Mengapa Iran Menilai Ilegal Tindakan Troika Eropa Mengaktifkan Snapback?
-
Kepala negara Troika Eropa
Pars Today - Sidang tertutup Dewan Keamanan PBB untuk membahas dimulainya proses Snapback oleh Troika Eropa telah digelar pada Jumat, 29 Agustus.
Menurut laporan Pars Today, setelah sidang tertutup ini, Amir Saeed Iravani, Duta Besar dan Wakil Tetap Iran untuk PBB menyebut tindakan "ilegal" ketiga negara Eropa yang mengumumkan dimulainya proses Snapback sebagai "tidak dapat diterima", dan menyatakan bahwa tindakan ini telah melanggar mekanisme penyelesaian sengketa JCPOA.
Watap Iran untuk PBB mengatakan, Iran berkomitmen pada diplomasi, tetapi tidak akan pernah bernegosiasi di bawah ancaman atau paksaan.
Irawani menilai tindakan Troika Eropa hanya untuk memeras Iran dan memberikan tekanan politik.
Menurutnya, Permintaan sidang tertutup Dewan Keamanan oleh Prancis dan Inggris diajukan untuk membenarkan tindakan ilegal dan bermotif politik serta untuk menggunakan DK-PBB sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka sendiri dan melawan Iran.
Iran telah memberikan beberapa alasan untuk menolak aktivasi mekanisme pemicu atau Snapback oleh Eropa. Resolusi 2231, yang menyetujui JCPOA, memberikan hak Snapback bagi negara-negara anggota perjanjian, sementara Eropa tidak mengambil tindakan efektif apa pun untuk mempertahankan JCPOA dalam praktiknya.
Iran berpendapat bahwa negara-negara Eropa tidak dapat menggunakan instrumen ini kecuali dalam kondisi tertentu yang disebutkan dalam teks perjanjian, dan kondisi tersebut belum terpenuhi.
Iran menyatakan bahwa tindakannya dalam mengurangi komitmen JCPOA merupakan respons atas pelanggaran komitmen pihak lain dan dilakukan dalam kerangka klausul perjanjian. Oleh karena itu, tidak ada dasar hukum untuk mengaktifkan Snapback.
Iran percaya bahwa dengan mengancam Snapback dan sekarang mengaktifkannya, negara-negara Eropa sebenarnya menggunakan perjanjian internasional sebagai alat tekanan politik, bukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan. Dari perspektif Iran, tindakan Eropa tersebut merusak proses diplomasi dan negosiasi serta menghancurkan rasa saling percaya.
Iran juga telah berulang kali mengkritik Eropa karena gagal memenuhi komitmen JCPOA-nya dalam praktik dan pada saat yang sama menggunakan alat tekanan terhadap Iran.
Menariknya, pada hari Jumat, 29 Agustus, Duta Besar Inggris untuk PBB yang mewakili Troika Eropa membenarkan tindakan anti-Iran negaranya dan menyatakan bahwa periode 30 hari untuk aktivasi Snapback bukan berarti akhir dari diplomasi.
Ia menyatakan, Proposal kami masih tersedia dan kami tetap berkomitmen pada diplomasi, dan kami mendorong Iran untuk mencapai solusi berdasarkan proposal kami.
Tiga negara Eropa yang tergabung dalam kelompok 4+1, termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris, yang dikenal sebagai Troika Eropa belum memenuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian nuklir JCPOA, dan secara resmi mengirimkan "notifikasi" kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis, 28 Agustus 2025, untuk mengaktifkan mekanisme pemicu (Snapback) untuk pengembalian sanksi anti-Iran, dan menyatakan persyaratannya, yaitu siap bernegosiasi dengan Republik Islam Iran selama 30 hari ke depan mengenai perjanjian nuklir yang dapat menghentikan proses pengembalian sanksi.
Patut dicatat bahwa telah terjadi perbedaan yang nyata dalam posisi tiga kekuatan internasional, Amerika Serikat, Rusia, dan Cina, terkait dimulainya proses aktivasi Snapback oleh Troika Eropa. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyambut baik tindakan Eropa ini dan mengumumkan bahwa dalam beberapa minggu mendatang, kami akan bekerja sama dengan mereka dan anggota Dewan Keamanan PBB lainnya untuk menyelesaikan proses pengembalian sanksi dan pembatasan internasional terhadap Iran sesuai dengan instruksi Presiden AS dalam Memorandum Keamanan Nasional No. 2.
Sebaliknya, Rusia dan Cina mengkritik tindakan Troika Eropa ini dan menganggapnya tidak dapat dibenarkan. Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri Rusia, mengingat Iran telah dengan setia melaksanakan JCPOA selama beberapa tahun, menyebut tindakan Troika Eropa untuk memulihkan sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran (Snapback) sebagai ilegal dan mengutuknya.
Mikhail Ulyanov, perwakilan tetap Rusia untuk organisasi internasional yang berbasis di Wina menyebut upaya aktivasi mekanisme snapback oleh ketiga negara Eropa itu sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan dan mendesak mereka untuk membatalkan keputusan terkait hal ini.
Kementerian Luar Negeri Cina juga bereaksi terhadap tindakan Uni Eropa untuk mengaktifkan "Snapback" dengan menyatakan bahwa penerapan kembali sanksi terhadap Iran di Dewan Keamanan PBB merupakan tindakan yang tidak konstruktif dan menekankan bahwa berkas nuklir Iran berada pada tahap kritis dan perundingan serta negosiasi harus dilanjutkan.
Menariknya, bahkan otoritas Barat memiliki keraguan serius tentang efektivitas tindakan troika Eropa terhadap Iran. Lembaga pemikir Amerika Quincy Institute menulis dalam sebuah artikel berjudul "Perjudian Eropa dalam mengaktifkan mekanisme pemicu berisiko menghancurkan diplomasi dengan Iran", Jika Eropa lebih memilih jalur paksaan daripada kerja sama, peluang tersebut mungkin tertutup sepenuhnya.
Majalah Foreign Policy menyatakan keraguan tentang keberhasilan pengaktifan mekanisme pemicu, dengan menulis, Pengembalian sanksi Dewan Keamanan sebagian besar bersifat simbolis dan tidak dapat menargetkan Iran, dan Rusia serta Cina juga dapat mengganggu implementasinya.
Jadi, tampaknya dengan mulai mengaktifkan Snapback, Eropa sebenarnya telah menghabiskan kartu permainannya dan tidak akan lagi memiliki tempat dalam kemungkinan negosiasi tidak langsung Iran dengan Amerika Serikat, meskipun siap untuk melanjutkan pembicaraan dengan Iran.(sl)