Pengaruh AS di Konferensi Keamanan Singapura
(last modified 2018-06-03T09:41:46+00:00 )
Jun 03, 2018 16:41 Asia/Jakarta
  • Hotel Shangri La di Singapura
    Hotel Shangri La di Singapura

Penyelenggaraan Konferensi Keamanan Singapura atau Dialog Shangri-La ke-17 yang berlangsung setiap tahun ini dianggap tidak menjadi perhelatan yang membantu menjaga keamanan di negara-negara kawasan Asia Pasifik, tapi justru berubah menjadi arena pertentangan, tuduhan dan pelampiasan ketamakan negara adidaya dunia terlebih Amerika Serikat.

Kehadiran Menteri Pertahanan Amerika, James Mattis, di Konferensi Keamanan Singapura dan tuduhannya terhadap Cina memicu konflik Washington-Beijing di pertemuan kali ini. Pada kenyataannya, tema dan pembahasan konferensi keamanan Singapura terpusat pada dua hal, Korea Utara dan kehadiran militer Cina di Laut Cina Selatan, LCS.

Sehubungan dengan Cina, Menhan Amerika mengklaim, penempatan peralatan perang Cina di LCS berkaitan langsung dengan munculnya ketakutan dan tekanan terhadap negara-negara kawasan. Artinya, Menhan Amerika sedang berusaha memberi tekanan regional atas Beijing dengan ikut campur dalam urusan LCS yang dalam pandangan Cina adalah intervensi dalam urusan internal negara itu.

Kebijakan umum Amerika dalam beberapa tahun terakhir dipusatkan pada tekanan politik, militer dan ekonomi terhadap Cina, dan konflik negara ini dengan beberapa negara di sekitar LCS terkait kepemilikan sebagian wilayah terutama beberapa pulau, menjadi kesempatan berharga bagi Amerika untuk semakin menyibukkan Cina dengan masalah regional.

Anggota Senior Program Keamanan Asia Pasifik di CNAS (Center for a New American Security), Dr. Mira Rapp-Hooper mengatakan, kebijakan Amerika terkait Laut Cina Selatan tidak stabil dan memicu peningkatan krisis. Upaya Amerika untuk menekan Cina juga merupakan bentuk intervensi atas kondisi yang mungkin saja berujung dengan perang.

Dialog Shangri La

Dalam hal ini, pejabat Amerika yang menghadiri konferensi keamanan Singapura mengolok-olok Korea Utara dan pemimpinnya dengan menyinggung masalah biaya tinggal Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un di Singapura saat melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika yang rencananya akan dilakukan 12 Juni 2018.

Pasalnya Amerika mengklaim akan menanggung biaya tinggal Kim Jong-un di Singapura dan biaya pesawat yang akan membawa Pemimpin Korea Utara itu ke Singapura untuk bertemu dengan Donald Trump. Padahal tujuan Amerika bertemu dengan sekutu-sekutunya di Singapura adalah menekan Korea Utara secara politik agar negara itu mau menghentikan program nuklirnya.

Surat kabar Jepang, Nikkei terkait hal ini menulis, Amerika dalam konferensi keamanan Singapura ingin menghimpun dukungan internasional untuk melawan Korea Utara menjelang pertemuan Kim Jong-un dengan Donald Trump, dan membentuk sebuah front untuk memaksa Pyongyang menghentikan program nuklirnya.

Konferensi keamanan Singapura lebih merupakan alat bagi Amerika untuk melancarkan intervensinya di Asia Pasifik dan untuk menyerang Cina serta Korea Utara, ketimbang sebuah peluang bagi negara-negara kawasan untuk bertukar pandangan dan upaya menjaga keamanan mereka. Oleh karena itu terbukti bahwa selalu saja kepentingan Amerika mempengaruhi setiap pertemuan keamanan di belahan dunia manapun termasuk Asia Pasifik. (HS)

Tags