Rencana NATO Jika AS-Korut Berperang
Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg dalam kunjungannya ke Jepang, bertemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe di Tokyo pada Selasa (31/7/2012). Ia memperingatkan semua negara terkait tentang potensi pecahnya perang dengan Korea Utara.
Stoltenberg mengatakan bahwa masalah ini akan menciptakan petaka bagi dunia. Namun, pada saat yang sama, ia menekankan bahwa kami akan mendorong semua negara untuk menerapkan sanksi lebih besar terhadap Korut.
Stoltenberg memperingatkan, NATO memiliki kemampuan dan kekuatan pertahanan untuk menghadapi ancaman apapun dari Korut, dan negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, punya hak untuk melindungi diri mereka jika terjadi konfrontasi dengan Korut.
Pasal 5 Statuta NATO menjelaskan bahwa jika salah satu negara anggota di Eropa atau Amerika Utara menjadi sasaran serangan, maka akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Namun, ini dibatasi oleh Pasal 6 yang mengatakan bahwa kewajiban bantuan bersama ini hanya berlaku untuk serangan di wilayah salah satu pihak di Eropa atau Amerika Utara atau di kepulauan di bawah yurisdiksi salah satu pihak di Atlantik Utara dan di utara Tropic of Cancer.
Menurut para ahli, definisi geografis ini tidak termasuk Pulau Guam milik Amerika, karena letaknya terlalu jauh ke selatan. Namun, orang-orang di NATO mengatakan, negara-negara sekutu tidak mungkin menuntut pembatasan ini dan akan mendukung AS.
Matthias Dembinski dari Peace Research Institute Frankfurt, mengatakan bentuk dan jenis dukungan akan ditentukan oleh negara-negara yang berkontribusi.
Beberapa hari lalu, Korut memperingatkan bahwa AS perlu menganggap serius ancaman untuk menguji hulu ledak nuklir di Pasifik. Menurut pengamat politik Cina, Tung Zhao, Presiden AS Donald Trump masih percaya pada ilusi bahwa dia dapat menekan Korut untuk meninggalkan senjata nuklir.
Saat ini, sekjen NATO menyadari dengan baik akan kemampuan rudal dan nuklir Korut. Tindakan provokatif terhadap Pyongyang terutama oleh Washington, dapat menyebabkan pecahnya perang di Asia Timur, yang memiliki konsekuensi yang sangat berbahaya bagi seluruh dunia.
Asia Timur sekarang memainkan peran penting dalam perekonomian dan perdagangan dunia, dan tentu saja, setiap kekacauan dan perang di wilayah tersebut dengan cepat akan mempengaruhi wilayah lain di dunia.
Oleh karena itu, Stoltenberg juga menekankan penggunaan faktor-faktor lain kekuatan yaitu kekuatan ekonomi untuk menekan Korut dan memaksa negara itu untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB. Di sisi lain, ia juga menekankan peran anggota Dewan Keamanan lainnya, terutama Rusia dalam menyelesaikan krisis Semenanjung Korea secara damai.
Sikap ini menunjukkan kesadaran para pejabat Barat tentang peran penting dua anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu Cina dan Rusia untuk mempengaruhi Korut, mengingat latar belakang hubungan mereka dengan Pyongyang dan pentingnya hubungan ini bagi Korut pada masa sekarang. (RM)