Setelah Prancis, kini Giliran AS Kehilangan Hegemoni di Afrika
Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) terpaksa bersedia menarik pasukannya dari Niger.
Politico hari Jumat mengutip seorang pejabat Amerika yang menolak disebutkan identitasnya menyatakan, pekan lalu setelah hilangnya harapan untuk tetap menempatkan sejumlah pasukan AS di Niger, Pentagon merilis perintah penarikan seluruh tentara negara ini dari negara Afrika tersebut.
Amerika April lalu mengumumkan rencana penarikan "Sistematis dan Bertanggung jawab" dari Niger, tapi pejabat Amerika melanjutkan perundingan dengan junta militer Niger bagi penempatan sejumlah pasukannya di negara ini.
Niger terpaksa memainkan peran sentral dalam operasi militer Washington di wilayah “pesisir” Afrika. Negara ini telah sepakat untuk mendirikan pangkalan udara besar Amerika di negaranya.
Setelah perkembangan politik di Niger, penguasa baru negara ini dengan cepat mengambil langkah untuk memutuskan hubungan militer dengan negara-negara penjajah Barat, khususnya Prancis dan Amerika; Sebuah tindakan yang mendapat dukungan dari rakyat Niger.
Baru-baru ini Chad juga bergabung dengan sejumlah negara Afrika yang menuntut penarikan pasukan Amerika. Sampai saat ini sekitar 100 serdadu Amerika ditempatkan di Chad.
Sebelumnya tentara Prancis terpaksa meninggalkan Niger, Mali dan Burkina Faso.
Jibrin Ibrahim, jubir kelompok pemimpin Utara Nigeria dalam wawacara dengan Iranpress seraya mengungkapkan kekhawatirannya atas perundingan AS dan Prancis dengan pemerintah Nigeria untuk membangun pangkalan militer di negara ini mengatakan, pengalaman kehadiran militer AS dan Prancis di Niger, Burkina Faso dan Mali menunjukkan bahwa negara-negara tersebut tidak memiliki wewenang untuk mengawasi pangkalan militer asing dan program mereka, dan pengulangan pengalaman ini di Nigeria akan menciptakan tantangan serius bagi kedaulatan Nigeria.
Presiden Nigeria ketika tengah berunding dengan AS dan Prancis terkait kehadiran militer negara-negara ini negara Afrika tersebut, mayoritas negara-negara Niger, Mali dan Burkina Faso bersatu, berdemo dan berdiri bersama pemerintahan barunya, berhasil mengusir pasukan asing dari negara mereka.
Tuntutan penarikan pasukan penjajah Barat dari negara-negara seperti Chad dan Niger, serta sebelumnya Mali dan Burkina Faso bukan saja berarti menurunnya pengaruh Amerika dan sekutunya di Afrika, bahkan menunjukkan sebuah perubahan signifikan dalam hubungan geopolitik;Sejatinya menurunnya kehadiran militer AS dan sekutunya di Afrika dan kawasan pesisir, dapat menciptakan beragam tantangan bagi kebijakan luar negeri pemerintah-pemerintah Barat yang hasilnya adalah sebuah kekalahan geopolitik bagi Washington dan sekutunya. (MF)