsa damai yang diusulkan Cina, guna menghentikan perang antara Ukraina dan Rusia.
Menlu AS yang sedang melawat Cina, dalam wawancara dengan radio NPR menuturkan, "AS mendukung upaya dan peran konstruktif potensial Cina, untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina, tapi sekadar menghentikan perang, itu tidak cukup."
Menurut Blinken, jika Cina mampu memainkan peran konstruktif dalam menciptakan perdamaian yang adil, dan permanen di Ukraina, dan hal itu dilakukan pada waktu yang tepat, maka upaya tersebut akan menjadi baik.
Sebelumnya Amerika Serikat, bersama Uni Eropa, menolak prakarsa damai yang diusulkan oleh Cina, untuk menghentikan perang di Ukraina.
"Jika Beijing menyampaikan prakarsa yang benar-benar membantu menyelesaikan masalah dan memperkuat perdamaian, maka Washington akan mendukung upaya ini. Tapi selama hal itu terkait dengan Ukraina, maka perdamaian saja tidak akan cukup," kata Menlu AS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut prakarsa damai Cina, hanya kata-kata bukan program nyata, dan prakarsa semacam ini tidak akan terwujud tanpa mencatumkan klausul terkait penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina.
AS Larang Warga Kurdi Berunding dengan Pemerintah Suriah
Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, mengabarkan keengganan Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah warga Kurdi Suriah.
Mikhail Bogdanov, Selasa (20/6/2023) menjelang diselenggarakannya Dialog Astana mengatakan, "Amerika Serikat tidak menginginkan penyelesaian masalah warga Kurdi Suriah."
Ia menambahkan, "Amerika Serikat juga tidak mengizinkan kelompok-kelompok Kurdi, sekutunya untuk melakukan perundingan dengan pemerintah Suriah."
Di tengah upaya sejumlah negara penentang pemerintah Suriah, untuk memulihkan hubungan dengan Damaskus, Amerika Serikat berusaha mencegah pemulihan hubungan ini.
Upaya AS mencegah pemulihan hubungan ini mencapai puncaknya ketika penentang keras pemerintah Suriah, termasuk Turki, mulai melakukan perundingan dengan Damaskus.
Mengikuti langkah negara-negara ini, kelompok Kurdi, Rojava baru-baru ini dalam pernyataan resminya mengumumkan kesiapan untuk berunding dengan pemerintah Suriah.
AS Kerahkan Bomber Strategis dalam Latgab dengan Indonesia
Amerika Serikat untuk pertama kalinya mengirimkan dua pesawat pengebom strategis B-52 Stratofortress ke Indonesia dalam sebuah latihan gabungan dengan negara Asia tenggara ini.
Bandara Kualanamu Medan Provinsi Sumatera Utara kedatangan 2 Unit Pesawat Pembom Strategis B-52 negara Amerika Serikat dengan Callsign HOGAN 11 no reg 60-0034 dan HOGAN 12 no reg 60-0007.
Kedua pesawat tersebut melaksanakan Latihan bersama pesawat F-16 TNI AU hari Senin
Situs TNI AU hari Rabu (21/6/2023) melaporkan, Komandan Lanud Soewondo Medan Sumatera Utara Marsekal Pertama TNI Reka Budiarsa yang di wakili Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Soewondo Mayor Pom Hendra Suharta menyambut kedatangan pesawat Bomber milik negara Amerika tersebut di dampingi oleh Pabandyakersamil Paban III/Lat Sopsau (Supervisor) Letkol Pnb M. Amry Taufanny, Pabandyalugri Paban IV/Hublu Sintelau (Security Officer) Letkol Sus Ardyanto Priyo Kuncoro, Pabandyagahlaka Ditlambangja Puslaiklambangjaau (Safety Officer) Letkol Tek Gatot Budi Narbowo, Kaintel Lanud Soewondo Mayor Sus Cahya kholilush Shubhi serta Dansatpom Lanud Soewondo Mayor Pom Muhammad Sadin Ajie.
Tepat pukul 13.02 WIB Pesawat Pembom Strategis B-52 USAF dengan Callsign HOGAN 11 Landing selanjutnya pukul 16.24 pesawat Pesawat Pembom Strategis B-52 USAF kedua dengan Callsign HOGAN 12 Landing dengan aman dan lancar.
Kedatangan pesawat B-52 Bomber ke Indonesia dalam rangka Latihan bersama Joint Exercise TNI AU-USPACAF Interoperability Bomber Landing 2023 antara TNI Angkatan Udara dengan USAF
Kunjungan Pertama Menlu AS ke Cina setelah Lima Tahun
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken Minggu (18/6/2023) dini hari tiba di Beijing. Kunjungan ini sebagai upaya untuk meredam tensi yang terus meningkat antara AS dan Cina yang memicu kekhawatiran banyak negara.
Antony Blinken merupakan petinggi pertama Amerika yang berkunjung ke Cina sejak berkuasanya Joe Biden, dan juga menlu pertama negara ini yang mengunjungi Beijing selama lima tahun terakhir. Blinken hari Jumat mengatakan bahwa Presiden Joe Biden dan sejawatnya dari Cina, Xi Jinping berkomitmen untuk memulihkan hubungan "Sehingga kami dapat berkomunikasi sejelas mungkin untuk menghindari kemungkinan kesalahpahaman dan miskomunikasi".
Kunjungan dua hari itu dilakukan setelah perjalanan Blinken yang sebelumnya dijadwalkan pada Februari ditunda karena jatuhnya balon pengintai Cina di atas wilayah Amerika Serikat. Sesaat sebelum berangkat ke Cina, dia menekankan pentingnya membangun dan memelihara jalur komunikasi yang lebih baik antara Amerika Serikat dan Cina. Blinken mengatakan Amerika Serikat ingin memastikan bahwa "persaingan yang kita miliki dengan Cina tidak mengarah ke konflik karena kesalahpahaman dapat dihindari."
Perjalanan Blinken berlangsung sejalan dengan upaya keseluruhan dari pemerintahan Biden untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Cina dan untuk menciptakan saluran komunikasi antara kedua negara guna mencegah kemungkinan kesalahpahaman dan meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing. Sebelumnya, pejabat senior Cina telah menanggapi secara negatif permintaan rekan Amerika mereka untuk pertemuan bilateral dan mengaitkan masalah ini sebagai reaksi atas tindakan bermusuhan Washington serta sikap negatif pejabat Amerika.
Di antaranya adalah Menteri Pertahanan Cina Li Shangfu menolak untuk bertemu dengan rekannya dari Amerika Lloyd Austin di sela-sela pertemuan keamanan Shangri-La di Singapura pada awal Juni dan bahkan berjabat tangan dengannya, karena Washington menolak mencabut sanksi terhadapnya. Meskipun menekankan bahwa dialog antara AS dan Cina diperlukan dan akan membantu menghindari kesalahan yang dapat menyebabkan konflik, Austin sekali lagi menegaskan kembali sikap anti-Cina Washington dan mengklaim bahwa AS tidak dapat mentolerir "dominan dan koersif" Cina.
Menhan Amerika Serikat mengatakan, “Gedung Putih dan sekutunya percaya bahwa cara terbaik menghadapi kekuatan Cina adalah dengan mengamankan Samudera Indo-Pasifik dan menciptakan Timur Jauh yang bebas.”
Untuk waktu yang lama, Amerika telah mengidentifikasi Cina sebagai ancaman paling penting terhadap dirinya sendiri dan dunia Barat dalam dokumen-dokumennya yang sewenang-wenang dan menekankan perlunya menghadapi ambisi Beijing. Selama pembukaan strategi pertahanan nasional di Pentagon pada akhir Oktober 2022, Lloyd Austin mencatat bahwa meskipun Rusia menyerang Ukraina, Cina tetap menjadi ancaman terbesar bagi Amerika Serikat.
Pejabat senior militer dan keamanan pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan Cina sebagai tantangan geopolitik terpenting bagi Amerika Serikat dan mengklaim niatnya untuk mengubah sistem internasional berdasarkan tatanan liberal. Penggambaran ini didasarkan pada Cinafobia, mengingat konfrontasi yang berkembang antara Amerika Serikat dan Cina di kancah regional dan global.
Sekarang, terlepas dari klaim pejabat pemerintah Biden tentang persaingan yang setara dengan Cina dan penurunan hubungan bilateral dan tindakan di bidang ini, termasuk perjalanan rahasia Direktur CIA William Burns baru-baru ini ke Beijing, tetapi apa yang terlihat melalui posisi dan tindakan Amerika Serikat terhadap Cina sejak pelantikan Biden adalah upaya Washington untuk menghadapi Beijing secara komprehensif di arena ekonomi, komersial, militer dan keamanan, politik dan dunia maya serta melawan klaim maritimnya.
Sejatinya Washington khawatir atas masalah ini bahwa Cina bersama Rusia akan merusak sistem internasional liberal yang diciptakan dan didukung Barat, serta menghancurkan dominasi beberapa abad Barat di sistem internasional. Pastinya berlanjutnya eskalasi konfrontasi AS dan Cina, khususnya di kawasan Asia Pasifik dapat secara berbahaya meningkatkan risiko konflik antara kedua kekuatan internasional ini.
Mantan menteri luar negeri AS, Henry Kissinger memperingatkan, "Jika AS dan Cina tidak mundur dari sikpanya, makan Perang Dunia Ketiga sangat mungkin terjadi."