Dimulainya Proses Perceraian AS dari Eropa
https://parstoday.ir/id/news/world-i38584-dimulainya_proses_perceraian_as_dari_eropa
Perang kata-kata antara Jerman dan Amerika Serikat semakin panas setelah Presiden Donald Trump berkicau lewat akun Twitter-nya.
(last modified 2025-11-30T09:45:39+00:00 )
May 31, 2017 15:22 Asia/Jakarta

Perang kata-kata antara Jerman dan Amerika Serikat semakin panas setelah Presiden Donald Trump berkicau lewat akun Twitter-nya.

Trump dalam sebuah komentar yang tidak biasa, menyebut hubungan perdagangan dan militer dengan Jerman merugikan AS. Dalam cuitannya pada hari Selasa (30/5/2017), Trump menulis, "Hubungan perdagangan dengan Jerman tidak pernah menguntungkan AS dan Jerman membayar jauh lebih sedikit dari yang seharusnya kepada NATO. Sangat buruk bagi AS. Ini harus berubah."

Dia juga mengkritik defisit perdagangan yang sangat besar dengan Jerman.

Trump mengeluarkan komentar pedas ini setelah sebelumnya Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan negara-negara anggota Uni Eropa tidak bisa lagi bergantung pada AS.

"Fakta ini harus diketahui bahwa kita tidak bisa lagi sepenuhnya bergantung pada dukungan AS dan Inggris," tegasnya.

Sebelum ini, Merkel juga mengkritik dampak-dampak referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan terpilihnya Trump sebagai Presiden AS.

Perang kata-kata seperti ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya antara para pejabat tinggi Amerika dan Jerman. Pasca berakhirnya Perang Dunia II dan runtuhnya fasisme di Jerman, Berlin dan Washington memulai hubungan yang sangat dekat dan hangat.

Meskipun pasukan AS masih ditempatkan di Jerman di sepanjang tahun setelah Perang Dunia II, namun kedua pihak membangun kerjasama sebagai sekutu di semua level politik, ekonomi, militer, dan keamanan. AS – sebagai pemimpin dunia Barat – dan Jerman – sebagai pemimpin Uni Eropa – memainkan peran kunci dalam hubungan trans-Atlantik.

Namun, kedua pihak tetap terlibat perselisihan terkait isu-isu tertentu. Pada masa invasi AS ke Irak tahun 2003, pemerintah Jerman tidak mendukung tindakan Presiden AS waktu itu, George W. Bush. Dalam mereaksi keputusan Jerman, Menteri Pertahanan AS saat itu, Donald Rumsfeld membagi Eropa menjadi Eropa Lama dan Eropa Baru. Ia menyerukan penguatan hubungan Washington dengan Eropa Baru yakni negara-negara di Eropa Timur.

Hubungan kedua pihak membaik setelah surutnya kontroversi yang diakibatkan oleh invasi AS ke Irak dan dimulainya kepemimpinan Merkel di Jerman.

Sekarang setelah munculnya semangat nasionalisme di Amerika yang dipimpin Trump, hubungan trans-Atlantik antara AS dan Eropa semakin lemah.

Pemerintahan Trump – untuk mengurangi beban biaya memenuhi keamanan Eropa di bawah NATO – mendesak peningkatan kontribusi negara-negara Eropa untuk memenuhi anggaran tersebut.

Eropa termasuk Jerman memandang pendekatan Trump sebagai upaya AS untuk melepaskan tanggung jawabnya dalam membantu menjamin keamanan benua Eropa. Kebijakan proteksionis Trump akan membahayakan kepentingan ekonomi negara-negara Eropa, terutama Jerman sebagai salah satu eksportir utama barang dan jasa di dunia.

Oleh karena itu, tidak begitu mengherankan jika perang verbal ini pecah setelah pemimpin Amerika dan Eropa bertemu untuk KTT NATO di Brussels dan juga pertemuan G7 di Sisilia, Italia.

Ada indikasi bahwa jika semangat nasionalisme di kedua sisi Atlantik terus menguat, maka proses perceraian Amerika dari Eropa akan dimulai; sebuah proses yang dapat mendorong kedekatan lebih Inggris ke AS dan benua Eropa ke Rusia. (RM)