Destabilisasi Dunia dalam Bayangan Senjata AS
https://parstoday.ir/id/news/world-i60038
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, mengatakan Amerika Serikat telah menciptakan destabilisasi dunia dengan ekspor senjatanya.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jul 20, 2018 14:52 Asia/Jakarta
  • Senjata-senjata buatan Amerika Serikat.
    Senjata-senjata buatan Amerika Serikat.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, mengatakan Amerika Serikat telah menciptakan destabilisasi dunia dengan ekspor senjatanya.

Dalam sebuah pernyataan hari Kamis (19/7/2018), Zarif menuturkan senjata AS bahkan tidak mampu menjamin keamanan warganya sendiri.

"Meski menguasai 35 persen dari total pengeluaran militer global, AS tidak mampu menghentikan kematian dan cidera lebih dari 9.000 warganya pada 11 September 2001 oleh 15 warga negara Arab Saudi," ungkapnya.

Senjata dan perusahaan senjata di Amerika memiliki pengaruh di badan pemerintahan negara itu, dan sejalan dengan kepetingannya, mereka terlibat dalam penyusunan kebijakan makro AS. Kebijakan itu melayani kepentingan AS dengan caranya sendiri dan bertumpu pada perang.

C. Wright Mills, seorang sosiolog dan profesor Amerika dalam bukunya, "The Power Elite" menulis, "Mengikuti peningkatan anggaran AS secara terus-menerus dan perubahan yang dipengaruhi oleh faktor ini dalam kepemimpinan politik-ekonomi mereka, maka telah muncul sebuah perubahan fundamental dalam sistem kapitalis Amerika modern ke arah sebuah ekonomi perang yang permanen."

Pakar masalah Amerika, Ibrahim Motaqi juga percaya bahwa sekelompok pembuat kebijakan makro di AS memiliki keanggotaan di industri militer negara itu dan hal ini mendorong mereka – dengan alasan ancaman terhadap kepentingan nasional – untuk mengarahkan kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika ke arah perang dan kebijakan intervensif.

Ekspor senjata dalam jumlah besar oleh perusahaan-perusahaan senjata AS telah menciptakan ketidakstabilan di dunia. Menurut perkiraan lembaga-lembaga perdamaian di dunia, termasuk Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menjual senjata kepada lebih dari 100 negara, di mana menguasai 34 persen dari total ekspor senjata global dan menjadi eksportir senjata terbesar dunia. Selama periode 2013-2017, penjualan senjata AS naik 25 persen.

Direktur SIPRI untuk Program Transfer Senjata dan Belanja Militer, Aude Fleurant mengatakan, kontrak senjata yang telah disetujui AS pada 2017 akan membuat negara itu tetap menjadi eksportir senjata terbesar di tahun-tahun mendatang.

Setelah Donald Trump berkuasa di Gedung Putih, AS bertindak semakin agresif dan menaruh perhatian besar pada perusahaan senjata. Trump memilih Arab Saudi sebagai negara tujuan pertama dalam tur luar negeri pertamanya. Di Riyadh, ia menandatangani kontrak penjualan senjata senilai 110 miliar dolar dengan Saudi dan ini menjadi kesepakatan senjata terbesar dalam sejarah Amerika.

Kontrak tersebut selain memutar roda perusahaan senjata di AS, juga untuk mengobarkan perang dan pertumpahan darah, dan hari ini senjata buatan Amerika telah membuat warga sipil Yaman terbunuh. Selain itu, senjata AS juga diberikan kepada kelompok-kelompok teroris di berbagai belahan dunia, termasuk Suriah, dan para teroris ini telah menyebarkan horor ke seluruh dunia.

Arab Saudi telah menjadi surga bagi perusahaan senjata Amerika dan Eropa. Uang minyak Saudi selain untuk membantu kemakmuran ekonomi Barat, juga untuk menopang pilar rezim Al Saud yang goyah. Menurut Trump, jika dukungan Amerika terputus, maka kelangsungan beberapa pemerintah di Timur Tengah, termasuk rezim Saudi, akan menghadapi masalah. Inilah yang dimaksud dengan memerah Arab Saudi.

Dalam kondisi seperti ini, makna nilai-nilai seperti hak asasi manusia telah bergeser meskipun ada peran langsung Saudi dalam mengekspor teroris, melakukan serangan teror di berbagai belahan dunia, dan mendestabilisasi Timur Tengah dan dunia.

Meskipun 15 warga negara Saudi terlibat dalam serangan 11 September 2001 di Amerika, namun rezim Al Saud tetap berada di lingkaran aman Washington. (RM)