Ketegangan Skotlandia dan Inggris soal Brexit
(last modified Sun, 20 May 2018 13:13:20 GMT )
May 20, 2018 20:13 Asia/Jakarta
  • Rakyat Britania Raya, termasuk Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara memilih meninggalkan Uni Eropa dalam sebuah referendum Juni 2016
    Rakyat Britania Raya, termasuk Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara memilih meninggalkan Uni Eropa dalam sebuah referendum Juni 2016

Perdana Menteri Inggris, Theresa May dalam Konferensi Konservatif Welsh mengkritik sikap Skotlandia yang menentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Dia mengatakan satu-satunya tujuan Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon adalah menghancurkan Britania Raya dan memerdekakan Skotlandia.

May menekankan bahwa Sturgeon adalah satu-satunya menteri pertama di Inggris yang menolak Brexit dan ingin memecah Inggris.

Kritik keras May disampaikan di tengah upaya serius Sturgeon untuk melanjutkan proses pemisahan diri Skotlandia dari Inggris.

Rakyat Britania Raya, termasuk Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara memilih meninggalkan Uni Eropa dalam sebuah referendum Juni 2016. Meskipun mayoritas peserta memutuskan Brexit, namun sebagian besar warga Skotlandia dan Irlandia Utara memilih tetap bergabung dengan blok Eropa.

Selama dua tahun terakhir, Nicola Sturgeon berkali-kali mengancam akan mengadakan referendum kemerdekaan dari Inggris demi mempertahankan Skotlandia di Uni Eropa. Referendum pertama diadakan pada tahun 2014, di mana 55 persen peserta memilih tetap bersama Inggris.

Mengingat kinerja pemerintah konservatif tidak memuaskan, Sturgeon meminta agar opsi kemerdekaan Skotlandia tetap dipertahankan sebagai sebuah pilihan. Warga Skotlandia ingin kembali menguji peruntungannya dalam referendum agar bisa terbebas dari dampak negatif Brexit.

Nicola Sturgeon.

Warga Skotlandia sangat mengkhawatirkan dampak Brexit terhadap perekonomian mereka. Menurut Sturgeon, Skotlandia akan mengalami kerugian lebih dari 11 miliar pound per tahun akibat penurunan produk domestik bruto (PDB) karena Brexit.

Skotlandia memiliki hubungan perdagangan yang besar dengan Uni Eropa, dan Brexit akan memberikan pukulan serius terhadap struktur ekonomi dan perdagangan Skotlandia. Oleh karena itu, menteri pertama Skotlandia sangat menentang penarikan penuh Inggris dari Uni Eropa.

Namun, para pendukung Brexit seperti Theresa May menginginkan pemutusan penuh hubungan Inggris dan Uni Eropa. Menanggapi fenomena ini, Ketua Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker mengatakan, "May seakan tinggal di planet lain."

Sturgeon dalam kerangka pendekatan fleksibel untuk Brexit, mendorong agar Skotlandia dan Inggris bisa tetap berada di pasar tunggal Eropa. Menurutnya, perdana menteri Inggris harus memprioritaskan prospek pekerjaan, standar hidup, dan peluang untuk generasi ini dan masa depan daripada obsesi dan pandangan kubu konservatif Inggris.

Sturgeon percaya bahwa setelah berjalan hampir 24 bulan dari referendum Brexit, pemerintah Inggris masih bimbang untuk menentukan bentuk hubungan yang akan dijalin dengan Uni Eropa, dan London tidak memiliki penilaian akurat tentang dampak nyata Brexit di sektor ekonomi.

Carcass Freber, perwakilan Jerman di Parlemen Eropa, percaya bahwa tidak boleh ada konsesi khusus yang diberikan ke Inggris pada masa transisi dan di masa depan dalam hubungan London-Brussels.

Jelas bahwa ini bukan kabar baik bagi warga Skotlandia yang ingin mempertahankan hubungan dengan Uni Eropa dan memperoleh manfaat darinya. (RM)

Tags