Bagaimana Analis Inggris Melihat Perang Tarif Trump
(last modified Sat, 12 Apr 2025 06:05:18 GMT )
Apr 12, 2025 13:05 Asia/Jakarta
  • Bagaimana Analis Inggris Melihat Perang Tarif Trump

Laporan terbaru dari Kantor Statistik Nasional Inggris menunjukkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut, sementara para analis menyatakan keraguan tentang keberlanjutan tren ini di tengah bayang-bayang perang dagang dan kebijakan kontroversial Presiden AS.

Tehran, Pars Today-Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) hari Jumat (11/4/2025) mengumumkan bahwa produk domestik bruto negara ini tumbuh sebesar 0,5% pada bulan Februari 2025, yang lebih tinggi dari perkiraan awal para ekonom sebesar 0,1%.

Pertumbuhan di sektor manufaktur, jasa, farmasi, dan otomotif menjadi faktor utama di balik peningkatan tersebut.

Pada saat yang sama ketika laporan statistik ini dirilis, lembaga pengawas, lembaga pemikir, bahkan Departemen Keuangan Inggris telah memperingatkan bahwa pemulihan sementara ini mungkin tidak berkelanjutan dalam menghadapi tekanan perdagangan yang diakibatkan oleh kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump.

"Hasil ini menggembirakan, tetapi kita berada di dunia yang sangat berubah," kata Rachel Reeves, menteri keuangan Inggris, dengan nada hati-hati.

"Pemerintah, sambil tetap tenang, sedang mencari kesepakatan yang akan menjamin kepentingan nasional," tegasnya.

Ia juga mengungkapkan, "Kami tahu bahwa ini adalah masa yang menegangkan bagi keluarga dan bisnis Inggris. Kami terus berhubungan dengan mitra internasional kami, termasuk Amerika Serikat, untuk melindungi stabilitas ekonomi".

Menurut laporan dari Institut Nasional untuk Penelitian Ekonomi dan Sosial Inggris, lonjakan langsung di beberapa bidang, termasuk manufaktur farmasi dan mobil, mungkin disebabkan oleh pembelian awal besar-besaran oleh perusahaan sebelum pemberlakuan tarif AS yang besar.

Para analis, yang mengutip tarif AS sebesar 25% pada mobil Inggris dan 10% pada barang-barang lainnya, memperingatkan bahwa tindakan ini dapat menyebabkan gelombang berkurangnya investasi dan penurunan ekspor.

Hayley Lowe, ekonom di Institut Nasional untuk Penelitian Ekonomi dan Sosial Inggris, mengatakan,"Meskipun angka-angka bulan Februari positif, prospek ekonomi masih diselimuti ketidakpastian.Guncangan pasokan, gangguan pada rantai impor, dan tarif Trump akan berdampak dalam beberapa bulan mendatang".

Menurut Kantor Statistik Nasional Inggris, pertumbuhan ekonomi berada di posisi nol pada bulan Januari, dan sekarang angka 0,5% pada bulan Februari yang mencerminkan pemulihan sementara di beberapa industri. Namun, kinerja tahunan beberapa industri masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu, termasuk industri otomotif yang mengalami penurunan sekitar 10% dibanding Februari 2024.

Perubahan ekonomi Inggris terjadi saat Amerika Serikat mengenakan tarif perdagangan besar-besaran terhadap Eropa, Cina, dan bahkan beberapa sekutu AS.

Menurut perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump, tarif dasar sebesar 10% telah dikenakan pada semua impor ke AS, dan mobil asing telah dikenakan tarif terpisah sebesar 25%.

Para analis menilai langkah-langkah ini telah meningkatkan risiko ekonomi global jatuh ke dalam resesi, dan ada juga tanda-tanda perlambatan perdagangan dan kenaikan harga komoditas di Eropa.

Menanggapi kebijakan oerang tarif Trump, Uni Eropa telah memasukkan tindakan pembalasan dalam agenda, yang ditangguhkan setelah penangguhan tarif AS selama 90 hari. Namun, Presiden Komisi Eropa telah menekankan bahwa jika negosiasi gagal, maka semua opsi akan tersedia.

Dari perspektif ini, meskipun pertumbuhan ekonomi Inggris memberikan ruang bernapas sejenak pada bulan Februari, namun kekhawatiran tentang masa depan tetap ada mengingat kebijakan AS yang tidak dapat diprediksi dan volatilitas pasar global.

Banyak ekonom meyakini bahwa pertumbuhan ini bisa menjadi "kondisi tenang sebelum badai" dan pemerintah harus bersiap menghadapi skenario yang lebih parah.(PH)