Sep 09, 2023 11:43 Asia/Jakarta

Kementerian Ekonomi dan Teknologi Jerman melaporkan bahwa produksi industri di negara tersebut turun lebih cepat dari perkiraan pada bulan Juli lalu, yang mengungkap masalah yang dihadapi negara dengan perekonomian terkuat di Eropa.

Sehubungan dengan itu, produksi industri yang disesuaikan mengalami penurunan sebesar 0,8% pada Juli 2023 setelah turun sebesar 1,4% pada Juni 2023.

Kabar ini muncul saat para analis yang mengikuti survei portal Daily FX memperkirakan indeks ini akan turun setengah persen setiap bulan.

Menurut laporan ini, produksi industri Jerman pada bulan Juli 2023 mengalami penurunan sebesar 2,1 persen setiap tahunnya, dan produksi industri di luar sektor energi dan konstruksi mengalami penurunan sebesar 1,8 persen pada bulan Juli 2023 dibandingkan dengan bulan Juni 2023.

Barcode Madi in Germany

Pada akhir bulan lalu, sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat menunjukkan bahwa setengah dari populasi Jerman, dengan mempertimbangkan tren kebijakan dan tindakan pemerintah negara tersebut saat ini, dampak sanksi terhadap Rusia, inflasi dan penurunan pertumbuhan global, mereka khawatir akan kemerosotan perekonomian negaranya.

Selain itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade pada bulan Mei 2022, Jerman melaporkan defisit perdagangan luar negeri sebesar satu miliar euro.

Negara ini telah beralih dari surplus perdagangan menjadi lebih banyak impor dalam waktu singkat.

Tentu saja, perekonomian Jerman kembali mengalami surplus perdagangan pada tahun 2023, tetapi permasalahan tersebut menunjukkan bahwa situasi perekonomian terbesar di Eropa tersebut kurang baik.

Hans-Werner Sinn, ekonom senior Jerman, meyakini bahwa situasi perekonomian di Jerman yang kembali menganugerahkan predikat "Orang Sakit Eropa" kepada negara ini, menjadi penyebab terjadinya pergerakan ke arah kecenderungan ekstrim kanan.

Menurutnya, Tantangan yang dihadapi Jerman, khususnya dalam hal strategi energi negaranya, dapat menguntungkan partai sayap kanan.

Momok Orang Sakit Eropa telah muncul kembali dalam beberapa pekan terakhir karena sektor manufaktur terus menderita di Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di zona euro, dan negara tersebut kini bergulat dengan harga energi yang tinggi.

Istilah ini pertama kali diciptakan untuk menggambarkan perekonomian Jerman pada tahun 1998 ketika negara tersebut sedang menghadapi tantangan ekonomi yang mahal setelah reunifikasi Jerman Timur dan Barat.

Kementerian Ekonomi dan Teknologi Jerman melaporkan bahwa produksi industri di negara tersebut turun lebih cepat dari perkiraan pada bulan Juli lalu, yang mengungkap masalah yang dihadapi negara dengan perekonomian terkuat di Eropa.

Meskipun banyak faktor menyebabkan kacaunya situasi ekonomi Jerman dalam dua tahun terakhir, tetapi yang pasti adalah kebijakan dan tindakan pemerintah Jerman terhadap Rusia dan partisipasi dalam sanksi Barat terhadap Moskow, terutama setelah pecahnya Perang Ukraina dan upayanya untuk mengakhiri ketergantungan pada gas Rusia dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam masalah ini.

Saat ini perekonomian Jerman sebagai perekonomian terbesar di Eropa dan perekonomian keempat di dunia telah memasuki masa “resesi” yang menimbulkan spekulasi mengenai dampak negatifnya terhadap perekonomian dan produksi di Uni Eropa dan benua Eropa dan telah meningkatkan kekhawatiran dalam hal ini.

Menurut data Kantor Statistik Federal Jerman, produk domestik bruto negara tersebut setelah mengalami penurunan 0.5 persen antara bulan Oktober dan Desember 2022, kembali mengalami penurunan sebesar 0.3 persen pada bulan Januari hingga Maret 2023 Artinya, angka tersebut menunjukkan perekonomian Jerman pada kuartal I tahun 2023 sudah memasuki resesi.

Ini merupakan kasus resesi ekonomi pertama di Jerman sejak epidemi Corona. Kondisi yang menyebabkan produk domestik bruto negara tersebut mengalami penurunan pada kuartal pertama dan kedua tahun tersebut pada tahun 2020.

Data resmi baru menunjukkan bahwa perekonomian Jerman berada dalam kondisi yang lebih buruk dari perkiraan sebelumnya. Faktanya, perekonomian terbesar di Eropa ini mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut sehingga menyebabkan stagnasi.

Alasan utama stagnasi perekonomian Jerman adalah terganggunya hubungan energi antara Jerman dan Rusia menyusul sanksi anti-Rusia dari Uni Eropa dan ledakan sabotase pada jaringan pipa Nord Stream.

Gunnar Beck, anggota Parlemen Eropa dari partai Alternatif untuk Jerman, mengemukakan alasan lain atas stagnasi ekonomi Jerman. Menurutnya, Pemerintah negara ini banyak mengambil kebijakan yang tidak bijaksana di bidang energi.

Parlemen Eropa

Anggota Parlemen ini mengatakan, Nyatanya pemerintahan Kanselir Jerman Jerman Olaf Scholz semakin memperparah dampak pengurangan impor energi dari Rusia yang bisa membuat kemerosotan ekonomi di negara tersebut jauh lebih parah.

Mengingat Jerman telah lama menjadi andalan dan mesin penggerak perekonomian Uni Eropa, maka dampak dari terpuruknya perekonomian negara ini sangat berdampak buruk bagi negara-negara Uni Eropa lainnya dan menyebabkan resesi menjalar ke negara-negara tersebut.(sl)

Tags